BERLIN- Sebanyak 60 anggota parlemen dari 15 negara menghadiri simposium yang diorganisasi oleh International Panel of Parlementarians for Freedom of Religion or Belief (IPPFoRB) di Berlin, 12-14 September 2016. Empat anggota APHR (Asean Parliamentarians for Human Rights) yaitu Eva Sundari (Indonesia), Charles Santiago dan Khastsuri Patto (Malaysia) serta Shwee Maung (Myanmar) diundang untuk berbagi pengalaman berjaringan dalam advokasi HAM kususnya untuk kebebasan beragama.
Kepada Bergelora.com dilaporkan bahwa, pada Maret 2015 tahun lalu, APHR memfasilitasi kunjungan beberapa anggota IPPFoRB dari Eropa, Latin Amerika, Afrika serta Asia untuk kunjungan ke Myanmar dalam kaitan perlindungan HAM suku Rohingya. Berbeda dengan kawasan lain yang baru mulai membangun jaringan untuk isu kebebasan beragama pada tahun 2014 (tahun pembentukan IPPFoRB), para anggota parlemen ASEAN dalam APHR sudah berjaringan sejak 2004 (dalam Kaukus Myanmar)
Dalam symposium, Shwee Maung diminta berbicara dengan topik The Challenge of Religious Freedom – a Chance for Parliamentarians from Religious Minority. Sedangkan Charles Santiago akan berbicara The Challenge of Religious Freedom – Regional Parlementarians’ Networks as Chance for Parliamentarian for Foreign Policy.
Eva Sundari berbagi pengalaman tentang Kaukus Pancasila yang sudah berdiri sejak th 2008 untuk isu yang sama dalam Panel berjudul Building Stronger Linkages between members of Parliamen and civil society organizations and Academia. PM Jerman, Angela Markel akan menyampaikan pidato di akhir symposium yang dilaksanakan Rabu (14/9) (Eva Kusuma Sundari)