JAKARTA – Soft opening pameran tunggal seni lukis karya Fitrajaya Nusananta, Minggu (19/12/2021) malam berlangsung meriah. Ruang pamer lantai dua Gallery Kunstkring, Jl. Tengku Umar 1, Menteng Jakarta Pusat, dipenuhi para undangan, tokoh masyarakat, para seniman, dan penikmat seni rupa.
Penandatanganan kanvas oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, menandai puncak seremoni malam itu. Dilanjut kemudian, pembubuhan tanda tangan oleh promotor pameran, Andreas Gunawan, disusul pelukis Fitrajaya Nusananta, kurator Pug Warudju, dan dipungkasi oleh perupa senior Suhardi.
Iwan Henry, membuka pameran mewakili Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang berhalangan hadir. Selain membuka pameran, Iwan juga membacakan sambutan tertulis Gubernur. Dalam sambutannya, Gubernur Anies mengatakan, bagi seniman, pameran tunggal adalah mediasi penandaan dirinya sebagai bagian dari upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan.

“Terlebih pameran tunggal karya Fitrajaya Nusananta digelar di Kunstkring. Tempat ini menjadi penanda penting bagi masuknya aliran modern seni rupa di Indonesia. Tempat ini adalah penanda hadirnya seni rupa modern abad ke-20. Karena itu, Galeri Kunstkring menjadi destinasi wajib bagi pecinta seni untuk datang dan menikmati pameran seni lukis di sini,” papar Anies.
Ditambahkan, pada saat pameran dan setelah pameran berakhir, banyak apresiasi dan kritik yang datang. Semua itu justru akan menjadi daya kreasi dan mengasah ketajaman intuisi pelukis untuk lebih mampu menghasilkan karya lukis yang lebih berbobot dan berkualitas. “Atas nama Pemprov DKI Jakarta, saya mengucapkan selamat berpameran,” kata Anies dalam sambutannya.
Melalui pameran tunggal Fitrajaya Nusananta, gubernur berharap akan memunculkan kesinambungan hadirnya karya-karya yang bersifat kebaruan. Semua itu demi dinamika sejarah dunia artistik pada dimensi makna kemanusiaan yang lebih maju dan lebih beradab, sekaligus menopang pertahanan ekonomi, pariwisata, dan kebudayaan.

Acara yang diselingi tarian salsa oleh Hesty & Friend ini, juga mendapat apresiasi banyak tokoh masyarakat dan seniman yang hadir. Selain pelukis Hardi, tampak Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto, CEO L Project Ali Kusno Fusin, kurator Merwan Yusuf, Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta Aidil Usman, pelukis Sohieb Toyaroja, dan masih banyak lainnya.
Di sela-sela pameran, Fitrajaya tampak antusias menjawab minat bertanya dari para pengunjung tentang konsep pameran yang ia beri tajuk “Memoir Of The Old Master”. Dengan fasih, Fitra pun menyebut nama-nama “Old Master” yang menjadi inspirasinya. Sebut saja antara lain Pablo Picasso, Gustav Klimt, Egon Schiele, Paul Gauguin, Mark Chagal, Sandri Botticelli, Leonardo da Vinci, Michelangelo, Rembrandt, dan lain-lain.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, kurator Merwan Yusuf, dalam obrolan santai dengan Andreas Gunawan sang promotor, bahkan mengatakan, “Ini gila. Ide yang sangat gila. Menempatkan tokoh-tokoh seni rupa dunia ke dalam kanvas, dan membiarkan mereka berdialog. Anda bisa bayangkan, bagaimana seorang Picasso dan Gustav Klimt misalnya, disandingkan dalam kanvas. Benar-benar luar biasa. Belum pernah ada pelukis yang melakukannya,” ujar Merwan, seorang kurator alumnus Ecole Nationale Superieur des Beaux Arts Paris, Perancis. (Enrico N. Abdielli)