Sabtu, 23 Agustus 2025

Game-Changer: AS-NATO Versus Rusia

Oleh: Joko Purwanto *

BEGITULAH rutinitas koor media barat setiap paket baru senjata bantuan AS-Nato mengalir ke Ukraina. Akan menjadi “Game-Changer”, pengubah permainan dan hasil dari pertempuran di garis depan. Sementara dengan nada yang hampir sama Gedung Putih, Pentagon, dan Downing Street meniupkan harapan dan optimisme yang serupa.

Demikian pula ketika Biden menyetujui pengiriman paket bantuan senjata MLRS (Multi Launch Ricket System) Himars ke Ukraina. Keputusan yang diambil dengan begitu hati hati, dan membatasi opsi jangkauan amunisi maksimal 50 mil (80km), dan dibawah persyaratan dan perjanjian tidak akan dipakai Kiev untuk menyerang wilayah Rusia.

Resiko dari keputusan yang tidak sama sekali akan hilang, dan potensial menjadi eskalatif jika Kiev melanggar janji. Sesuatu yang sudah menjadi catatan Rusia betapa seringnya Kiev melanggar janji, seperti halnya janji mengimplementasikan Perjanjian Minsk.

Pada Fase I Operasi Militer Khusus Rusia ketika paket bantuan senjata barat mulai mengalir dalam bentuk ribuan rudal panggul anti pesawat Stinger dan puluhan ribu jenis rudal anti tank (Javelin, Panzerfaust, NLAW, Carl Gustav dll) barat juga meniupkan harapan dan optimisme ini akan menjadi Game-Changer.

Kenyataannya sungguh jauh dari harapan yang diberikan. Tidak terlihat efektifitas nya di garis depan pertempuran, yang terfokus di area Donbass. Tidak bisa membongkar garis penyerangan dan tidak mampu menghambat kebebasan bermanuver pasukan Rusia, tidak mampu memukul mundur pasukan Rusia yang berhasil merebut kota Kherson, Melitopol dan Berdyank, dan tidak mampu membongkar pengepungan terhadap pasukan Ukraina dan resimen Nazi di Mariupol.

Sama sekali jauh dari “Game-Changer”. Sejatinya senjata bantuan itu tidak lah benar benar baru. Barang barang itu sudah puluhan tahun tersimpan di gudang gudang senjata AS, dan anggota NATO. Akibatnya ketika senjata senjata itu lolos ke garis depan dan lolos dari penghancuran di gudang di Ukraina tengah dan barat, efektivitasnya jauh dari yang diharapkan. Di media sosial kita banyak menyaksikan testimoni pasukan Ukraina tentang banyaknya kegagalan mekanis dan elektronik dari senjata senjata itu. Sehingga gagal berfungsi dan atau kemampuan dan akurasinya menurun.

Pasukan Rusia juga sudah kenyang pengalaman dalam menghadapi senjata senjata jenis itu terutama dalam perang di Suriah. Menempatkan tank dan lapis baja jauh dari jarak tembak rudal anti tank. Rusia mengutamakan serangan artileri dan dukungan udara untuk menghancurkan pusat pusat konsentrasi dan pertahanan pasukan Ukraina, baru unit tank, dan infantri masuk untuk membersihkannya sisanya. Dan saat pertempuran menjadi perang kota awak tank Rusia selalu menyerang dalam kondisi bergerak, menembak lalu mundur ke titik perlindungan. Dalam perang kota tank lebih berperan menjadi artileri mobile yang berfungsi sebagai dukungan tembakan jarak dekat untuk infantri bisa bergerak maju.

Tentu saja dengan intensitas dan panjangnya garis pertempuran ada 1, 2, atau 5 tank dan lapis baja terkena sergapan unit pemburu tank Ukraina. Atau 1-2 pesawat Su-25, Su-24, heli serang kena sengat Stinger atau rudal pertahanan udara Ukraina yang masih tersisa. Kerugian taktis militer yang masih wajar namun tidak mempengaruhi situasi umum pertempuran dan kemajuan signifikan terus dicapai pasukan Rusia.

Memasuki Fase Ke-2 Operasi Militer Khusus kemampuan tempur Rusia sudah mengendalikan penuh medan pertempuran, kota-kota di Donbass satu per satu berhasil dikuasai.

Dan aliran bantuan senjata dari Nato mulai meningkat ke bantuan persenjataan yang lebih berat. Ratusan tank (T-72 Polandia) dan kendaraan lapis baja (Bushmaster Australia dan dari negara lainnya), sistim rudal pertahanan udara jarak pendek (Starstreak dari Inggris dan Gepard dari Jerman), drone kamikaze (Swithblade dari AS) membanjiri Ukraina.

