JAKARTA – Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, menantang pihak yang mengatakan penangkapan terduga teroris baru-baru ini oleh Densus 88 Anti Teror adalah rekayasa sebagai pengalihan isu, untuk menunjukkan buktinya, jika ada.
“Kalau seandainya memang ada bukti, kalau ini rekayasa, tolong tunjukkan buktinya itu,” kata Jenderal Pol Tito Karnavian usai memimpin Upacara Sertijab sejumlah Kapolda di Rupatama Mabes Polri Jakarta, Jumat (16/12).
Jika bukti itu memang ada dan bisa ditunjukkan, Jenderal Pol Tito Karnavian berjanji akan melakukan tindakan tegas terhadap pihak yang melakukan rekayasa. Bahkan ia sendiri siap dicopot jabatannya sebagai Kapolri.
“Saya sendiri, kalau ini adalah rekayasa, saya siap dicopot sebagai Kapolri,” tegasnya.
Namun ia yakin bukti itu tak akan ada. Karena, menurut Jenderal Pol Tito Karnavian, apa yang dilakukan jajarannya sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Ia sendiri mengaku telah berpengalaman menangani kasus terorisme sejak tahun 1998.
“Apa yang kami lakukan adalah murni berdasarkan hasil penyelidikan, hasil surveilans pejabat intelijen berbulan-bulan,” ungkap mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini.
Kepada Bergelora.com dilaporkan sebelumnya, pihak Kepolisian berhasil menggagalkan upaya peledakan bom bunuh diri yang rencananya akan dilakukan di Istana Negara, Jakarta, pada 11 Desember 2016. Polisi berhasil mengamankan sedikitnya 10 tersangka, termasuk seorang perempuan berinisial DYN yang diduga sebagai eksekutor bom bunuh diri (pengantin). Polisi juga berhasil mengamankan barang bukti bahan peledak berdaya ledak tinggi.
Terkait tuduhan rekayasa ini, Anggota Komisi IV DPR RI, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, dilaporkan ke Polisi atas pernyataannya yang dikutip media online. Eko Patrio sendiri mengaku media online yang menyiarkan pernyataannya tentang tuduhan pengalihan isu itu tanpa seizin dirinya.
“Jadi kita sudah berhasil menggagalkan ledakkan dan berbasil menyelamatkan masyarakat. Jadi saya kira patut diapresiasi, tolong masyarakat jangan mudah terpengaruh apalagi mudah berkomentar pengalihan isu,” ujar Jenderal Tito. (Enrico N. Abdielli)