JAKARTA- Riset Kesehatan Nasional berupa “Riset Vektor dan Reservoar pembawa penyakit”, kini sedang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Institusi penanggungjawab kegiatan adalah Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan LitBang Kesehatan. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE di Jakarta kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (26/5).
Riset ini bertujuan untuk memperbaharui data vektor dan reservoir penyakit di Indonesia, dalam rangka penanggulangan penyakit infeksi yang ditularkan oleh binatang, baik penyakit infeksi lama yang timbul kembali (re-emerging infectious diseases) ataupun penyakit baru (new emerging infectious diseases).
“Vektor penyakit yang akan dikumpulkan dari lapangan adalah nyamuk. Sedangkan untuk reservoir penyakit maka yang dikumpulkan dari lapangan adalah tikus dan kelelawar,” jelasnya.
Pemilihan sampel nyamuk untuk vektor penyakit karena merupakan pembawa dari penyakit Malaria, DBD, Chikungunya, Filariasis dan juga Japanese Enchepalitis, yang merupakan penyakit endemis di Indonesia.
“Sedangkan tikus dan kelelawar dipilih karena merupakan pembawa dari penyakit Leptospirosis, Pes, Hantaan, Ebola dan Mers Co-V,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pada setiap provinsi telah dipilih 3 lokasi, yang setiap lokasinya memiliki ekosistem hutan, pantai dan non hutan-non pantai. Pada setiap ekosistem, pengumpulan data dilakukan di dekat pemukiman dan jauh dari pemukiman. Dari 3 lokasi ini diharapkan nantinya akan dapat dikoleksi nyamuk, tikus dan kelelawar spesifik lokal di setiap provinsi.
Tim Pengumpul Data di lapangan terdiri dari 8 orang Tim Vektor dan 8 orang Tim Reservoir, yang bekerja di setiap lokasi masing-masing ada 3 tim setiap provinsi. Ditambah 1 Tim Data Sekunder untuk setiap provinsi yang terdiri dari 4 orang setiap tim. Jadi saat ini ada 24 tim Vektor dan 24 tim Reservoir serta 1 tim Data Sekunder yang bekerja di tiap provinsi.
Untuk tahun 2015 ini kegiatan pengumpulan data di lapangan sudah dimulai dari 15 Mei sampai 15 Juni 2015. Kegiatan Tim Vektor dan Reservoir di lapangan, selain melakukan penangkapan nyamuk, tikus dan kelelawar sesuai SOP baku, maka juga menyiapkan laboratorium lapangan untuk mengerjakan identifikasi genus dan spesies, secara morfologi dan mikroskopis kemudian mengambil spesimen darah dari nyamuk.
“Setelah itu mengumpulkan spesimen darah, ginjal, paru dan swab (usap) tenggorakan dari tikus dan kelelawar. Tim juga mengumpulkan ektoparasit yang ada di tikus dan kelelawar kemudian Menyiapkan spesimen awetan nyamuk, tikus dan kelelawar,” jelasnya
Menurutnya, semua spesimen tersebut kemudian akan dikirimkan dan diidentifikasi di laboratorium B2P2VRP di Salatiga, mencakup konfirmasi Jenis genus dan spesies, data agen penyakit yang diidap,– dilakukan baik secara konvensional maupun molekuler.
Sampai saat ini, tim sudah berhasil mengkoleksi beberapa jenis spesies nyamuk yang jarang terlaporkan ada, begitu juga dengan berbagai jenis tikus dan kelelawar yang belum tereksplorasi sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa, manfaat dari penelitian ini secara kesehatan adalah untuk memberikan data terbaru terkait penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, tikus dan kelelalwar, agar dapat dilakukan program deteksi dini, pengendalian lokal, persiapan fasilitas kesehatan dan pengobatan yang spesifik lokal.
Penelitian ini juga memberikan peta biodiversitas nyamuk, tikus dan kelelawar Indonesia yang terbarukan. Kemenkes melakukan persiapan penyediaan spesimen untuk inovasi litbang bagi kemandirian bangsa terkait obat, vaksin dan alat diagnostik kesehatan lain. Peningkatan kapasitas SDM tenaga kesehatan dalam melaksanakan riset sesuai standart operasional prosedure (SOP) baku. (Web Warouw)