JAKARTA – API Kartini mulai gencar mengadakan pendidikan politik pada kaum perempuan. Di Jakarta, pendidikan politik bertema ‘Memajukan Politik Perempuan untuk Keadilan dan Kesejahteraan Perempuan” diadakan, Sabtu (14/9)
Rahmawati, Ketua API Kartini DKI Jakarta menyampaikan bahwa perempuan harus belajar politik dan memahami persoalan masyarakat termasuk problem kaum perempuan sendiri.
“Pendidikan adalah salah satu cara untuk kita memerangi kebodohan. Melalui pendidikan pula perempuan paham politik dan sadar bahwa kita perlu berjuang dalam wadah-wadah organisasi. Masih banyak kebijakan yang belum berpihak pada kaum perempuan. Sehingga, kita harus mendidik kaum perempuan agar terlibat dalam setiap pengambilan keputusan di semua tingkatan,” ungkap Rahmawati.
Minaria Christyn Natalia, dalam penyampaian materinya tentang Kartini dan Sejarah Awal Gerakan Perempuan menyampaikan bahwa Kartini mengkritik ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan dalam mengakses pendidikan. Perempuan yang ingin belajar menuntut ilmu justru sering dianggap tabu oleh masyarakat. Alasannya, perempuan ningrat yang keluar rumah itu melanggar aturan adat.

“Walaupun diperbolehan keluar rumah mencari nafkah, mereka sering dipaksa untuk dinikahkan dengan laki-laki yang sudah beristri. Secara umum, perempuan pada zaman itu bisa dikatagorikan sebagai kelompok yang tersingkirkan,” ujarnya.
Hal ini dipertegas oleh Rini materi Kebangkitan Organisasi Perempuan dengan menyaakan gagasan-gagasan Kartini menjadi pemantik lahirnya organisasi-organisasi perempuan berwajah nasionalis. Keprihatinan pertama yang dirasakan oleh kaum perempuan adalah rendahnya pendidikan pada saat itu.
“Oleh karena itu, gerakan perempuan yang baru tumbuh ialah membuka sekolah-sekolah untuk perempuan. Pengaruh sekolah-sekolah ini ialah melahirkan generasi perempuan dan feminis yang sangat besar,” kata Rini.
Itulah mengapa pemikiran-pemikiran Kartini mendapatkan sambutan yang luar biasa dengan munculnya berbagai organisasi perempuan bak cendawan di musim hujan pada awal abad ke-20 hingga era revolusi kemerdekaan.

“Sayang menurutnya, di era Orde Baru gerakan perempuan mengalami pasang surut dan dibungkam melalui politik gender dan konsep ‘ibuisme’ yang dianut negara,” katanya.
Namun demikian menurutnya, sejarah gerakan perempuan kembali bersuara menancapkan tonggaknya kembali ketika negara melakukan pembungkaman di buruh, tani dan masyarakat miskin kota. Di akhir masa Orba dan di masa Reformasi gerakan perempuan kembali berkonsolidasi dan mengusung agenda-agenda perjuangan membela hak-hak kaum perempuan.
“Pendidikan ini akan kami laksanakan dalam tiga tahap. Kali ini adalah pendidikan tingkat dasar, dan akan dilanjutkan dengan pendidikan menangah serta tingkat lanjut,” tutur Rahmawati.
Pendidikan Di Pantai Tobelo
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Pendidikan Politik API Kartini Halmahera Utara juga digelar di Pantai Wari, Tobelo, Sabtu (14/9) ditema ‘Membangun Kesadaran Perempuan’. Pendidikan ketujuh kalinya ini secara rutin dilaksanakan API Kartini Halmahera Utara.
“Bagi setiap perempuan perlu untuk membangun organisasi massa dengan teori dan pratek yang revolusioner,” kata Yunita Djengel, Ketua API Kartini Halmahera Utara.
Kegiatan pendidikan politik diikuti puluhan mahasiswi dari beberapa kampus yang ada di Halmahera Utara, antara lain Uiversitas Halmahera, Universitas Hein Namotemo dan Stikmah Tobelo.
Fen Budiman, Departemen Organisasi, DPP API Kartini Pusat dalam forum itu menekankan pentingnya pendidikan politik. Karena melalui pendidikan, kaum perempuan dapat maju dan memiliki ilmu untuk mendobrak tradisi yang membodohkan.
“Pendidikan akan memandu perempuan untuk menentukan jalan hidup dan kemandiriannya, termasuk dalam urusan perkawinan,” tegasnya.
Menurutnya pemikiran Kartini adalah jembatan memperluas jalan pembebasan kaum perempuan Indonesia. Suasana yang dihadapi Kartini dulu telah berjalan sekitar 116 tahun lalu sejak 1899.
“Tapi perjuangan Kartini masih harus terus kita lanjutkan,” tegas Fen Budiman.
Pendidikan berlangsung sekitar 5 jam namun peserta tetap antusias dan tak bosan karena berlokasi di pantai Wari, Tobelo.
“Suasana pantai yang sejuk. Kami memilih lokasi yang sederhana, duduk bertaburan pasir pantai, demikian Nitha salah satu peserta. (Siti Rubaidah)