Sabtu, 5 Juli 2025

Jenguk Huda, Ganjar Pranowo: Tugas Kita Cari Jalan Keluar Semua Persoalan Rakyat

Gubernur Jawa Tengah (non-aktif), Ganjar Pranowo bersama istrinya Siti Atikoh menjenguk Huda Nur Rosyid di Ruang Anak Gedung Rajawali RSUP Dr Kariadi, Semarang, Jumat (30/3). (Ist)

SEMARANG- Gubernur Jawa Tengah (non-aktif) Ganjar Pranowo meminta agar Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi melakukan perawatan kesehatan secara maksimal kepada pasien, Huda Nur Rosyid, 5 tahun yang menderita  kanker.

“Jika ada biaya perawatan yang belum dicover BPJS agar dikomunikasikan ke saya. Orang tuanya juga kita  tanggung selama menunggu anaknya di rumah sakit. Itu tugas kita sebagai pemerintah, mencarikan jalan keluar semua yang dihadapi rakyat,” ujar Ganjar Pranowo kepada Bergelora.com ketika dihubungi via selular di Semarang, Jumat (30/3).

Sebelumnya ini walaupun sedang non aktif sebagai gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bersama istrinya Siti Atikoh menjenguk Huda Nur Rosyid di Ruang Anak Gedung Rajawali RSUP Dr Kariadi, Semarang.

“Kalau rakyat Jawa Tengah masih percaya sama saya, ijinkan saya meningkatkan fasilitas kesehatan di Jawa Tengah. Tidak boleh lagi ada rakyat Jawa Tengah kesulitan kalau sakit dimanapun,” ujarnya.

Ganjar sempat berbincang dengan orang tua Huda, Ruslan Abdul Gani (34) dan Patimah (29). Sementara orang-orang membicarakan penyakitnya yang langka, Huda hanya diam di atas pangkuan ibunya.

Dari pengakuan Ruslan, anaknya menderita penyakit tersebut sejak usia empat bulan. “Anak saya lahir normal. Tapi sejak umur 4 bulan, muncul luka di bagian pipinya. Hingga meluas seperti saat ini,” kata Ruslan.

Semula Ruslan mengira luka pipi itu biasa saja. Ternyata kian lama malah menjalar ke seluruh wajah dan leher anaknya. Merasa gatal luar biasa, Huda menggaruknya hingga mengakibatkan luka terus melebar. Akhirnya dokter memvonis Huda terkena kanker.

Ketika upaya pengobatan tak juga membuahkan hasil, mata Huda mulai memerah. Dokter mendiagnosis mata Huda terkena tumor. Dari mata kanan, kemudian menjalar ke mata kirinya.

Kini kondisi kedua mata Huda semakin parah. Bagian bola mata huda nampak memerah. Tidak heran bila Huda kerap menangis karena menahan rasa sakit di bagian bola mata dan wajahnya yang gatal-gatal.

Ruslan bersyukur kini semakin banyak yang perhatian pada anaknya. Sebelumnya,  biaya pengobatan sudah ditanggung BPJS, namun pekerja sales makanan ringan itu merasa keberatan dengan biaya hidup di rumah sakit dan ongkos transportasi.

Sementara isterinya, Patimah, tidak bekerja. Perempuan tuna wicara itu setiap saat hanya di rumah menjaga Huda. Senin pekan depan, dokter akan mengambil sampel kulit dan mata untuk diteliti detil penyakitnya.

Ketika Ganjar berpamitan, Huda menyodorkan tangannya meminta salaman. Bahkan sampai dua kali. Anak yang belum bisa bicara itu melambaikan tangannya ketika Ganjar berjalan menuju pintu keluar kamar perawatan.

Nginceng Wong Meteng

Sebelumnya, khusus dibidang kesehatan, calon Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, sejumlah program kesehatan telah disiapkan dalam periode kedua kepemimpinannya mendatang jika terpilih kembali.

Pihaknya lebih mudah dalam membuat program kesehatan dengan merujuk pada data indeks kesehatan 2013-2018. Sejumlah program kesehatan periode pertama akan ditingkatkan. Diantaranya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB).

“Pada awal saya menjabat 2013, angka kematian ibu dan bayi tinggi sekali. Itulah mengapa saya membuat program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng,” katanya, di Semarang, Selasa (20/3) lalu.

Program tersebut terbilang berhasil dengan berbagai indikator menggembirakan. Ketika dunia hanya menargetkan penurunan tiga persen, Jateng mampu menurunkan 14 persen pertahun.

AKI pada 2017 adalah 88,58 per 100 ribu kelahiran hidup. Pada 2013 AKI masih 118,62 per 100 ribu kelahiran hidup dan 2014 naik sedikit.

“Setelah 2014 turun terus dan turunnya cukup banyak, lebih dari 14 persen per tahun,” kata Ganjar.

Penurunan AKI di Jateng yang menyentuh angka 88,58 per 100 ribu kelahiran hidup itu bahkan melampaui target SDG’s yang menetapkan pada angka 90 per 100 ribu kelahiran hidup.

“Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang diluncurkan 2016 lalu adalah semangat kejuangan. Greget yang dimulai dari hulu sampai hilir, lintas sektoral, lintas program, mulai dari primer sampai tersier,” ungkapnya.

Selain capaian penurunan AKI yang menggembirakan, angka kematian bayi (AKB) maupun angka kematian balita (Akaba) juga mengalami hal yang sama.

Lima tahun yang lalu, AKB Jateng tercatat 10,41 per 1.000 kelahiran hidup. Pada 2017 sudah turun menjadi 8,93 per 1.000 kelahiran hidup.

“Begitu juga AKB turun cukup signifikan dari sebelumnya 11,8 jadi 10,47 per 1.000 kelahiran hidup, ” kata politisi PDI Perjuangan itu.

Untuk indikator pembangunan kesehatan yang lain, sambungnya, juga menunjukkan hasil yang baik. Tidak ada lagi raport merah seperti tahun lalu.

Seperti umur harapan hidup yang meningkat, dari 72,6 tahun pada 2013 menjadi 74,2 tahun pada 2017, dan penurunan perilaku buang air besar sembarangan di mana pada 2013 masih 45,8 persen, dan 2017 menjadi 14,7 persen.

Keberhasilan tersebut, lanjut Ganjar, berkat gotong royong banyak pihak. Antara lain Dinas Kesehatan, kader kesehatan, mitra kesehatan, masyarakat kesehatan, dan LSM. Namun, dia mengingatkan, tetap masih ada indikator yang harus dikejar. Seperti, HIV/AIDS, TBC dan kusta.

“Itu tidak cukup. Maka beberapa yang masih kita harus cari, harus kita kejar lagi, seperti stunting. Kemudian ODF kita kejar. Ya buang air di jambanlah. Masak zaman gini buang air di kali. Kemudian kita masih kejar yang berpenyakit HIV/AIDS, TBC, kusta, ini yang kita kejar,” katanya. (Saraswati)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru