Selasa, 10 Desember 2024

DUA PUTARAN NIH..! Angka Golput di Jakarta 42,07 %, “Endorsement” Prabowo-Jokowi-Anies Gak Ngefek

JAKARTA – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 diwarnai tingginya angka golongan putih (golput), meski para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) didukung oleh tokoh-tokoh besar. Golput adalah istilah untuk menyebut kelompok orang yang memilih untuk tidak memilih.

Golput dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari persoalan teknis yang membuat enggan mengunjungi tempat pemungutan suara (TPS), hingga alasan ideologis seperti menilai tak ada kandidat yang cocok untuk diberi mandat menjadi pemimpin.

Untuk diketahui, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden ketujuh Joko Widodo (Jokowi) secara terang-terangan mendukung pasangan calon nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono.

Sementara itu, dua mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mendukung pasangan nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno, yang diusung PDI-P.

Peneliti Litbang Kompas, Bestian Nainggolan, sebelumnya menegaskan bahwa Prabowo, Jokowi, dan Anies tetap berpengaruh terhadap calon pemilih pasangan cagub-cawagub.

“Artinya, tokoh Jokowi dan Presiden Prabowo serta Anies Baswedan masih berpengaruh dalam menentukan pilihan warga Jakarta,” ujarnya,

Selasa (5/11/2024). Meski demikian, endorsement para tokoh itu dinilai belum sepenuhnya mampu memobilisasi pemilih.

Berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), tingkat partisipasi pemilih di Jakarta mencapai 69,57 persen. Data hasil hitung cepat ini diperoleh dari 99,50 persen yang telah masuk dan tervalidasi pada Rabu (2711/2024), pukul 18:19 WIB. Dengan demikian, persentase masyarakat yang tidak berpartisipasi atau golput diperkirakan sekitar 30 persen.

Tingginya angka golput menimbulkan pertanyaan terkait efektivitas endorsement tersebut.

Pengaruh Endorsement Tergantung Wilayah

Peneliti Senior Indikator, Hendro Prasetyo, menjelaskan bahwa efektivitas endorsement sangat bergantung pada wilayah dan tingkat pengaruh tokoh yang memberikan dukungan.

“Pak Jokowi itu memiliki kekuatan yang besar di Jawa Tengah. Ingat Pileg dan Pilpres kemarin. Salah satu temuan solid kami adalah Pak Prabowo mendapatkan dukungan besar karena didukung Pak Jokowi,” ujar Hendro dalam Obrolan Newsroom Kompas.com, Rabu (27/11/2024).

Namun, Hendro menekankan, pengaruh Jokowi di Jakarta berbeda dari wilayah-wilayah lainnya seperti Jawa Tengah, bahkan Banten.

“Ketika Pak Jokowi melakukan hal yang sama di Jakarta, efeknya berbeda. Memang wilayahnya bukan di Jakarta,” tambahnya.

Sebaliknya, Prabowo memiliki pengaruh lebih kuat di wilayah seperti Banten, di mana Jokowi tidak pernah menang.

Sembako dan Bazar, Strategi Kolektif Yang Efektif

Hendro juga mengungkapkan, strategi lain, seperti pemberian sembako, memiliki daya tarik besar bagi pemilih, meski tindakan itu dilarang.

“Kalau ditanya souvenir atau hadiah yang paling disukai, jawabannya sembako. Itu paling disukai di mana-mana,” ujarnya.

Selain itu, bazar sembako murah menjadi kegiatan kolektif yang paling diminati pemilih.

Tingginya angka golput di Jakarta menunjukkan bahwa endorsement tidak cukup tanpa strategi yang lebih personal dan lokal.

Dengan berbagai tantangan ini, Pilkada Jakarta 2024 memberikan pelajaran penting bahwa kepercayaan pemilih membutuhkan pendekatan yang lebih dari sekadar dukungan simbolis.

Pramono-Rano Belum Unggul Di Atas 50 Persen

Berdasarkan quick count Litbang Kompas, pasangan nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno, unggul dari dua pasangan pesaingnya, yakni Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana. Pramono-Rano meraih 49,49 persen dalam hitung cepat Litbang Kompas dengan data masuk mencapai 100 persen, Rabu (27/11/2024).

