Selasa, 24 Juni 2025

Gerakan Buruh Di Indonesia Timur Masih Lemah

 

JAKARTA- Hari buruh internasional setiap 1 Mei dirayakan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Namun gerakan buruh belum secara serius memperluas dan memperkuat program perjuangan gerakan buruh di kawasan timur Indonesia. Padahal berbagai industri strategis dibidang pertambangan dan perkebunan saat ini sedang tumbuh pesat di kawasan timur Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Perkumpulan Relawan Kawasan Timur Indonesia (PR-KTI), Jopie Lasut kepada Bergelora.com ditengah peringatan hari buruh di Jakarta, Jumat (1/5).

 

 

“Sayangnya gerakan buruh hanya bisa dirasakan manfaatnya di daerah-daerah Industri di Jabodetabek dan Jawa. Padahal konsentrasi modal terbesar saat ini ada di pertambangan dan perkebunan yang tersebar di luar Jawa, yaitu di Indonesia Timur. Gerakan buruhnya tidak bisa bangkit karena dikuasai oleh serikat buruh kuning warisan orde baru,” ujarnya menjelaskan.

 

Menurutnya sudah waktunya, mengkonsolidasikan gerakan buruh disektor pertambangan dan perkebunan yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, Bali, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Karena daerah Kawasan Timur Indonesia menjadi prioritas pembangunan pemerintah dan ekpansi modal internasional.

 

Sementara itu, Didi Sumampouw dari PR-KTI  Sulawesi Utara mengatakan bahwa perkembangan gerakan buruh di daerah Kawasan Timur Indonesia masih tergantung pada program inisiatif dari pusatnya di Jakarta.

 

“Sehingga pembangunan gerakan buruh di Indonesia timur tidak pernah bisa berkembang karena hanya menunggu inisiatif Jakarta tidak bedanya PNS atau pekerja swasta yang menunggu perintah dari pusat,” ujarnya kepada Bergelora.com menyambut hari buruh sedunia di Manado.

 

Padahal menurutnya seharusnya kaum buruh lebih terikat dengan kepentingan sosial masyarakat setempat dimana pertambangan atau perkebunan itu berlangsung. Namun gerakan buruh di daerah gagal membawa kepentingan perjuangan rakyat di daerahnya.

 

“Buruh di tambang emas Freeport di Papua, Newmont di NTB, atau perkebunan coklat di Sulawesi Selatan dan sawit  dan batubara di Kalimantan,–tidak memperjuangkan mengintegrasikan perkebunan dan pertambangan tempat dia bekerja untuk kepentingan pembangunan di daerahnya sendiri,” jelasnya.

 

Gerakan buruh di daerah juga terkoptasi oleh isu kepentingan-kepentingan politik sesaat pimpinan-pimpinannya di nasional yang tunduk kepada kepentingan politisi nasional yang tunduk pada kepentingan modal asing.

 

“Jadi gerakan buruh belum memberi kontribusi apapun pada pertumbuhan ekonomi naik di tingkatan lokal maupun di tingkatan nasional. Gerakan buruh baru menjadi asosoris dari demokrasi liberal yang justru memberikan keuntungan pada ekspansi kapitalisme internasional di Indonesia timur,” tegasnya.

 

Walaupun menurut Departemen perindustrian dan perdagangan 80 persen industri ada di Indonesia barat namun untuk industri perkebunan dan pertambangan mayoritas ada di Indonesia timur.

 

“Walaupun 80 persen industri di Indonesia barat hanyalah industri manufaktur dan sebagian perkebunan. Namun konsentrasi kapital terutama nasional ada pada industri pertamabangan dan perkebunan yang tersebar di Indonesia timur” ujarnya. (Dian Dharma Tungga)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru