Oleh: Dr. Kurtubi *
DALAM buku yang diterbitkan oleh Core Indonesia berjudul “Indonesia’s Strategic Role In The G20 : Expert Perspective”, saya minta Pemerintah/Presiden Jokowi untuk mendeklarasikan Kebijakan Energi Nasional : “GO NUCLEAR FOR PEACE” di forum KTT G20 di Bali tahun 2022 ini. Sehingga rakyat Indonesia, negara-negara anggota G20 dan dunia mengetahui bahwa Indonesia akan memasuki Era Baru dalam kebijakan energi nasionalnya.
Bahwa Indonesia akan merealisasikan cita-cita dan mimpi besar Presiden RI pertama, Ir. Soekarno untuk membangun PLTN ketika pada tahun 1950an beliau memenuhi Undangan untuk menyaksikan peresmian PLTN Pertama Rusia (dulu USSR) di pinggir kota Moscow. Bahwa pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir semata-mata untuk memakmurkan bangsanya.
Moment KTT G20 adalah sangat TEPAT bagi Presiden untuk mulai mewujudkan cita-cita Bung Karno tersebut sekaligus menjadi tonggak bagi lahirnya industri nuklir terintegrasi hulu hilir di tanah air.
Mengingat negeri besar ini dianugerahi oleh Yang Maha Kuasa kekayaan asset sumber daya alam yang besar dan beragam yang ada diperut bumi, termasuk sumber daya energi Bahan Bakar Nuklir (BBN) berupa URANIUM dan THORIUM yang belum dimanfaatkan hingga saat ini.
Dunia sudah bersepakat menuju pemakaian energi bersih ramah lingkungan bebas emisi karbon, guna memitigasi Perubahan Iklim yang disebabkan oleh kenaikan suhu bumi yang sebagian besar disebabkan oleh pemakaian energi fossil.
Teknologi PLTN terus berkembang. Saat ini sudah mencapai Generasi ke 4 yang sudah sangat aman, menjamin kecelakaan seperti yang pernah terjadi di PLTN Chernobyl (PLTN Generasi ke 1), PLTN Fukushima ( PLTN Generasi ke 2) tidak akan terjadi lagi.
Masa pembangunan dari PLTN Generasi ke 4 baik yang berbasis Thorium (Molten Salt Reactor) maupun yang berbasis Uranium (Small Modular Reactor) dengan berbagai disain, jauh lebih singkat dari PLTN generasi sebelumnya.
Biaya produksi listrik, Levelized Cost of Electricity (LCOE) dari PLTN Generasi ke4 ini sudah lebih MURAH dibanding dengan PLTN Generasi sebelumnya maupun jika dibanding dengan Pembangkit Listrik Non-Intermitten PLTU Batubara yang selama ini berperan sebagai komponen utama based load Sistem Kelistrikan Nasional. Sehingga PLTN Generasi terbaru ini sangat tepat untuk menggantikan peran PLTU Batubara yang bisa dimulai secepatnya selama Periode Transisi Energi hingga tahun 2060.
Fungsi PLTU Batubara sebagai komponen utama dari Struktur Base Load yang handal yang dapat menjamin listrik yang sampai ke rakyat/konsumen/industri bisa nyala 24 jam non stop.
Sehingga di Era Dunia Menuju Energi Bersih, PLTN sangat tepat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional guna mempercepat Indonesia menjadi negara industri maju.
Dimana kegiatan industri skala kecil, skala rumah tangga, skala menengah dan skala besar sebagai pusat-pusat kegiatan ekonomi dalam penciptaan nilai tambah (GDP) bisa beroperasi bekerja 24 jam non stop, tanpa diganggu oleh listrik yang hidup-mati- hidup dalam 24 jam.
Pembangunan PLTN dan kelahiran industri nuklir di tanah air, tak ayal lagi bisa menjadi sektor ekonomi baru yang modern, menciptakan jenis lapangan kerja baru dalam kegiatan ekonomi nasional. Hal ini didukung oleh SDM/Sarjana/Ahli Nuklir nasional dan bidang keahlian lain yang terkait, sudah dipersiapkan sejak tahun 1960an dengan dibukanya Prodi nuklir diberbagai Perguruan Tinggi di tanah air.
Sekali lagi kita himbau dan minta pemerintah untuk mendeklarasikan kebijakan energi nasional: “GO NUCLEAR FOR PEACE ” di forum KTT G20 di Bali.
Jakarta, Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2022
* Penulis, Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014-2019. Alumnus CSM, IFP dan UI.