Jumat, 19 April 2024

JANGAN ASAL BANTAH, SELIDIKI DULU DONG..! BMKG Jawab Soal Operasi HAARP Amerika Serikat Yang Sebabkan Gempa di Turki

JAKARTA- Gempa berkekuatan 7,7 yang melanda Turki dan Suriah berlangsung pada Selasa (7/2/2023) sore waktu setempat. Akibatnya ribuan orang menjadi korban, hingga hancurnya setengah bangunan kota.

Peristiwa tersebut kemudian menimbulkan banyak kecurigaan dari masyarakat yang mengaku melihat sejumlah tanda. Beberapa di antaranya yakni kilat dan gumpalan awan aneh tepat sebelum gempa terjadi.

Dampak gempa di Turki. (Ist)

Banyak pengamat kemudian mencurigai bahwa gempa tersebut disebabkan oleh High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) yang dikirimkan oleh Amerika Serikat.

HAARP merupakan sebuah penelitian atau riset tentang ionosfer yang didukung oleh militer Amerika Serikat dan Universitas Alaska. Tujuan riset ini adalah untuk mempelajari dinamika ionosfer dan menggali potensi untuk mengembangkan teknologi komunikasi radio dan pemantauan.

Salah satu perangkat terpenting dari riset ini adalah Ionospheric Research Instrument atau IRI yang terletak di Alaska. Perangkat ini terdiri dari 180 antena radio yang bisa mentransmisikan gelombang radio frekuensi tinggi ke atmosfer.

Dari sini, paparan gelombang berfrekuensi tinggi hadir menyebabkan badai Matahari yang memicu aurora karenanya eksperimen ini disebut aurora buatan, tetapi dengan skala lebih kecil.

Selain itu, muncul klaim adanya kilat di langit Turki terjadi karena HAARP ini.

Seorang pengguna Twitter mengklaim sambaran petir sebelum gempa bumi “selalu terjadi dalam operasi [HAARP]” dengan mengatakan gempa bumi “terlihat seperti operasi penghukuman oleh NATO atau AS.”

Penjelasan BMKG

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, BMKG menjelaskan bahwa gempa Turki dipicu oleh aktivitas tektonik lempeng Anatolia Timur. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan peristiwa yang terjadi di Turki merupakan kaitan pegerakan tektonik dengan peti. “Saat batuan kulit bumi mengalami/mendapat tekanan yang hebat dan sangat kuat, mendekati batas elastisitasnya, maka sebelum failure akan melepaskan gelombang elektromagnetik. Dari sinilah awal cerita lightning during the earthquake, pencahayaan gempa. “seismoelectric effect,” tulis Daryono dalam akun Twitternya, Rabu (8/2/2023).

Ia juga menjelaskan bahwa peristiwa serupa pernah terjadi di Indonesia. Tepatnya pada 16 Februari 2014, di lereng Gunung Semeru, Jawa Timur.

“Tak usah jauh-jauh ke Turki. Gempa Sumogawe di lereng utara Merbabu pada 16 Februari 2014 juga terdapat fenomena earthquake lightning,” lanjutnya.

Daryono pun menyebut kaitan antara HAARP dengan gempa bumi merupakan “angan-angan kosong”.

Ia juga menegaskan bahwa terjadinya kilat sebelum gempa mengguncang suatu daerah adalah hal yang lumrah. (Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru