JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku ingin meniru upaya Korea Selatan agar lolos dari fenomena jebakan kelas menengah atau middle income trap. Menurut dia, Indonesia memiliki momentum yang sama dengan Korsel dalam upaya terhindar dari jebakan tersebut.
Sri Mulyani menjelaskan, untuk keluar dari middle income trap, Korsel dan beberapa negara maju lainnya berhasil mengkapitalisasi situasi global untuk kepentingan negara mereka.
“Mereka mampu mengkapitalisasi situasi global yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk kemudian mengkapitalisasi momentum tersebut dan Indonesia saat ini memiliki momentum tersebut,” ujar Sri Mulyani dalam acara ASEAN Economic Development and the Middle-Income Trap di Aula Dhanapala Kemenkeu, Senin (23/9/2024).
Ia menyebut negara-negara seperti Korsel, Taiwan, dan beberapa negara ASEAN berhasil memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh situasi ekonomi global untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi.
Dalam kaitan itu, Sri Mulyani mengklaim Indonesia saat ini memiliki momentum tersebut apabila dapat memanfaatkan potensi pengembangan ekonomi hijau yang sedang digencarkan di berbagai negara.
Kuncinya Produktivitas
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, cara Indonesia untuk keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap) ialah melalui peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas dalam negeri dapat menciptakan pekerjaan yang lebih produktif dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Jika Anda melihat fondasi bagaimana negara dapat keluar dari perangkap pendapatan menengah, saya pikir kata kuncinya adalah produktivitas,” ujarnya saat membuka acara The International Seminar and Growth Academy ASEAN di kantornya, Jakarta, Senin (23/9/2024).
Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui meningkatkan nilai tambah pada seluruh lini produksi di dalam negeri. Namun hal ini tidak dapat dilakukan jika tidak memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Dia bilang, Indonesia saat ini menuju puncak bonus demografi pada 2030 sehingga mayoritas populasi di RI saat ini berusia produktif sehingga pemerintah dapat memanfaatkan kelebihan ini untuk melahirkan SDM-SDM yang berkualitas.
Salah satunya dengan berinvestasi di bidang pendidikan untuk secara besar-besaran membangun dan menyediakan akses pendidikan bagi banyak penduduk di seluruh pelosok.
Selain itu juga pemerintah menyiapkan berbagai sekolah kejuruan dan pelatihan vokasi agar kemampuan SDM dapat disesuaikan dengan kebutuhan industri. Namun di sisi lain pemerintah juga tengah berupaya mengentaskan stunting pada generasi muda agar mereka memiliki bekal fisik yang cukup untuk mengenyam pendidikan di sekolah.
“Jadi ini bukan hanya tentang pertumbuhan penduduk tetapi kualitas, khususnya anak-anak di bawah lima tahun di Indonesia yang dicegah dari stunting,” ucapnya.
Sebagai informasi, middle income trap adalah istilah yang mengacu pada keadaan ketika sebuah negara berhasil mencapai ke tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Per 1 Juli 2021 lalu, Bank Dunia (World Bank) menurunkan status kelas Indonesia dari negara berpenghasilan menengah atas (upper middle income country) menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income country).
Indonesia hanya bertahan satu tahun berada di kelas negara berpenghasilan menengah atas. RI turun kelas lantaran pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI).
Berdasarkan catatan Bank Dunia, GNI per kapita Indonesia di tahun 2020 turun menjadi 3.870 dollar AS dari yang sebelumnya 4.050 dollar AS di tahun 2019 lalu. Indonesia turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah juga disebabkan oleh kenaikan indikator dari kelas negara berpenghasilan menengah atas.
Bank dunia menjelaskan, perubahan indikator klasifikasi terjadi setiap tahun. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan faktor seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan populasi yang mempengaruhi GNI per kapita setiap negara. (Enrico N. Abdielli)