Oleh: Much. Fatchurochman *
SEPERTI sudah diduga sebelum nya dramaturgi debat Pilpres 2024 menghadirkan situasi adem ayem penuh saling sepakat atas visi dan misi tiap paslon. Anies Baswedan capres nomor urut satu, Prabowo Subianto capres nomor urut dan capres Ganjar Pranowo nomor urut tiga.
Tiga pasangan capres dan cawapres yang tampil (kali ini khusus capresnya) dalam debat terakhir Minggu malam memilih sikap moderat tidak lagi penuh semangat berapi-api untuk menjadi yang paling mampu berdebat. Antiklimaks debat bisa jadi dirasakan oleh banyak suporter dan pendukung masing-masing capres cawapres nya.
Ada apa ini?
Saat berlangsung debat, di Yogyakarta, berjarak ratusan kilometer dari lokasi hujan deras mengguyur beberapa saat setelah dimulai acara. Seperti acara sebelum nya, digelar juga kegiatan nonton bareng yang diselenggarakan di beberapa lokasi.
Selebihnya, tiap keluarga memiliki agendanya sendiri. Kalaupun tak sempat berkumpul bersama, akses menonton debat bisa dengan mudah diikuti. Terhubung dengan telepon pintar masing-masing. Kalau ingin menghitung berapa sih penonton acara debat capres bisa dengan mudah laporan statistik dibuat.
Kerumunan kecil yang ada, di angkringan, warung burjo, cafe juga pusat perbelanjaan juga sepi tak banyak yang datang. Maklum saja hujan deras sehingga banyak yang memilih di rumah saja menonton di rumah masing-masing.
Apakah ada obrolan khusus berkaitan dengan siapa pasangan yang hendak dipilih, caleg nya untuk DPR, DPRD provinsi, DPRD Kabupaten/Kotamadya siapa lalu perwakilan DPD? Tentu saja ada, terutama bagi mereka yang sudah melek politik alias terhubung kuat dengan masing-masing paslon capres cawapres juga para caleg dan kader parpol beserta simpatisannya.
Baiklah dalam catatan ini ditebalkan lagi alias di amplifikasi pesan soal apa yang akan dikerjakan ke depan bagi capres dan cawapres urusan bagaimana pastikan rakyat sehat kelak kala terpilih menjadi pemimpin RI mendapatkan suara terbanyak pemilih.
Seperti biasanya, Anies Baswedan paparkan adanya ketidakadilan yang terjadi akibat distribusi pelayanan kesehatan handa yang belum merata di seluruh negeri.
Prabowo Subianto menekankan pentingnya peningkatan kemampuan RS dalam melayani orang sakit di daerah dan apa yang harus dikerjakan dan alat-alat apa saja yang diperlukan utamanya untuk penanganan kasus kesehatan akut dan kronis.
Ganjar Pranowo punya pilihan kebijakan kesehatan lebih gencarkan upaya pencegahan dan pentingnya promosi kesehatan agar rakyat sehat selalu. Pencegahan dan promosi hidup sehat dengan rajin olahraga, beraktifitas jalan kaki, berlari, senam sehat misalnya adalah upaya nyata langkah pencegahan bisa dilakukan.
Sejatinya urusan kesehatan, khusus peralatan kesehatan, masalah pengadaan alkes sudah menjadi strategi kebijakan pemerintah Indonesia dari masa ke masa. Kesehatan adalah hak dasar yang perlu mudah dan cepat pelayanan kepada publik. Hanya saja, kalau fokus pada urusan pengadaan alat alat semata, kebijakan yang cenderung jalankan tugas kuratif (rawat dan sembuhkan orang sakit) maka kapasitas pelayanan bisa saja kewalahan.
Contohnya kala terjadi bencana. Apa bencana nya. Belum lama kita semua merasakan dan harus beradaptasi kebiasaan baru. Kasus Covid-19 tentu berikan pelajaran penting bagaimana pelayanan publik bidang kesehatan harus lebih berorientasi pada pencegahan dan promosi kesehatan. Jadi, suara lantang Ganjar Pranowo captes nomor urut tiga sangat lah masuk akal.
Peningkatan kualitas pelayanan benar didapatkan dari sumber daya manusia, dokter perawat dan tenaga teknis urusan kesehatan haruslah yang kompeten. Nah, disinilah bisa dibedah lagi penyampaian pesan masing-masing capres soal inti kebijakan kesehatan apa yang dipilih.
Belajar dari sejumlah fakta kasus kesehatan selama ini ada beragam “penyakit baru” yang menghebatkan mulai flu burung hingga Covid-19. Mari tengok lagi kasus korupsi alat kesehatan yang terjadi dan berulang-ulang.
Kok bisa ya? Korupsi alat kesehatan bagian dari pengadaan barang dan jasa pemerintah. Sebagai regulator, ada aturan khusus berkaitan dengan impor alat kesehatan. Nah, disinilah sumber masalah baru yaitu korupsi. Alih alih berikan pelayanan kesehatan optimal (kuratif) yang terjadi pengadaan alkes dan kebijakan impor jadi benalu, koruptif.
Mahalnya pendidikan kedokteran yamg mahal, belum meratanya distribusi. tenaga kesehatan handal baik dokter, psikiater, perawat, apoteker, radiolog adalah pekerjaan rumah pemerintah Indonesia ke depan. Satu lagi, komitmen anti korupsi penting bukan hanya dalam janji saja tapi tindakan. Itulah akar masalah Indonesia dari masa ke masa.
Debat capres cawapres usai sudah. Pesan dan janji kerja dibacakan bersama dan saling sampaikan argumentasi rumusan masalah juga solusi kebijakan yang ditawarkan tuntas disampaikan seluruh paslon. Inti pesan bergulir dan dibicarakan ulang. Kalaupun ada lanjutan aneka tema bergulir lagi di ruang ruang publik maka itulah pertanda ukuran kesehatan demokrasi Indonesia ke depan. Setelah para politisi bicara, tugas rakyat berikan pilihan. Sudah makin mantab ya pilihan sedulur semua.
Kalau saya pribadi memilih berdasarkan tiga hal seperti yang sering disampaikan oleh seluruh paslon. Sepakat dengan penting nya pencegahan dan promosi kesehatan, mudahnya akses kesehatan di beragam level pelayanan dan semoga hanya dengan satu kartu saja semua urusan pelayanan publik mudah aksesnya.
Harapannya tentu agar seluruh bangsa Indonesia sehat waras dan bahagia.
*Penulis Much. Fatchurochman, penulis dan wartawan freelance
#ceritapinggirjalan
#isupublik
#connected
#ceritakotaksuara
#bersepedaselalu
#NyanyikanPesanmu
#GanjarPranowo
#MahfudMD
#AniesBaswedan
#MuhaiminIskandar
#PrabowoSubianto
#CintaIndonesia
#GibranRakabumi
#Jokowi