Oleh: Toga Tambunan
TUHAN YESUS tatkala mengabarkan tinggalkan dunia menjelang berpisah dengan murid-muridnya suasana perpisahan amat mengharukan : “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yohanes 14:18-20).
Tuhan Yesus sekalipun naik ke Surga senantiasa menyayangi murid-muridNya, sehingga mereka tidak akan merasa anak yatim piatu.
Sebelumnya Tuhan Yesus sudah menjanjikan mengutus Rohkudus. Dan berikutnya menegaskan: “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;” (Yohanes 16:7-8)
Selain akan berkabar akan mengutus Rohkudus, ucapan Tuhan Yesus itu sekaligus tonggak evaluasi obyektif kondisi akalbudi dan kejiwaan manusia, saat itu, secara tegas menilai, manusia belum insyaf akan dosa pembelunggu kehidupannya. Tuhan Yesus mengucapkanNya, pada saat itu diperkirakan adanya manusia sudah 8.000 tahun merujuk John Urgurhart pada 1912 menghitung adanya manusia purba dari artefak peninggalan budaya Mesopotamia yang ternyata berusia lebih 8000 tahun. Bahkan beberapa akedemikus berpendapat berpendapat manusia purba itu 200.000 tahun lalu.
Tuhan Yesus menilai manusia saat masaNya itu tidak menginsyafi dibelenggu dosa. Meski manusia dalam hal ini bani Israel misalnya sudah menyintas masa Musa, hakim-hakim, periode kerajaan, hingga di era Tuhan Yesus Sangat tragis!
Semula Allah melimpahkan wewenang kepada Adam menaklukkan bumi sebelum tertipu Lucifer. “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,….” (Kejadian 1:28a)
Wewenang itu termasuk menaklukkan Lucifer yang taraf kapasitasnya cerdas sangat tinggi, hanya setangga dibawah Allah. Lucifer dikala itu sudah berada di angkasa bumi sebelumnya Adam diciptakan.
Kala Adam diciptakan Allah pada tahap seturut gambarnya saja: ” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”
Kejadian 1:27. Saat itu Adam belum tercipta sampai tahap rupa Allah.
Dalam konsep Allah, Adam itu diciptakan menurut gambar (yakni komponen hidup) dan rupa (yakni karakter kehidupan) Allah.
Manusia dewasa ini selayaknya berkewajiban memahami setelah Allah merakit gambarnya (komponen hidup), proses masih berlanjut yakni merakit rupaNya (yakni karakter kehidupan) sehingga tercipta seutuhnya manusia rancangangNya, berkarakter sempurna. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Matius 5:48
Allah senantiasa setia mereleasi ketetapanNya. Sekalipun wadah kediaman manusia itu bukan lagi di Taman Eden tapi sudah diusir ke bumi, di sebelah Timur Taman Eden. KetetapanNya tidak pernah dianulir. Prosesnya tahap bertahap dialektis kondisional terus berlanjut membentuk manusia sementara Lucifer terus menerus pula menggempur keras manusia bersangkutan itu menyombongkan tipikal permusuhannya terhadap Allah.
Lucifer menggempur manusia dengan hipnotis teori evolusi, hasil penelitian seksama cerdik pandai manusia yang diagungkan angkuh setinggi langit, dikatakan adalah kebenaran yang telah teruji final berdasar bukti akumulasi alamiah komplit.
Sejak usia dini sekali setiap orang melalui sekolah dan segala macam jenis media, sudah ditransfusi “kebenaran” teori evolusi manusia itu makhluk homo erektus. Ilmu pengetahuan “kebenaran” evolusi produk akalbudi manusia itulah mengrajai segenap epistemologi umat manusia dalam berteori dan praktek kehidupan. Itulah manuver Lucifer dengan moda rational menggempur proses Allah menciptakan manusia.
Dikala manusia itu di gempur Lucifer dengan transfusi racun hipnotis itu Allah tetap mengkonstruksi keserupaanNya ke diri manusia termasuk tentang kapasitas kecerdasan, karakter sempurna tak bercacad tak bercela yang sedang berkembang menuju tahap utuh sehingga manusia berkapasitas tehnis sanggup mengatasi kecerdasan jahat dan sombong Lucifer yang membutuhkan waktu panjang. Berproses secara natural rasional kombinasi transrasional.
Kehadiran Yesus sebagai manusia seutuhnya melalui proses yang sama. Yesus manusia seutuhnya itu dalam masa waktu singkat hanya tempo 30 puluh tahun sanggup menampung semua kurikulum Epistemologi Kebenaran Allah dalam berteori dan praktek. Kemauan hidup Yesus inilah menjadi posisi karakter sulung diantara manusia.
Yesus temukan umur manusia itu sudah 8.000-an tahun, belum insyaf dirinya dibelenggu dosa. Artinya epistemologi “kebenaran” manusia mahluk evolusi Darwinisme itu yang kini dicitrakan dalam teori dan praktek manusia tidak disadari tiap orang sejatinya produk dosa oleh Lucifer, namun berharap masuk surga.
Dari epistomologi manusia itu mahluk teori evolusi saat mengevaluasiNya, Yesus berinisitif menginsyafkan manusia dengan mengutus Rohkudus sehingga digantikan Epistomologi Kebenaran Allah dalam teori dan praktek kebenaran sesungguhnya.
Yesus merevolusi epistomologi Lucifer itu dan membuangnya ke timbunan sampah meski dengan menyintas resiko korban mati untuk kemudian hidup kekal.
Secara sosial setelah terusir ke bumi, Allah terus menuntun kapasitas umum masyarakat manusia berproses tahapan purba nomoden, bertani & beternak, zaman perbudakan, zaman feodalisme, zaman kapitalisme hingga imperialisme global dibarengi antitesanya sosialisme, dan berlanjut kerajaan 1000 tahun sebagai transisi menjelang Langit Baru Bumi Baru yang kekal.
Camkan, kebutuhan kita sendiri merevolusi epistomogi teori evolusi dengan epistomologi surgawi.
Haleluya. Hosiana bagi Tuhan. Selamat hari minggu.
Bekasi, 27 Agustus 2023
*Penulis Toga Tambunan, evangelis Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)