Data akhir quick count Litbang Kompas itu dirilis pada pukul 18.18 WIB. Sementara itu, pasangan cagub-cawagub Jakarta nomor urut 1, Ridwan-Suswono, memperoleh 40,02 persen suara. Kemudian, pasangan cagub-cawagub Jakarta nomor urut 2, Dharma-Kun, memperoleh 10,49 persen suara.

Perolehan suara tersebut diperoleh dari penghitungan yang masuk dari total 400 TPS sampel di Jakarta. Quick count Litbang Kompas dalam Pilkada Jakarta menggunakan metode systematic random sampling dan memiliki margin of error sebesar ±1 persen.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Quick count ini sepenuhnya dibiayai oleh harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara). Hasil quick count bukanlah hasil resmi. Hasil resmi akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setelah melakukan rekapitulasi suara secara berjenjang mulai Kamis (28/11/2024) hingga Senin (16/12/2024).

Golput Jakarta Tertinggi 42,07℅

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 mencatat angka golongan putih (golput) tertinggi di Pulau Jawa, yaitu mencapai 42,07 persen. Warga mengungkapkan berbagai alasan tidak menggunakan hak pilih, mulai dari ketidakpercayaan terhadap pemimpin hingga kendala pekerjaan.

Tio (37), penjaga kos di Rawa Belong, Jakarta Barat, mengatakan bahwa ia enggan ke tempat pemungutan suara (TPS) karena tidak merasakan perubahan berarti setelah Pilkada.

“Ya percuma gue milih juga kalau istilah kasarnya, rakyat enggak diperhatiin juga. Begini-begini juga, ya ngapain milih?” kata Tio saat ditemui pada Kamis (28/11/2024).

Tio juga mengkritik calon pemimpin yang rajin bertemu warga saat kampanye, tetapi tidak memberikan perhatian setelah terpilih.

“Kalau mikirin politik, tahu sih tahu. Cuma jangan lu mau jadi pemimpin, lu blusukan, tapi udahannya ya udah begitu,” tambahnya.

Sementara itu, Dwi (27), warga Tebet, Jakarta Selatan, tidak bisa memilih karena pekerjaannya. Meski sudah berusaha datang ke TPS, TPS masih tutup saat ia tiba.

Udah berupaya, tapi kan TPS-nya belum buka. Sebenarnya satu suara saya berharga banget karena bakal menentukan nasib Jakarta ke depan,” ujarnya.

Tiara (23), seorang pegawai swasta di Kuningan, Jakarta Selatan, memilih untuk tidak datang ke TPS karena merasa skeptis terhadap hasil Pilkada. Ia mengaku kecewa dengan pengalaman Pemilu sebelumnya yang menurutnya tidak transparan.

Gue agak hopeless karena belajar dari Pemilu yang kemaren, apapun yang gue pilih tuh pasti bakal dicurangi,” kata Tiara.

Ia juga menyoroti fasilitas TPS yang kurang ramah terhadap disabilitas. Ayahnya yang menggunakan kursi roda tidak dapat memilih di Pilkada ini.

Emak, bapak, kakak enggak nyoblos, ya gue juga yaudah. Gue enggak juga berharap banyak sama pilihan gue, ya ngapain gue ngeribetin diri ke TPS,” tambah Tiara.

Data golput di Pulau Jawa Berdasarkan hasil quick count Litbang Kompas, Jakarta mencatat angka golput tertinggi di Pulau Jawa dengan 42,07 persen.

Suara tidak sah mencapai 4,6 persen, sementara suara sah hanya 53,33 persen.

Provinsi dengan angka golput tertinggi berikutnya adalah Jawa Barat (33,66 persen),

Jawa Timur (30,15 persen), dan Jawa Tengah (26,44 persen).

Quick count dilakukan menggunakan metode random sampling pada 400 TPS di setiap provinsi, dengan margin of error sebesar 1 persen.

Penelitian ini didanai oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara). (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru