Rabu, 21 Mei 2025

HUKUM MATI KORUPTOR JENDERAL..! Prabowo: Gue Heran di Indonesia Ada Demo Dukung Koruptor

JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto mengaku heran karena masih ada aksi demonstrasi yang mendukung koruptor. Prabowo mengungkapkan ini dalam acara Hari Buruh Internasional atau May Day di Monas, Jakarta, Kamis (1/5/2025).

“Gue heran di Indonesia ada demo mendukung koruptor. Gue heran,” ungkap Prabowo.

Namun, Prabowo tidak menjelaskan demo mana yang dia maksud. Prabowo Janji Bentuk Satgas PHK untuk Lindungi Buruh dari Pemecatan

Dalam kesempatan ini, Prabowo juga menyampaikan komitmennya untuk memberantas korupsi.

Dia menegaskan dukungan atas Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan.

“Saya mendukung UU perampasan aset, saya mendukung,” ujar Prabowo.

Kepala Negara juga mengaku tidak terima jika ada koruptor yang tidak mau mengembalikan aset curiannya. Dia mengajak massa buruh untuk terus memperjuangkan perlawanan terhadap koruptor.

Enak saja sudah nyolong, enggak mau kembalikan aset. Gue tarik aja deh itu. Setuju? Bagaimana kita teruskan? Kita teruskan perlawanan terhadap koruptor?” ucapnya.

“Nanti lu dikasih duit, lu demo untuk koruptor? Hah? Bener ya? Awas loh,” sambung Prabowo.

Saatnya Hukuman Mati

Sebelumnya, kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, praktisi dan pengamat hukum, Zeth Kobar Warouw menegaskan, saatnya hukuman mati diterapkan di Indonesia terhadap para koruptor baik ada eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Karena hanya kematian yang bikin para pejabat takut atau setidaknya enggan melakukan korupsi.

“Hukuman mati pada beberapa dari puluhan koruptor paling kakap yang sedang proses akan memberikan efek kejut dan menakutkan baik pada pejabat dan keluarganya. Istri dan anak yang biasa minta barang mewah dan jalan-jalan keluar negeri otomatis akan berhenti merengek, karena bayangan hukuman mati ada disetiap keluarga pejabat yang hidupnya glamour,” tegasnya Jumat (2/5).

Menurutnya, para koruptor yang belum ketahuan akan memilih mengembalikan uang jarahannya. Keluarganya pasti gemetaran mengingat ancaman hukuman mati kalau sampai ketahuan. Seruan Presiden Prabowo agar para koruptor mengembalikan uang negara pasti akan bermanfaat.

“Percuma kalau hukuman mati tidak diterapkan, malahan seruan Presiden Prabowo jadi tertawaan para keluarga koruptor dan jadi pompa kebencian anti pemerintah,” ujarnya.

“Hukuman mati juga akan menghapus penjara buat koruptor yang selama ini melahirkan korupsi berupa pungli dan pemerasan di penjara,” Sambungnya.

Hukuman mati menurut Zeth Warouw juga otomatis akan mendidik keluarga dan masyarakat tentang bahaya korupsi. Koruptor yang dihukum mati akan memberikan sanksi sosial kepada keluarga setidaknya pada 3 generasi dibawah dan 3 generasi ke atas dan seluruh keluarga besar. Ini akan efektif dan cepat terjadi peningkatan kesadaran tentang bahaya korupsi, lebih berbahaya ketimbang tersengat listrik, karena seluruh keluarga besar akan ikut ‘mati’ oleh sanksi sosial.

“Seluruh keluarga besar otomatis kesulitan mendapatkan pekerjaan, akan kesulitan mendapatkan sekolah bahkan kesulitan mendapat tempat tinggal karena ditolak masyarakat,” paparnya.

Sehingga menurutnya penegakan hukum tidak membutuhkan program sosialisasi anti korupsi miliaran yang selama ini sia-sia.

“Baru satu sampai 5 orang koruptor saja yang dihukum mati secara bergiliran dan mendapatkan publikasi luas, pasti akan membuat semua pejabat dari tingkat desa sampai nasional takut untuk mengentit serupiah pun,” ujarnya.

Pro-Kontra Hukuman Mati

Zeth Warouw menyoti pro kontra yang tidak berujung dari hukuman mati, sementara koruptor menari-nari di atas uang rakyat banyak yang dikorup dan penderitaan rakyat karena kemiskinan.

“Penolakan hukuman mati atas nama HAM seorang koruptor sudah absurd karena jutaan rakyat yang gak bisa keluar dari lubang kemiskinan beranak pinak karena negara membiarkan duit rakyat dirampok koruptor,” ujarnya.

Zeth Kobar mengatakan, hukuman mati dipertentang dengan Sila Ketuhanan dan Sila Prikemanusian dalam Pancasila secara semena-mena atas nama agama dan kemanusiaan.

“Tapi mereka menutup mata pada jutaan orang yang menjadi korban generasi ke generasi akibat korupsi merajalela,” tegasnya.

Menurut Zeth, karena para koroptor karena tidak kapok justru menggunakan ruanh demokrasi liberal untuk membela diri dengan berbagai cara.

“Ada yang pakai media massa. Ada yang pakai demo-demo untuk membangun opini dirinya tak bersalah. Ini yang selalu mencemari demokrasi hari ini. Padahal mereka sudah merampok uang rakyat dan negara tapi punya kesempatan mempengaruhi opini publik bahkan aparat hukum termasuk, hakim-hakim di pengadilan. Mau sampai kapaj begini terus,” katanya.
(Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru