Selasa, 20 Mei 2025

KETAHUAN ANTI DEMOKRASI…! Pengamat Internasional: Ironis, AS dan Eropa Mendukung Fascisme Ukraina

JAKARTA- Dalam kasus Ukraina, Amerika Serikat dan Eropa teramg-terangan mendukung rezim fascis Ukraina yang telah memenjarakan tokoh-tokoh oposisi dan membreidel media massa. Semua itu hanya demi kepentingan menguasai Ukraina dalam NATO dan penguasaan sumberdaya migas. Hal ini disampaikan pengamat politik luar negeri Muhammad Zulfan kepada Bergelora.com.

“Sungguh ironI Amerika dan Eropa yang katanya selama ini pendukung demokrasi yang mengklaim kemenangan melawan NAZI Jerman, ternyata pendukung penuh rezim fascis warisan Hitler Jerman,” demikian ujarnya menanggapi sikap embargo Amerika Serikat pada Rusia.

Zulfan menjelaskan bahwa kedua negara yang baru merdeka Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk adalah hak rakyat setempat untuk memilih lepas dari penindasan rezim fascis Volodymyr Zelensky.

“Selama ini rakyat dikedua wilayah itu dibungkam oleh nasionalisme buta di Ukraina, sebagian besar rakyat dikedua negara itu adalah etnis Rusia sejak jaman dulu sebelum Uni Soviet berdiri. Sejak kudeta 2014, mereka dilarang berbahasa Rusia,” jelasnya.

Menurutnya, Presiden Volodymyr Zelensky menjadi berani melawan Rusia karena didukung Amerika Serikat.

Dukungan Rusia pada kedua negara yang barusan merdeka adalah, karena Kiev tidak mengindahkan Minsk Agreement untuk tidak menyerang dua wilayah tersebut.

“Dan yang paling diuntungkan dari kasus Ukraina ini adalah bisnis senjata negara-negara NATO,” ujarnya.

Sementara Rusia menurutnya tentu akan terganggu oleh embargo Amerika Serikat dan pengikutnya.

“Namun Putin tentu sudah menghitung resikonya,” ujarnya.

Dampak dari embargo menurutnya adalah harga gas murah yang didapat dari Rusia terputus ke Eropa. sehingga negara-negara Eropa harus kembali membeli gas mahal dari Qatar dan Amerika Serikat.

“Dapat dipastikan Eropa akan mengalami krisis energi akibat politik NATO yang mendukung rezim fascis Ukraina,” tegasnya.

AS dan Eropa Marah Besar

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Senin (21/2/2022) mengakui dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri sebagai negara merdeka. Dia pun memerintahkan tentara Rusia untuk meluncurkan operasi penjaga perdamaian ke dua wilayah tersebut.

“Saya menganggap perlu untuk membuat keputusan yang seharusnya sudah dibuat sejak lama, (yaitu) untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk,” kata Putin seperti dikutip Reuters.

Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), dua wilayah yang memproklamasikan diri sebagai negara merdeka dari Ukraina, beberapa hari sebelumnya melaporkan sejumlah penembakan yang terus berlanjut oleh pasukan Kiev di Donbas.

LPR dan DPR pun mengumumkan evakuasi warganya ke Wilayah Rostov, Rusia, pada Jumat (18/2/2022) di tengah kekhawatiran serangan oleh tentara Ukraina.

Putin mengatakan kepada Kementerian Pertahanan Rusia untuk mengerahkan pasukan ke Donetsk dan Luhansk untuk menjaga perdamaian. Perintah itu disampaikan Putin dalam sebuah dekrit yang dikeluarkan tak lama setelah dia mengumumkan pengakuan bagi kelompok separatis yang didukung Rusia di sana.

Langkah Putin tersebut menuai kecaman Amerika Serikat dan Eropa—yang bersumpah akan memberikan sanksi baru terhadap Moskow.

Dalam pidato televisi yang panjang, Putin, yang tampak sangat marah, menggambarkan Ukraina sebagai bagian integral dari sejarah Rusia. Dia juga mengatakan, Ukraina Timur adalah tanah Rusia kuno dan dia yakin rakyat Rusia akan mendukung keputusannya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru