Kamis, 3 Juli 2025

INDONESIA SIAP GAK..? Gempa “Megathrust” Jepang Bisa Capai M 8-9, Ratusan Ribu Orang Terancam Tewas

JAKARTA – Komite Penelitian Gempa Bumi Jepang baru saja mengumumkan peningkatan peluang terjadinya gempa besar atau megathrust di negara tersebut. Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (16/1/2025), peluang terjadinya gempa megathrust kini diperkirakan berada di angka 75-82 persen dalam 30 tahun ke depan.

Ini adalah peningkatan dari perkiraan sebelumnya yang berkisar di angka 74-81 persen.

Gempa megathrust yang diprediksi dapat bermagnitudo 8-9 ini berpotensi memicu tsunami besar, menyebabkan ratusan ribu kematian, serta merugikan negara hingga miliaran dollar AS.

Lokasi yang menjadi sorotan untuk kemungkinan terjadinya gempa ini adalah Palung Nankai, jurang bawah laut sepanjang 800 kilometer yang membentang sejajar dengan pantai Pasifik Jepang.

Apa itu Palung Nankai?

Palung Nankai adalah area di mana lempeng tektonik samudra Laut Filipina menunjam perlahan ke bawah lempeng benua Jepang.

Dalam prosesnya, lempeng-lempeng tersebut mengalami gesekan, menyimpan energi yang sangat besar hingga akhirnya dilepaskan dalam bentuk gempa dahsyat.

Menurut Markas Besar Penelitian Gempa Bumi milik pemerintah, selama 1.400 tahun terakhir, gempa besar di Palung Nankai telah terjadi setiap 100-200 tahun. Gempa terakhir yang tercatat di daerah ini berlangsung pada tahun 1946.

“Sudah 79 tahun sejak gempa terakhir, dan kemungkinan terjadinya gempa lagi meningkat setiap tahun dengan kecepatan sekitar satu persen,” ungkap seorang pejabat dari Komite Penelitian Gempa Bumi kepada AFP.

Pemerintah Jepang juga memberikan peringatan kepada publik mengenai potensi terjadinya tsunami setinggi lebih dari 30 meter, yang dapat menerjang pulau-pulau kecil di lepas pantai utama, berdasarkan perkiraan yang dikeluarkan pada 2012.

Pada Agustus 2024, Asosiasi Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan pertama tentang kemungkinan gempa besar, setelah terjadi gempa bermagnitudo 7,1 yang melukai 15 orang. Meskipun peringatan itu dicabut setelah seminggu, kepanikan menyebar di kalangan masyarakat, mendorong mereka melakukan panic buying.

Banyak yang mulai menimbun beras dan bahan pokok lainnya, sehingga terjadi kelangkaan pasokan di beberapa daerah.

Sejarah mencatat bahwa pada 1707, semua segmen Palung Nankai mengalami kerusakan secara bersamaan, menghasilkan gempa terkuat kedua dalam catatan Jepang.

Peristiwa tersebut juga memicu letusan Gunung Fuji yang terakhir, diikuti dua megathrust Nankai pada 1854, serta dua gempa lainnya pada 1944 dan 1946.

Tsunami 3 Meter Terjadi di PLTN Shika Usai Gempa 1 Januari 2024

Sebelumnya kepada Bergelora.com di Jakarta di laporkan setahun lalu gelombang tsunami setinggi tiga meter terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Shika setelah gempa Jepang bermagnitudo 7,5 mengguncang pada Senin (1/1/2024).

Operator PLTN Shika yaitu Hokuriku Electric Power pada Rabu (10/1/2024) mengatakan, tsunami itu tidak menimbulkan kerusakan.

Tsunami di PLTN Shika mengingatkan risiko bencana nuklir yang terjadi di PLTN Fukushima setelah tsunami 2011, menjadikannya salah satu bencana atom terburuk di dunia.

Adapun gempa Jepang di Prefektur Ishikawa kali ini menewaskan sedikitnya 203 orang, membuat rumah-rumah rata dengan tanah, dan ribuan orang tak memiliki akses listrik karena infrastruktur rusak.

Hokuriku Electric Power menuturkan, awalnya tsunami satu meter tercatat di dekat PLTN Shika setelah pukul 16.30 waktu setempat, kira-kira 20 menit setelah gempa pertama pada 1 Januari.

“Analisis kami menunjukkan gelombang setinggi tiga meter terjadi sekitar pukul 17.45,” ujar juru bicara Hokuriku Electric Power kepada kantor berita AFP.

Diungkap PLTN Shika berada 11 meter di atas permukaan laut dan dilindungi tembok laut setinggi empat meter yang dibangun setelah kecelakaan nuklir Fukushima pada 2011.

Analisis tsunami ini keluar setelah Hokuriku Electric mengumpulkan data dari alat pengukur di lepas pantai yang berhenti mengirimkan catatan setelah gempa.

Kerusakan kecil dilaporkan terjadi di PLTN-PLTN lainnya di sepanjang garis pantai Laut Jepang setelah gempa Ishikawa, termasuk kebocoran air untuk mendinginkan bahan bakar nuklir dan pemadaman listrik sebagian di salah satu pembangkit listrik.

Para operator PLTN itu mengatakan, tidak ada bahaya kerusakan terhadap lingkungan atau di pembangkit itu sendiri. Jepang adalah salah satu negara paling rawan gempa di dunia. Lebih dari 30 reaktor nuklirnya dimatikan setelah gempa 2011, tetapi sekitar 12 reaktor nuklirnya sudah beroperasi kembali. Secara total, 68 orang masih hilang sampai Selasa (9/1/2024) malam setelah gempa 1 Januari, menurut pihak berwenang setempat.

Sementara itu, gempa Jepang di Ishikawa membuat nyaris 3.500 orang terjebak di wilayah terpencil, hampir 30.000 orang berada di tempat penampungan pemerintah, sekitar 60.000 rumah tangga tanpa air bersih, dan lebih dari 15.000 rumah tangga tanpa listrik. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru