Jumat, 29 September 2023

KEKUATAN BARU NIH…! Rusia Buat Alternatif SWIFT, 70 Lembaga Keuangan dari 12 Negara Ikut Gabung

JAKARTA – Sistem pengiriman pesan keuangan buatan Rusia menjadi alternatif pengganti SWIFT.

Hal ini kemudian menarik sebanyak 70 lembaga finansial dari 12 negara dunia guna bergabung.

Hal ini disampaikan Direktur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina pada Kamis (30/6/2022) seperti dikutip Reuters.

Sejumlah bank besar Rusia sampai saat ini sudah diputus dari jaringan SWIFT.

Ini merupakan sistem pengiriman pesan yang menopang transaksi keuangan global sebagai bagian dari sanksi Barat terhadap Moskow, karena mengirim pasukan ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.

Elvira Nabiullina menyebutkan Bank Sentral Rusia sengaja tidak mengumumkan nama lembaga-lembaga keuangan yang bergabung dengan sistem pengiriman pesan Moskow karena khawatir terkena sanksi sekunder.

Sebanyak 25 lembaga keuangan asing sudah menjadi anggota sistem pengiriman pesan finansial buatan Bank Sentral Rusia Sistem Transfer Pesan Keuangan (SPFS) pada bulan April 2022.

Usai diputusnya dari jaringan SWIFT maka Pemerintah Rusia saat ini sedang membantu sektor keuangannya untuk mengatasi sanksi-sanksi Barat.

Yuab-Rubel Meningkat 1.000%

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sementara itu ada fenomena menarik sejak dilancarkannya operasi militer khusus Rusia di Ukraina yakni terjadinya peningkatan perdagangan yuan Cina dan rubel Rusia lebih dari 1.000%, lapor Bloomberg. Tepatnya naik menjadi 1067% dalam volume perdagangan bulanan sejak akhir Februari.

Perdagangan Cina dengan Rusia naik 12% di bulan Maret, lebih cepat dari perdagangan dengan negara-negara lain di dunia. Impor Rusia dari Cina menurun, tetapi perdagangan ke arah lain meningkat, kemungkinan mencerminkan harga energi yang lebih tinggi.

Rusia mengatakan mereka mengharapkan perdagangan dengan Cina mencapai US$200 miliar pada tahun 2024, naik lebih besar dari tahun lalu yang hanya sekitar US$150 miliar.

Sejauh ini, sanksi keras Amerika Serikat (AS) dan Barat terhadap Rusia dan kontrol modal yang ketat yang diberlakukan oleh Moskow telah menyebabkan dolar turun tajam terhadap rubel. Bloomberg melaporkan bahwa volume perdagangan dalam pasangan dolar-rubel turun ke level terendah dalam satu dekade.

Seperti diketahui, sejak berakhirnya Perang Dunia II, dolar AS mulai memainkan peran menjadi mata uang cadangan dunia dimana seluruh bank sentral di dunia wajib menyimpan mata uang dolar sebagai cadangan negara. Selain itu, negara-negara di dunia harus membayar barang, komoditas, aset, dan utang mereka juga dengan dolar.

Tercatat pada akhir tahun 2019, sebesar US$ 6,7 triliun tersebar di bank-bank sentral di seluruh dunia sehingga tidak mengherankan bila AS selama ini memiliki daya tekan yang tinggi terhadap negara lain.

Namun perlahan tapi pasti, yuan dan rubel mulai menjadi altenatif melawan hegemoni dolar dan euro. Banyak negara kini mulai menyimpan cadangan devisanya dengan yuan yang dianggap lebih aman. Meskipun begitu, yuan masih tertinggal jauh dalam pembayaran internasional.

Transaksi dolar AS memang tetap stabil selama dua dekade yakni mencapai 88 persen pada 2019. Baru pada 2020, ketika terjadi krisis akibat propaganda Covid-19 – defisit anggaran AS meningkat sehingga dolar sebagai mata uang cadangan mulai ditinggalkan di seluruh dunia. Akibatnya untuk pertama kalinya sejak 1997, dolar sebagai cadangan mata uang dunia turun tajam hingga di bawah 60% pada 2020. (Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,553PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru