JAKARTA – Jerman memasang “payung pertahanan” hingga 200 miliar euro (196 miliar dolar AS) untuk menstabilkan ekonomi negara itu selama krisis energi, Kanselir Olaf Scholz mengumumkan pada Kamis (29/9).
Dana Stabilisasi Ekonomi (Economic Stabilization Fund/WSF) negara itu yang dibentuk selama pandemi COVID-19 pada 2020, akan mengelola dan mendistribusikan bantuan negara.
Dengan peluncuran kembali dana tersebut, Jerman juga bereaksi terhadap situasi pasokan gas yang berubah dengan Rusia, setelah kebocoran pada pipa Nord Stream 1 dan 2 menyebabkan jeda aliran yang tidak terbatas.
“Kami sangat siap untuk situasi ini,” kata Scholz, seraya menambahkan bahwa dia memperkirakan “tidak akan ada pasokan gas dari Rusia di masa mendatang.”
Jerman telah secara aktif mencari mitra dagang baru dan memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina.
Dua dari tiga pembangkit listrik tenaga nuklir Jerman yang tersisa masih dapat dioperasikan pada kuartal pertama 2023, meskipun ada rencana penghentian nuklir pada akhir tahun ini.
Harga listrik dan gas harus dibatasi, untuk meringankan beban konsumen dan perekonomian. Sebelum krisis energi, pemerintah sudah memberikan paket bantuan inflasi senilai 95 miliar euro.
Juga pada Kamis (29/9), otoritas statistik Jerman mengumumkan bahwa inflasi telah melonjak ke rekor baru 10 persen pada September. Menurut angka awal oleh Kantor Statistik Federal, harga energi naik sangat tajam, sebesar 43,9 persen tahun-ke-tahun.
Scholz juga mengatakan bahwa pungutan gas yang banyak dikritik, yang akan memungkinkan perusahaan utilitas untuk membebankan biaya energi yang tinggi kepada konsumen, sekarang tidak akan diperkenalkan. Sebaliknya, perusahaan akan menerima dukungan secara langsung, untuk menghindari beban keuangan tambahan pada warga.
Tepat sebelum Scholz mengumumkan dana stabilisasi, lembaga ekonomi terkemuka Jerman memangkas perkiraan mereka untuk 2023. Mereka sekarang memperkirakan resesi 0,4 persen, bukannya pertumbuhan 3,1 persen yang diperkirakan sebelumnya.
“Revisi ini terutama mencerminkan tingkat krisis energi,” kata RWI Leibniz Institute for Economic Research, Halle Institute for Economic Research (IWH), Kiel Institute for the World Economy dan ifo Institute dalam perkiraan musim gugur bersama mereka.
“Meskipun situasi diperkirakan agak mereda dalam jangka menengah, harga gas kemungkinan akan tetap jauh di atas tingkat sebelum krisis,” kata lembaga itu, memperingatkan bahwa “ini akan berarti hilangnya kemakmuran permanen bagi Jerman.”
Namun, Menteri Keuangan Christian Lindner menyatakan keyakinannya bahwa langkah-langkah stabilisasi pemerintah akan membantu melindungi kemakmuran Jerman. “Kami kuat secara ekonomi dan kami akan memobilisasi kekuatan ekonomi ini jika perlu.” (1 euro = 0,98 dolar AS)
Saham Jerman Melemah
Kepada Bergelora.com di Jakarra dilaporkan, saham Jerman ditutup melemah, indeks DAX 40 tergelincir 1,71 persen. Saham-saham Jerman ditutup lebih rendah pada perdagangan Kamis waktu setempat (29/9), berbalik arah setelah mencatat keuntungan sehari sebelumnya, dengan indeks acuan DAX 40 di Bursa Efek Frankfurt tergelincir 1,71 persen atau 207,73 poin menjadi menetap di 11.975,55 poin.
Indeks DAX 40 terangkat 0,36 persen atau 43,60 poin menjadi 12.183,28 poin pada Rabu (28/9), setelah terpangkas 0,72 persen atau 88,24 poin menjadi 12.139,68 poin pada Selasa (27/9), dan merosot 0,46 persen atau 56,27 poin menjadi 12.227,92 poin pada Senin (26/9).
Dari 40 saham perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks DAX 40, hanya lima saham yang berhasil mencatat keuntungan, sementara 34 saham mengalami kerugian dan satu saham diperdagangkan tidak berubah.
Bursa Efek Frankfurt terhitung sejak 20 September 2021 secara resmi memperluas komponen indeks DAX 30 menjadi 40 saham atau menjadi indeks DAX 40.
Porsche Automobil Holding SE, perusahaan induk industri otomotif yang menawarkan pengembangan, produksi, dan penjualan mobil bersama dengan jasa keuangannya mencatat kerugian paling besar (top loser) di antara saham-saham unggulan atau blue chips, dengan harga sahamnya terjun 10,93 persen.
Disusul oleh saham perusahaan industri otomotif yang memproduksi dan menjual mobil ekonomi dan mewah, mobil sport, truk, dan kendaraan komersial Volkswagen AG anjlok 6,85 persen, serta perusahaan manufaktur ban, suku cadang otomotif, dan produk-produk industri Continental AG kehilangan 6,63 persen.
Pada sisi lain, Hannover Re, sebuah perusahaan jasa keuangan dan reasuransi multinasional Jerman meningkat 3,00 persen, menjadi pencetak keuntungan tertinggi (top gainer) dari saham-saham unggulan.
Diikuti oleh saham perusahaan jasa keuangan dan asuransi multinasional Jerman Munich Re Group atau Munich Reinsurance Company yang terangkat 2,42 persen, serta perusahaan farmasi dan bahan kimia global Merck KGaA menguat 0,65 persen.
Baca juga: Saham Jerman turun hari keempat, indeks DAX 40 terpangkas 0,72 persen. (Calvin G. Eben-Haezer)