Oleh: Ubaidillah Achmad*
Sejenak, sesudah berbuka dengan air putih hangat, tiba tiba terbersit dipikiran saya, sebuah pertanyaan yang pernah diajukan kepada saya: untuk siapa visi kemanusiaan di UIN Walisongo? Tentu saja, untuk seluruh umat manusia. Namun demikian, ternyata tidak mudah megaplikasikan prinsip kemanusiaan kita kepada setiap umat manusia. Mengapa tidak mudah mengaplikasikan kemanusiaan?
Sehubungan dengan kesulitan ini, karena ternyata betapa sulit memilih dua pilihan yang ditawarkan kepada setiap manusia. Dua pilihan ini tidak terkait dengan teori atau metode menentukan identifikasi apakah sesuatu itu manusiawi atau tidak manusiawi. Dua pilihan dimaksud, yang pertama, perasaanmu yang digelayuti rasa cemburu. Kedua, keyakinanmu yang menapaki jejak tanpa cendera mata. Dua pilihan inilah yang melatarbelakangi kemunculan teori dan model metode menentukan sikap kemanusiaan.
Dalam konteks atau realitas kehidupan masyarakat, selalu akan mengalami kesulitas menentukan sikap berperasaan yang digelayuti rasa cemburu. Karenanya, teori tentang kemanusiaan akan selalu tergantung pada upaya mengoperasikam gelayut rasa cemburu seseorang. Gelayut rasa cemburu ini, yang akan merusak citra kemanusiaan yang tercerabut prinsip kebenaran yang bersumber dari Allah. Prinsip kebenaran yang bersumber dari Allah ini sangat memerlukan keyakinan seseorang untuk menapaki jejak karena Allah.
Sekarang ini, justru yang terjadi sebaliknya, kemanusiaan hanya berupa citra yang mencitrakan gelayut rasa cemburu yang sangat tergantung pada kepentingan kelompok dan kepentingan kehendak kuasa. Karena kenyataan ini, maka banyak prinsip kemanusiaan yang ditegakkan untuk kepentingan politik individu yang sedang berkuasa. Konteks kemanusiaan yang seperti ini menjadi tergantung pada konsep kemanusiaan perspektif materialisme, yang berkembang menjadi utilitarianisme, hedonisme, dan pragmatisme.
Yang menjadi persoalan, justru banyak kemanusiaan yang diperjuangkan oleh mereka yang percaya agama dan tidak percaya agama sama-sama didasarkan pada prinsip kemanusiaan perspektif materialis dan pragmatis. Karena pilihan kemanusiaan dengan gelayut kecemburuan kepentingan kelompok ini, akhirnya prinsip kemanusiaan menjadi sangat relatif dan menjadi alasan mengapa kemanusiaan untuk menutupi sikap kejam, sikap tidak adil, sikap menolak persamaan.
Kenyataan ini yang membuat mengapa ada kesulitan mengaplikasikan prinsip kemanusiaan pada kehidupan umat manusia. Memang mudah berbicara tentang kemanusiaan, merumuskan teori kemanusiaan pada artikel ilmiah dan pada pidato para pemimpin negera, namun sifat ksmanusiaan ini akan selalu tertutup kepentingan sesaat. Misalnya, terjadinya sikap mengabaikan kemanusiaan untuk menyelamatkan kekuasaan dan diri dari hegemoni kehendak
Kuasa.
Oleh karena itu, sikap kepahlawanan akan selalu muncul dari mereka yang berani meletakkan prinsip keadilan dan persamaan untuk makna kemanusiaan bagi semua umat manusia. Prinsip kemanusiaan yang seperti ini sebagaimana makna kemansiaan yang telah menjadi wahyu para Nabi dalam jejak tradisi kenabian. Karenanya, kampusku, UIN Walisongo Semarang, bertahanlah dengan visi kemanusiaan yang bersumber dari jejak kenabian. BRAVO!!!
*Penulis adalah penulis Buku Islam Geger Kendeng, mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang