Banyak orang bicara besar tentang perubahan tapi tidak tahu bagaimana dan dari mana memulai. Sekelompok remaja di sebuah dusun di Lampung Timur saat ini memulai perubahan kecil dengan tujuan besar. Sari Marlina, seorang fotografer dan kader Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Lampung Timur menuliskannya untuk pembaca Bergelora.com. (Redaksi)
Oleh: Sari Marlina
DI ERA DIGITAL seperti sekarang ini, para remaja khususnya dan masyarakat pada umumnya lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain gadget. Namun sekelompok warga dusun Mega Kencana, Kelurahan Rajabasa Lama, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur yang menamakan diri mereka STAR JUMPER, mencoba memulai membuat semacam gerakan sosial berbasis lingkungan untuk mengisi kegiatan di luar kegiatan utama, sekolah dan kerja.
Organisasi yang bergerak dibidang seni, budaya dan sosial ini mempunyai kegiatan unggulan yang diberi nama Sedekah Sampah. Dinamakan sedekah sampah karena mereka meminta sedekah berupa sampah daur ulang kepada para warga untuk dikelola supaya bernilai ekonomi.
Berawal dari keprihatinan beberapa orang terhadap banyaknya sampah yang tidak tertangani dengan baik,– di lingkungan sekitar rumah maupun di tempat-tempat umum di wilayah Lampung Timur dan sekitarnya. Mereka mencoba membuat gerakan peduli sampah dengan tujuan mengurangi dampak buruk seperti polusi udara, polusi tanah serta polusi mata serta timbulnya berbagai macam penyakit akibat sampah.
Kegiatan Sedekah Sampah ini dilakukan setiap akhir pekan, hari sabtu atau hari minggu sore. Mereka mengumpulkan sampah-sampah plastik, besi kaleng , kardus dan sebagainya di jalan-jalan dusun, tempat-tempat umum serta sekitar rumah warga. Mereka juga menerima pemberian sampah daur ulang dari warga.
Sampah-sampah tersebut dikumpulkan kemudian dikelola sedemikian rupa sehingga bernilai ekonomi. Untuk sementara ini sampah-sampah tersebut diberikan kepada pengumpul sampah untuk kemudian di daur ulang. Tapi kedepan mereka berharap bisa lebih memaksimalkan proses pengelolaan sampah ini.
Hasil ekonomi dari kegiatan mingguan tersebut di gunakan untuk menopang kegiatan yang lain seperti kegiatan seni dan budaya di dalam dusun tersebut seperti belajar membuat film pendek, bermain musik, menari serta bermain karawitan. Kegiatan ini yang awalnya dipandang sebelah mata. Namun, perlahan mulai mendapat dukungan dari para warga dusun tersebut, terbukti setelah berjalan beberapa kali, mereka tidak selalu harus memunguti sampah dijalanan, tapi terkadang beberapa warga dengan kesadaran sendiri mengumpulkan sampah-sampah tersebut disamping rumah untuk supaya bisa diambil mereka setiap minggunya.
Meskipun anggota organisasi ini masih sedikit, dan didominasi oleh remaja putri dan anak-anak, tapi mereka bertekad untuk tidak berhenti melakukan kegiatan sedekah sampah ini. Walaupun seringkali terlontar ledekan dari warga dusun sendiri seperti “pemulung cantik”, atau “anak-anak pemulung”, dan sebagainya, mereka menganggap itu semua sebagai respon positif yang akan memotivasi mereka untuk tetap konsisten menangani sampah. Karena kita semua menyadari soal sampah ini, tidak ada yang boleh dibebani tanggung jawab untuk mengurusnya kecuali diri sendiri.
Setiap manusia yang hidup akan menghasilkan sampah, maka setiap manusia yang hidup wajib mengurus sampahnya masing-masing. Jika kesadaran itu belum muncul maka akan menjadi tanggung jawab bersama untuk membangun kesadaran tersebut.
Kegiatan semacam ini sebenarnya bukan pertama kalinya di dusun Mega Kencana. Sekitar 4 tahun berselang, kegiatan pengumpulan sampah pernah dicoba dilakukan oleh para pemuda dusun. Tapi tidak berjalan sebagaimana mestinya karena kurangnya kerjasama atau hal yang lainnya. Belajar dari kegagalan beberapa tahun lalu, kembali kegiatan sampah ini dimulai lagi dengan berbagai macam perbaikan program yang kali ini dilakukan oleh para Srikandi Dusun.
Target mereka adalah seluruh masyarakat Lampung Timur sadar dan tahu akan pentingnya menangani sampah dengan benar. Mereka juga berharap, di sekolah- sekolah diajarkan bagaimana memperlakukan sampah dengan benar. Karena ada perlakuan yang berbeda-beda antara sampah yang satu dengan sampah lainnya.
Misalnya sampah styrofoam atau sampah baterai berbeda perlakuannya dengan sampah sayuran dari dapur. Tapi berhubung harapan-harapan itu belum terpenuhi, mereka mengajak anak-anak usia sekolah untuk ikut kegiatan ini, dan respon para siswa siswi dusun ini sangat baik.
Kegiatan yang sudah dimulai sejak 2 bulan yang lalu ini mendapatkan berbagai respon dari masyarakat baik di dalam dusun maupun di luar dusun. Baik itu yang negatif maupun positif.
Meskipun sementara ini organisasi ini berjalan sendiri dan belum mendapat dukungan dari pihak terkait, tapi mereka akan tetap berupaya keras mengetuk hati semua pihak untuk sadar akan pentingnya menangani sampah. Sementara itu perbaikan-perbaikan cara mengumpulkan dan mengolah sampah juga akan terus diupayakan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Misalnya untuk masalah keamanan kesehatan, pentingnya memakai masker dan sarung tangan saat melakukan pengumpulan sampah belum terfasilitasi tapi kedepan akan terus diupayakan.
Kita semua sadar sepenuhnya, bahwa untuk mencapai masyarakat yang maju dan peduli sampah dibutuhkan waktu tenaga dan pikiran yang panjang dan lama. Tapi kita semua juga harus yakin, bahwa dengan kerjasama yang baik dengan banyak pihak, tidak mustahil kita akan mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas sampah di Lampung Timur ini khususnya, dan dunia umumnya.