Jauh dari retorika “Game-Changer” guyuran bantuan senjata itu tak juga mampu mencegah kemajuan pasukan Rusia di Donbas. Bahkan saat bantuan 90 howitzer jarak jauh M-777 dari AS yang begitu dihebohkan media barat masuk ke Ukraina dan beberapa sudah sampai ke garis depan. Kota-kota penting di Donbass yang jatuh ke tangan Rusia semakin banyak: Mariupol, Rubizhne, Poppasna, Krassny Lyman, Svetlodarsk. Wilayah Lugansk hampir 100% dikuasai, menyisakan pasukan Ukraina yang terkepung di Severodonetsk dan Lyssychansk yang akan segera jatuh juga dalam waktu dekat.

Apakah persetujuan administrasi Biden tanggal 29 Mei kemarin untuk mengirin bantuan senjata berupa MLRS Himars ke Kiev akan benar benar menjadi Game-Changer seperti ramai diberitakan di media media barat..? Mampu membendung kemajuan pasukan Rusia di Donbass..? Mampu memukul mundur Rusia dari kota kota yang sudah dikuasainya…?

MLRS Himars akan jauh dari apa yang diharapkan. Bantuan 4 peluncur Himars dari AS dan tambahan beberapa peluncur serupa dari Inggris tidak akan mampu mencegah keruntuhan pasukan Ukraina di garis depan Donbass.

Apa yang tidak disampaikan oleh media media barat adalah efektifitas strategi tempur pengoperasian senjata gabungan oleh Rusia yang membuyarkan seluruh harapan itu.

Dengan penguasaan ruang udara di Ukraina bantuan senjata NATO berada dalam ancaman konstan sejak mulai memasuki ke wilayah Ukraina. Baik arah Polandia maupun dari arah Rumania.

Aset aset ISR (intelegent-surveillance-recon) Rusia terus melacak keberadaannya. Unit rudal jelajah Rusia secara efektif menghancurkannya di gudang penyimpanan, kolom transportasinya, sarana pengirimannya (depot kereta api, jembatan).

Bahkan jika masih banyak yang lolos dan mencapai garis depan juga tidak berumur panjang. Aset pengintaian udara (drone, citra satelit)/, radar kontra battery secara efektif akan menemukannya dan menghancurkannya. Seperti kita lihat di video yang banyak beredar di media sosial banyak howitzer M-777 dan kiriman dari Italia ditemukan dan dihancurkan di garis depan.

MLRS Himars sekalipun akan dibekali dengan amunisi presisi juga tidak mudah untuk dapat beroperasi di garis depan. Sistem panduan GPS nya rentan terhadap jamming dari sistem peperangan elektronik Rusia yang kinerjanya terbukti efektif bahkan juga terhadap operasional drone-drone Ukraina.

Lini terakhir dari pertahanan Rusia terhadap aliran senjata barat ke garis depan adalah jaringan rapat dan berlapis sistem rudal pertahanan udara. Sistem berlapis ini terbukti efektif menghancurkan pesawat tempur, heli, drone, tembakan dari rudal Tosckha dan MLRS berat Ukraina.

Pertahanan udara Rusia tidak akan terlalu sulit menjatuhkan amunisi Himars, jika sempat ditembakkan di garis depan.

Kemampuan efektif operasional senjata gabungan Rusia terkonfirmasi dari semakin senyapnya pemberitaan tentang kinerja drone Bayraktar TB 2 juga drone Swicht Blade.

Apa yang akan berubah saat AS akan mengirim 4 drone Grey Eagle yang spesifikasi tak jauh berbeda dari Bayraktar kecuali kemampuan lebih muatan senjata dan durasi terbangnya. Nasib Grey Eagle juga tak akan jauh berbeda dengan Bayraktar TB2.

Bantuan senjata NATO tidak akan pernah menjadi Game-Changer, pengubah permainan di garis depan. Saat ini mulai banyak suara waras di AS bahwa red line intervensinya di Ukraina jangan sampai merubah eskalasi konflik menjadi perang terbuka NATO dengan Rusia. Pada akhirnya Donbass dan seluruh wilayah Ukraina timur dan selatan tidak akan bisa diselamatkan oleh rezim Kiev.

* Penulis Joko Purwanto adalah Ketua Komiter Persahabatan Rakyat Indonesia dan Rusia

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru