JAKARTA – Moskow pada Senin (11/3) mengungkap bahwa Amerika Serikat bermaksud untuk ikut campur dan mengganggu dalam pemilihan presiden Rusia yang akan datang dengan mengurangi jumlah pemilih.
Pemerintahan Presiden Joe Biden menugaskan sejumlah LSM Amerika untuk mengurangi jumlah pemilih pada pemilihan presiden Rusia pada 15-17 Maret, kata Badan Intelijen Asing (SVR) dalam pernyataan resmi seperti dilaporkan kepada Bergelora.com di Jakarta.
SVR mengatakan Washington bermaksud melakukan hal tersebut melalui para pakar TI terkemuka, dan berencana melakukan serangan siber terhadap sistem pemungutan suara elektronik, yang “akan membuat perhitungan suara sebagian besar pemilih Rusia menjadi mustahil.”
“Menurut perhitungan Washington, ‘pengurangan jumlah pemilih’ yang dihasilkan akan memberi negara-negara Barat alasan untuk mempertanyakan hasil pemilu,” kata badan tersebut, seraya menambahkan bahwa para ahli strategi politik AS “tampaknya menghadapi risiko salah perhitungan lagi.”
Pemilihan presiden selama tiga hari yang pertama dalam sejarah negara itu, akan berlangsung pada 15-17 Maret 2024 ini. Presiden petahana Vladimir Putin sedang mempersiapkan diri untuk masa jabatan kelimanya.
Mengutip Reuters, Putin, yang hampir pasti memenangkan pemilihan presiden pada 15-17 Maret, telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa segala upaya kekuatan asing untuk ikut campur dalam pemilu akan dianggap sebagai tindakan agresi.
SVR, penerus utama badan mata-mata luar negeri Direktorat Pertama KGB, tidak memberikan bukti apa pun atas pernyataannya.
Negara-negara Barat aliansi Amerika Serikat menganggap Putin sebagai seorang diktator, penjahat perang, dan pembunuh yang telah membawa Rusia ke dalam perampasan tanah bergaya kekaisaran yang menyebabkan barat bersatu mengembalikan misi pasca-Perang Dingin kepada NATO melawan Rusia.
Putin menyebut perang Ukraina sebagai pertempuran eksistensial antara peradaban suci Rusia dan Barat yang arogan, yang menurutnya sedang mengalami kemunduran budaya, politik dan ekonomi dan berusaha mempermalukan Rusia setelah jatuhnya Uni Soviet.
Kemenangan Telak
Adam Lenton, Asisten Profesor Politik & Hubungan Internasional, Universitas Wake Fores, Amerika Serikat dalam The Coversation.com memastikan rakyat Rusia akan memilih dalam pemilihan presiden pada 15-17 Maret 2024, dan dijamin akan memberikan kemenangan telak bagi Vladimir Putin , sehingga membuka jalan baginya untuk tetap berkuasa hingga setidaknya tahun 2030.
Meskipun hasilnya mungkin sudah pasti, pemilu ini memberikan gambaran penting mengenai tantangan dalam negeri Kremlin seiring dengan berlanjutnya perang melawan Ukraina yang baru saja memasuki tahun ketiga.
Adam Lenton menyebutkan
untuk saat ini, kandidat yang paling mendekati alternatif adalah Vladislav Davankov dari Partai Rakyat Baru yang berhaluan liberal, yang kemungkinan akan memperoleh suara dari beberapa daerah pemilihan yang anti-perang. Data jajak pendapat baru dari VTsIOM milik negara menunjukkan bahwa ia mungkin menempati posisi kedua.
Pilpres AS
Sebaliknya, Kremlin pada minggu lalu mengatakan bahwa Rusia tidak akan ikut campur dalam pemilihan presiden AS pada bulan November mendatang.
Kremlin juga menolak temuan Amerika bahwa Moskow mengatur kampanye mempengaruhi pemilihan presiden AS pada tahun 2016 dan 2020.
Putin telah melontarkan serangkaian pernyataan mengenai pemilu AS, dengan mengatakan bahwa ia menganggap Joe Biden lebih disukai sebagai presiden AS berikutnya daripada Donald Trump.
Pilpres Indonesia
Dalam Pilpres Indonesia 2024 beberapa kali terjadi serangan siber yang mengganggu tingkat kepercayaan masyarakat pada KPU. Beberapa LSM menyoroti dugaan kecurangan dalam Sistem Rekapitulasi Suara Pemilu 2024 yang gencar didukung oleh media-media massa yang berorientasi barat.
Sudah bisa dipastikan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menang telak mengalahkan dua pasangan lainnya. Namun hingga hari ini, Rabu (13/3) Amerika Serikat belum mengakui kemenangan itu, setelah beherapa negara sahabat lainnya.mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto. (Web Warouw)