Rabu, 22 Maret 2023

Muhasabah Kebangsaan: Isu Populis Di Negeri Demokrasi

Kota Amsterdam, Belanda (Ist)

Catatan ke-2 dalam Roadshow  Islam Nusantara (IN) ke Eropa bersama Ki Ageng Ganjur menyoroti populisme di negeri demokratis. Bergelora.com merasa perlu memuat tulisan budayawan Gus Durian, Al-Zastrouw di bawah ini. (Redaksi)

 

Oleh: Al-Zastrouw

WAKTU menunjukkan jam 5 pagi. Anak-anak bergegas melaksanakan shalat subuh karena merasa waktu sholat subuh sudah hampir habis. Meski suasana masih gelap mereka merasa itu karena cuaca agak mendung. Setelah melaksanakan shalat seorang teman yang sudah lama di Belanda bilang: “Habis tahajut ya mas?”

Teman-teman menjawab setengah heran: “kok tahajud, kami habis shalat subuh mas”

“Lho subuh di sini jam 6.30 mas” jawab teman tersebut sambil tertawa

“Haaa… subuh jam setengah tujuh?” Jawab teman2 Ganjur serentak. “Pantesan masih gelap, tak pikir karena mendung” jawab salah satu anak Ganjur.

Selain jetlag memang ada problem cuaca yang dialami oleh teman-teman ganjur yang biasa hidup di iklim tropis. Meski menurut teman-teman yang ada di Belanda cuaca sudah lumayan hangat di banding hari-hari sebelumnya yang mencapai minus derajad, namun bagi teman-teman yang biasa hidup dalam suhu di atas 24 derajad tetap saja menggigil dalam suhu 5 derajad.

Karena cuaca masih sangat dingin, pagi itu anak Ganjur lebih banyak mendekap selimut. Baru pada jam 10-an ada yang keluar kamar untuk sekedar melihat pasar tradisional dan suasana kota Den Haag. Kebetulan pagi itu belum ada acara sehingga bisa digunakan untuk jalan-jalan sambil foto-foto menikmati suasana kota yang dingin. Meski sebagai ibu kita, namun suasana Den Haag tetap rapi, tenang dan tertib. Tidak semrawut dengan dengan orang-orang sibuk yang lalu lalang seolah dikejar waktu.

Pukul 2 siang rombongan siap-siap berangkat menuju KBRI karena jam 3 rombongan dijadwalkan diterima resmi oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Gusti Agung Wesaka Puja. Pada pukul 2.55 kami tiba di kantor KBRI, sejenak kami melihat suasana kantor KBRI yang artistik dan pada jam 3.20 kami diterima Bapak Dubes di Ruang rapat, karena rombongan kami besar, sekitar 25 orang.

Dalam sambutannya pak Dubes menyatakan bahwa kunjungan rombongan Ki Ageng Ganjur merupakan momentum yang tepat.

Menurut pak Dubes, di Belanda banyak orang yang berpikiran negatif terhadap Islam. Mereka selalu mengkaitkan Islam dengan berbagai tindak kekerasan dan teror. Oleh karena itu kedatangan Ki Ageng Ganjur yang membawa missi kebudayaan religius Islam Nusantara yang mengedepankan sikap toleran, moderat, iklusif dan sejuk merupakan sesuatu yang penting dalam waktu yang tepat. Apalagi cara yang digunakan sangat menarik yaitu dengan menggunakan seni budaya.

Dalam kesempatan tersebut pak Dubes Puja juga menyatakan adanya gerakan populisme yang sudah mewarnai dalam kancah politik Belanda. Sebagaimana kita ketahui dalam Pemilu Parlemen Belanda yang diselenggarakan bulan Maret tahun lalu, sempat diwarnai issu populisme sektarian anti Islam yang dihembuskan oleh Gert Wilders pemimpin Partai Untuk Kebebasan (PVV).

Wilders sering dianggap sebagai Donald Trumpnya Belanda karena secara tegas menentang imigran Muslim. Bahkan dalam kampanyenya dia menyatakan bersumpah akan menutup perbatasan untuk imigran muslim, mengancam akan melarang pembacaan al-qur’an dan menutup masjid yang ada di Belanda

Namun dalam pemilu yang diikuti oleh 12,5 juta pemilih dengan angka partisipasi yang mencapai 81% itu Wilders berhasil dikalahkan sang Patahana, Mark Rutte dari partai Kebebasan dan Demokrasi (VVD). Dalam perayaan kemenangannya Rutte menyatakan bahwa Belanda menyatakan “tidak” pada “kaum populis yang keliru”.

Pada taraf ini kita bisa menyatakan bahwa rayat Belanda berhasil menahan laju populisme sektarian.

Namun kemunculan Wilders bisa dianggap sebagai  ujian terbaru gelombang populisme yang merambah ke Eropa. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Wilders yang tidak akan menghentikan perjuangannya melalui gerakan populisme: “saya sangat bersedia untuk berjuang, kita harus menunggu sampai pemilu berikutnya” demikian kata Wilders saat memberikan pidato pasca pemilihan.

Meski dalam pemilu tahun lalu Belanda berhasil mengalahkan issu populisne sektarian, namun melihat trend yang ada, issu ini akan menjadi semakin menarik bagi para pemilih. Ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah perolehan kursi dari partai pengusung issu tersebut. Pada pemilu tahun 2012 partai PVV hanya memperoleh 15 kursi dan pada pemilu 2017 dengan membawa issu populisme sektarian partai ini berhasil menambah 4 kursi di Parlemen menjadi 19 kursi.

Ini merupakan warning bagi para aktivis demokrasi. Karena bagaimanapun gerakan intoleran yang membawa issu populisme,  yang menggunakan demokrasi sebagai alat perjuangan, akan berkontestasi dengan gerakan kemanusiaan yang membawa issu pluralisme, tolerasi, moderasi dan inklusi. Dan hal ini akan berpengaruh pada situasi politik dan tatanan dunia secara global.

Bagi bangsa Indonesia ini penting dicermati, Karena resonansi dari gerakan populisme sektarian akan sampai ke Indonesia. Ketika populisme sektarian anti Islam muncul di Barat (Amerika Serikat dan Eropa) maka arus balik gerakan tersebut akan terasa di Indobesia dalam bentuk goncangan sosial gerakan anti Barat dan non Muslim. Gejala ini sudah tampak nyata sehingga diperlukan perhatian serius dari seluruh komponen anak bangsa untuk mengatasi masalah ini agar tidak merobek keutuhan bangsa dan mengancam eksistensi negara.

Saya melihat, kasus kemenangan Mark Rutte dari Partai VVD atas Geert Wilders dari partai PVV dalam pemilu Belanda tahun lalu bisa menjadi pelajaran menarik dalam menghadapi gerakan populisme yang menggunakan issu agama untuk manarik simpati publik dan memperoleh suara dalam politik.

Bersyukur perjanan Ki Ageng Ganjur kali ini dapat mengintip suasana politik di Belanda meski dari lubang yang sangat kecil dan sempit. Dan kondisi ini makin memantapkan langkah kami dalam membawa mussi kebudayaan Islam Nusantara yang damai, toleran, moderat, iklusif dan penuh rahmat. Semangat ini yang bisa mengalahkan dibginnya cuaca di Den Haag. Meski kobaran semangat membara namun badan tetap menggigil. Tabik.

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,584PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru