JAKARTA- Masyarakat ternyata masih menginginkan agar Joko Widodo (Jokowi) bisa tetap memimpin Indonesia untuk periode ketiga kalinya. Hal ini tercermin dari Hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan dukungan kuat pada Jokowi agar kembali memimpin Indonesia nanti.
Elite PDIP Hendrawan Supratikno menganggap hasil survei ini menarik. Masa jabatan Jokowi yang sudah dua periode, kata Hendrawan, tak diperhitungkan responden dalam survei ini.
“Hasil yang menarik. Ada apresiasi terhadap kinerja Pak Jokowi, sehingga responden tidak memperhitungkan bahwa Pak Jokowi–dalam konteks konstitusi yang sekarang berlaku–tidak bisa mencalonkan diri lagi,” kata Hendrawan kepada wartawan, Selasa (4/5).
Dia menilai responden tak melihat aturan dalam konstitusi yang menutup kemungkinan Jokowi menjadi presiden di periode ketiga.
Meski demikian, kata Hendrawan, Jokowi bisa saja menjadi presiden lagi jika ada amandemen UUD 1945.
“Baca frasa saya ‘dalam konteks konstitusi yang sekarang berlaku’. Bila MPR melakukan amandemen tentang masa jabatan presiden, tentu harus kita lihat lagi konteksnya,” ujar politikus senior PDIP ini.
Hendrawan kemudian bicara soal pertanda yang muncul dari hasil survei Litbang Kompas. Hendrawan menganggap ada pertanda ‘peta ke depan di rel yang sama’.
“Juga menarik, karena hasil survei juga menyiratkan arti penting keberlanjutan. Ada harapan dari masyarakat bahwa ‘peta jalan ke depan’ hendaknya ada di rel yang sama,” sebutnya.
Namun Hendrawan tak menjelaskan maksud peta ke depan hendaknya di rel yang sama. Dia mempersilakan masyarakat menerjemahkan maksud ucapannya.
Dari pernyataan tersebut, sepertinya Hendrawan ingin mengatakan PDIP akan memperhitungkan dan menyesuaikan diri pada keinginan rakyat agar Jokowi dapat kembali memimpin Indonesia pada 2024-2029.
Nama Jokowi sebelumnya masih difavoritkan menjadi capres meski sudah 2 periode menjabat presiden. Nama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan menyusul di bawahnya.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, hasil ini terungkap dalam survei Litbang Kompas yang dirilis pada Selasa (4/5). Survei digelar pada 13-26 April 2021 melalui wawancara tatap muka. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak di 34 provinsi. Margin of error penelitian sebesar +- 2,8 persen.
Responden diberi pertanyaan ‘jika pemilu presiden dilakukan saat ini, menurut Anda siapakah tokoh yang paling layak menjadi presiden?’. Berikut ini jawabannya:
Joko Widodo: 24%
Prabowo Subianto: 16%
Anies Baswedan: 10%
Ganjar Pranowo: 7%
Sandiaga Uno: 4%
Ridwan Kamil: 3%
Agus Harimurti Yudhoyono: 3%
Basuki Tjahaja Purnama: 3%
Tri Rismaharini: 2%
Gatot Nurmantyo: 2%
Mahfud Md: 1%
Lainnya: 2%
Belum ada/rahasia: 21%
Dorongan agar Jokowi mau mempimpin Indonesia semakin meluas, setelah Arief Poyuono, mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra berkali-kali menyampaikan pentingnya keberlanjutan pembangunan yang sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi. Namun hal ini ditepis secara keras oleh Presiden Jokowi.
Arief Poyuono menjelaskan, pembangunan akan terhenti karena investor akan kembali ragu pada stabilitas dalam negeri, jika 2024 akan menghasilkan presiden baru.
“Padahal pembangunan sangat bertumpu pada kerjasama investasi asing yang saat ini sedang mengerjakan berbagai proyek strategis. Kalau ganti pemimpin kemungkinan mengganggu stabilitas dan kepastian investasi. Apa pak Jokowi mau liat semua pekerjaannya mangkrak karena ditinggal investor?” Katanya.
“Saya tegaskan bahwa Jokowi 3 Periode ini bukan untuk kepentingan pak Jokowi, tapi kepentingan rakyat, bangsa dan negara yang sedang bangkit. Menolak memimpin artinya lepas tanggung jawab,” tegasnya.
Untuk itu menurut Arief Poyuono, agenda politik terpenting adalah amandemen UUD’ 45 oleh MPR agar Jokowi bisa kembali ikut dalam pemilu 2024 dan terpilih memimpin Indonesia kembali.
“Ini untuk kepentingan 270 Juta rakyat Indonesia. Bukan untuk kepentingan elit politik, partai, apalagi hanya kepentingan seorang Jokowi,” tegasnya. (Web Warouw)
Setuju lebih dari tiga periode