JAKARTA- Amok supir taksi Bluebird dalam aksi demonstrasi di Jakarta, Selasa (22/3) justru menghilangkan simpati masyarakat. Apalagi aksi amok itu kemudian memicu perlawanan dari supir taksi yang menjadi korban sweeping dan pekerja Go-jek. Tanpa disadari para pekerja taksi Bluebird telah digunakan pemilik modal dalam kepentingan persaingan kapitalisme dibidang transportasi. Hal ini ditegaskan oleh pimpinan Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Eka Pangulimara kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (22/3) malam.
“Amat disayangkan ekspresi semacam ini hanyalah manifestasi kaum pekerja supir taksi Bluebird yang digunakan demi kepentingan persaingan bisnis di bidang transportasi! Ini harus saya sampaikan kepada pekerja supir taksi Bluebird dan lainnya,” tegasnya.
Eka mengingatkan selama ini belum pernah supir taksi Bluebird melakukan aksi besar untuk menuntut hak-hak normatifnya yang selama ini dirampas oleh perusahaan Blue Bird sendiri. Padahal kondisi kehidupan supir Bluebird jauh dari layak.
“Karena dilarang punya serikat pekerja maka supir Bluebird sangat mudah dipakai pemilik modal untuk menjadi ujung tombak dalam konflik kepentingan antar kapitalis pemilik modal. Mereka beraksi bukan membawa persoalan hak normatif pekerja yang dirampas misalnya. Ataupun menuntut perbaukan kondisi pekerja di Bluebird yang tidak layak,” ujarnya.
Ia meminta agar pihak Polri tidak saja menangkap dan memeriksa para supir Blue Bird dan pekerja Go-Jek. Menurutnya perusahaan Bluebird yang harus bertanggung jawab atas kekerasan dan kerusakan yang disebabkan oleh aksi amok tersebut.
“Bluebird sebagai perusahan jasa transportasi tak boleh cuci tangan atas upayanya yang mencoba-coba membangun konflik horisontal dengan aksi-aksi pemukulan dan perusakan terhadap sesama rakyat kecil. Bluebird harus bertanggungjawab!” tegasnya.
Sebelumnya dalam konferensi pers. Presiden Direktur Bluebird Group Holding, Noni Sri Aryati Purnomo, menolak bertanggung jawab atas aksi kekerasan dan kerusakan yang terjadi akibat aksi amok supir Bluebird. Ia justru menyatakan akan memberikan sanksi tegas terhadap para pengemudinya yang melakukan aksi amok dalam demonstrasi itu.
“Kami sudah berkomitmen dari hari Minggu, ada edaran untuk tidak ikut serta dalam aksi unjuk rasa sehingga kalau ada tindakan anarkistis yang dilakukan pengemudi Bluebird, kami akan melakukan sanksi setegas-tegasnya,” katanya
Sweeping dan Amok
Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) bersama Forum Komunikasi Masyarakat Penyelenggara Angkutan Umum (FK-MPAU) melakukan aksi unjuk rasa hari ini terpusat di depan Gedung DPR dan Sekita Monumen Nasional. Aksi unjuk rasa mereka terkait dengan keberadaan perusahaan penyedia jasa transportasi online yang bebas beroperasi.
Aksi tersebut justru menyebabkan amok yang merusak taksi-taksi yang menolak ikut serta saat dilakukan sweeping di jalan. Aksi itu juga menyerang pekerja Go-Jek yang lewat di jalan.
Pada sore hari para pekerja Go-Jek gantian melakukan pencegatan terhadap pengemudi taksi Bluebird di beberapa titik, namun berhasil dihalau petugas polisi.
Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan menegaskan agar tidak ada lagi aksi sweeping dan amok serta balasan aksi kekerasan antara pihak taksi reguler dengan transportasi online Go-Jek, Grab-Taksi dan Uber-Taksi.
“Saya perintahkan pada Kapolri agar setiap aksi yang merusak ditindak tegas. Menteri Perhubungan dan Menteri Penerangan saya minta segera duduk bersama untuk mencari solusi segera agar ada keadilan untuk semua pihak,” ujarnya.
Persaingan Bisnis
Data berbagai sumber didapatkan bahwa Grab-Taksi sebagai perusahaan pesaing Uber-Taksi yang basisnya di Singapura baru saja menjalin hubungan bisnis strategis dengan Lippo Group Indonesia. Lippo masuk ke bisnis IT sejak tahun lalu lewat MatahariMall yang disuntik US$500 juta (Rp6,5 triliun). Nantinya Grab akan menjadi modal untuk logistik MatahariMall yang menargetkan penjualan US$1 miliar (Rp13,1 triliun) dalam 2-3 tahun ke depan. Grab mengklaim bahwa sayap bisnisnya, Grab-Car, menguasai 50% dari pasar “taksi pribadi” di Indonesia per akhir 2015.
Uber-Taksi didirikan 2009 oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp, di San Fransisco. Sekarang ada di 300-an kota di 68 negara. Pendapatan Uber diperoleh dari fee transaksi 20% dari setiap booking. Informasinya, per akhir 2015, nilai kotor booking mencapai US$10,84 miliar (Rp142,6 triliun). Komisi 20% berarti sekitar US$2 miliar (Rp26,3 triliun). Tahun ini, diproyeksikan nilai bookingnya US$26,12 miliar (Rp343,6 triliun) atau pendapatan dari komisi mencapai US$5,2 miliar (Rp68,4 triliun).
Go-Jek adalah milik Northstar Group via NSI Ventures. Sudah berbadan hukum Indonesia yakni PT Gojek Indonesia. Menurut Bareksa.com, Northstar menyuntik dana US$200 juta (Rp480 miliar) secara bertahap buat Go-Jek. Sementara pesaingnya, GrabBike via PT Metro Asia Pasific yang induknya di Malaysia, dapat suntikan US$350 juta (Rp490 miliar) dari Coateu Management LLC dan China Investment Corporation (CIC).
Taksi Express pemiliknya adalah Peter Sondakh melalui PT Rajawali Corporate. Tahun lalu sempat dilirik akan dibeli oleh Saratoga (Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya) tapi batal. Revenue (TTM) Rp971 miliar dan net income (TTM) Rp20 miliar. Total asetnya (Q) Rp2,9 triliun. Nilai kapitalisasi pasar saham TAXI di bursa adalah Rp519 miliar.
Taksi Bluebird memiliki saham terbesar ditangan PT Pusaka Citra Djokosoetono (37,17%). Salah satu komisaris independennya adalah Prof. Hikmahanto Juwana (dari Uninversitas Indonesia). Kapitalisasi pasarnya di bursa Rp16 triliun. Total asetnya Rp 6 triliun. Net income (TTM) Rp823 miliar.
Dengan kehadiran layanan transportasi online seperti Grab-Taksi dan Uber Taksi, keuntungan perusahaan taksi reguler seperti Bluebird dan Ekspress merosot jauh. (Web Warouw)