JAKARTA- Polri harus bisa menelusuri dan mengungkap motif di balik aliran dana asing terhadap ormas Front Pembela Islam (FPI).
Sebab, diduga aliran dana ini terkait dengan aksi kelompok-kelompok ekstrem sayap kanan di Indonesia.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (26/1).
Kepada Bergelora.com dilaporkan, soal dampak aliran dana asing, Islah kemudian meminta pemerintah berkaca pada peristiwa Arab Spring.
Pada peristiwa itu, ditengarai ada aliran dana luar negeri dan keterlibatan negara-negara barat untuk menghancurkan beberapa negara Arab yang dipimpin orang-orang yang dinilai totalitarian.
“Pemimpin-pemimpin di Arab yang sangat karismatik dan disegani ditumbangkan, walaupun sebenarnya negaranya makmur, misalnya Moamar Khadafi saat memimpin Libya,” beber Islah.
Dalam konteks Indonesia, Islah menyebut FPI bisa saja menjadi mesin curah, karena masih bisa bergerak di tataran normatif.
Ormas itu seperti dispenser untuk pendanaan kelompok ekstrem.
Ia juga menengarai adanya indikasi keterlibatan lembaga donasi dan beberapa orang top di Indonesia mendanai FPI.
Namun agar tak ketahuan, model pendanaannya dibuat berputar; dikeluarkan ke luar negeri, lalu kembali ke Indonesia.
Karena itu Islah menilai langkah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sudah tepat membekukan dan menghentikan seluruh transaksi rekening FPI dan afiliasiya.
“Ya bagusnya dibekukan, sebelum dana yang di dalam itu dikuras,” imbuh Islah. (Web Warouw)