Minggu, 18 Mei 2025

EMANG BISA…? Sebut Teroris Bermula dari Kebencian, Abdillah Toha: Tokoh Kebencian Harus Disingkirkan dari Akses Publik

Abdillah Toha. (Ist)

JAKARTA- Mantan anggota DPR RI fraksi Partai Amanah Nasional (PAN), Abdillah Toha, menyampaikan bahwa terorisme dan segala bentuk tindakan kekerasan itu dimulai dari adanya kebencian.

 
Abdillah Toha memberikan contoh, yaitu seperti membenci penguasa, membenci ras, membenci ideologi, dan bentuk kebencian yang lainnya.
 
“Terorisme dan semua tindak kekerasan dimula dengan kebencian. Benci penguasa, benci ras, benci ideologi, benci agama lain, dan sebagainya,” kata Abdillah di akun Twitter @AT_AbdillahToha pada Minggu, 4 April 2021.
 
Dia melanjutkan bahwa, boleh saja memberikan kritik yang rasional dan itu sudah seharusnya.
 
Akan tetapi, bukan dengan cara menyebar rasa kebencian yang didasari dengan emosi.
 
“Kritik rasional boleh dan seharusnya tapi bukan menyebar kebencian yang dasarnya sepenuhnya emosi,” ujarnya.
 
Kepada Bergelora.com dilaporkan, terorisme dan semua tindak kekerasan dimula dgn kebencian. Benci penguasa, benci ras, benci ideologi, benci agama lain dsb. Kritik rasional boleh dan seharusnya tapi bukan menyebar kebencian yg dasarnya sepenuhnya emosi. Tokoh2 kebencian harus disingkirkan dari akses ke publik.— Abdillah Toha (@AT_AbdillahToha) April 4, 2021
 
Dia pun menambahkan bahwa para tokoh yang kerap memberikan ujaran kebencian menurutnya harus disingkirkan dari akses ke publik.
 
“Tokoh-tokoh kebencian harus disingkirkan dari akses ke publik,” ucap Abdillah Toha.
 
Sementara itu, terkait dengan isu terorisme, Wakil Presiden Ma’ruf Amin memberikan imbauan kepada seluruh pendakwah agar tak larut dalam arus berpikir sempit.
 
Namun, sebagaimana dikutip dari Antara, Ma’ruf Amin menyampaikan keharusan untuk tetap menjalankan konsep wasathy dalam menyampaikan ajaran agama Islam.
 
“Para dai harus meneladani cara berpikir Rasulullah SAW dan tidak ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini,” ujar Ma’ruf Amin dalam web seminar nasional Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang dilaksanakan daring.
 
Dia pun menyatakan, cara berpikir yang sempit hanya akan menimbulkan sifat egosentris, tidak menghargai perbedaan, dan enggan berdialog serta secara terbuka menerima pendapat atau memperluas wawasan.
 
Bahkan, dia menyebut cara berpikir seperti itu rentan membuat paham radikal semakin berkembang.
 
“Cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal sehingga dapat menjurus pada penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.” ucap Ma’ruf Amin. (Web Warouw)
 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru