Operasi tersebut kemudian dilaporkan kembali oleh koresponden senior surat kabar internasional Georges Mablrunot pada Sabtu, 9 April 2022 lalu ketika Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melakukan kunjungan dadakan ke Ukraina.
Boris Johnson pun dilaporkan dikawal oleh penjaga dari pasukan elit SAS, meskipun klaim ini tidak dikonfirmasi secara resmi.
“Unit SAS telah hadir di Ukraina sejak awal perang, seperti halnya Delta (Force) Amerika,” kata Malbrunot mengutip sumber intelijen Prancis.
“Rusia sangat menyadari bahwa ‘perang rahasia’ yang dilancarkan terhadap pasukannya oleh pasukan komando asing,” ujarnya.
Untuk diketahui, Inggris dan AS menjadi dua negara yang getol mendukung Ukraina di tengah invasi Rusia.
Sementara itu, Boris Johnson dilaporkan secara pribadi mendesak agar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus berperang melawan Rusia dan tidak berdamai sampai ada kesepakatan yang ‘setimpal’ ditawarkan Moskow.
Konsensus pro-pertempuran Barat tampaknya dikonfirmasi pada pekan lalu oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borell.
“Perang akan dimenangkan di medan perang,” katanya di Twitter-nya @JosepBorrellF pada Sabtu lalu.
Media Inggris, Mirror, sebelumnya melaporkan bahwa puluhan “pensiunan” tentara SAS telah pergi atau berencana pergi ke Ukraina untuk menyumbangkan keahlian mereka dalam pengintaian dan perang anti-tank untuk tujuan Kiev.
Mereka diduga dibayar oleh “sebuah negara di Eropa, yang masih belum disebutkan namanya, melalui perusahaan militer swasta” daripada oleh pemerintah Inggris.
Militer Rusia melaporkan tindakan terhadap apa yang disebut sebagai “tentara bayaran” yang berperang untuk Ukraina pada beberapa kesempatan.
Salah satu contoh baru-baru ini terjadi pada hari Sabtu, sama seperti Johnson dan Borell berada di Kiev.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan Kiev berusaha menggunakan kapal sipil dalam upaya terakhirnya yang gagal untuk mengevakuasi personel militer dari kota pelabuhan Mariupol, yang menjadi tempat pertempuran paling intensif selama konflik.
Orang-orang yang dimaksudkan untuk dievakuasi diidentifikasi sebagai pemimpin batalion ultranasionalis Azov dan tentara bayaran asing.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa ratusan warga negara asing ditahan di Mariupol bersama dengan beberapa ribu tentara Azov.
AS dan Inggris secara terbuka menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk melibatkan pasukan mereka dalam pertempuran di Ukraina.
Keduanya adalah pemasok utama senjata ke Kiev dan melatih tentara di Ukraina sebelum serangan Rusia. Para ahli dilaporkan ditarik keluar dari negara itu menjelang konflik.
Kementerian Pertahanan Inggris melarang anggota dinas aktif bepergian ke Ukraina pada awal Maret, dengan mengatakan bahwa melanggar aturan dapat mengakibatkan penuntutan.
Kiev meminta sukarelawan di luar negeri untuk bergabung dengan barisan “legiun asing” setelah serangan Rusia. (Enrico N. Abdielli)