JAKARTA- Tingkat pembangunan PLT-EBT yang non-intermitten dengan biaya produksi listrik (LCOE) yang lebih rendah dari LCOE PLTU Batubara mestinya harus dipercepat dengan jumlah kapasitas yang dibangun lebih tinggi dari tungkat PLTU Batubara yang hendak di pangsiunkan. Hal ini disampaikan Dr. Kurtubi dari HIMNI dan Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019 kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis.(23/9)
“Tujuannya agar level baseload sistem kelistrikan masional terus meningkat dengan tetap reliable bisa nyala 24 jam dan lebih efisien agar industrialisasi tumbuh lebih cepat,” jelasnya.

Pastinya menurut Kurtubi, agar komponen baseload dari PLT- EBT non-intermitten dengan LCOE yang lebih murah ini bisa segera menggantikan peran PLTU Batubara sebagai komponen utama dalam baseload sistem kelistrikan nasional, maka proses pembangunan PLT-EBT non-intermitten berbiaya murah, harus didorong, dipermudah dan dipercepat.
“PLTN dengan teknologi dan disain henerasi ke 4 yang menenuhi kriteria ini, harus didukung, dipermudah dan dipercepat,” jelasnya.
Strategi ini diperlukan guna menjamin pertumbuhan industrialisasi dengan energi bersih berbiaya murah dengan LCOE yang lebih murah dari PLTU yang digantikan, semestinya dipercepat untuk mengikuti jadwal pangsiunnya PLTU Batubara dan jadwal emisi near zero tahun 2050 dan jadwal fullzero tahun 2060.
Kedua, sekaligus untuk mencapai pertembuhan ekonomi di tanah air yang harus semakin tinggi, tidak lagi mubeng-mubeng di 5% seperti yang terjadi selama ini.
“Untuk itu perencanaan energi nasional harus didisain untuk tumbuhnya ekonomi dengan skenario 7% hingga double digit. Ini bukan perkara gampang. Butuh perencanaan yang ditunjang data dan pemodelan yang tepat. (Web Warouw)