Rabu, 11 Desember 2024

Kita Butuh Pesan Damai Untuk Hentikan Konflik Israel-Palestina

Petikan adegan di “Zain Ramadan 2018 Commercial” (Ist)

Indonesia perlu segera mendorong agar negara-negara besar seperti Amerika dan sekutunya di Eropa —yang menyokong Israel dan memiliki kepentingan ekonomi dan politik di kawasan Timur Tengah— agar menunjukkan tanggungjawabnya dalam menghentikan pembantaian di Gaza. Rio Ismail, seorang aktivis HAM dan Lingkungan Hidup, mantan jurnalis, alumni Jurusan ilmu Komunikasi FISIP Unsrat Manado menuliskannya kepada Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh: Rio Ismail

IKLAN perdamaian yang dibuat salah satu perusahaan telekomunikasi asal Kuwait, Zain, kini makin viral. Menyentuh, mengharukan, dan inspiratif. Sejak diposting pada 16 Mei lalu, video iklan bertajuk “Zain Ramadan 2018 Commercial” ini telah ditonton jutaan orang di berbagai belahan dunia.

Kita memang makin butuh pesan-pesan yang penuh muatan gugahan perdamaian untuk situasi konflik Israel-Palestina. Bahkan untuk konflik apapun di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia tentunya. Psychosphere maupun sociosphere kita sudah penuh dengan “bau mesiu” permusuhan, hujatan, hoax, dan insinuasi.

Padahal kemajuan teknologi komunikasi telah menghadirkan perkembangan baru yang membuat banyak orang di berbagai latar belakang sosial lebih mudah tergerak oleh pesan-pesan yang damai. Banyak orang ingin damai dan tidak mau ditarik-tarik terus-menerus ke kutub permusuhan yang tiada henti.

Dalam konteks Indonesia, perkembangan di kawasan Gaza dan Timur Tengah selama beberapa tahun terakhir, justru makin cenderung digunakan oleh sejumlah kelompok untuk mengkampanyekan bangkitnya semangat radikal-reaksioner dan fundamentalisme. Bahkan telah dijadikan ajang untuk mempromosikan pendekatan “jihad melalui perang” dan berbagai bentuk pendekatan kekerasan lainnya dalam menyelesaikan Israel-Palestina maupun untuk memaksakan kepentingan politik berbaju agama dalam proses politik di Indonesia.

Jika membaca berbagai pesan melalui berbagai media sosial, kampanye tentang soal konflik Israel-Palestina bahkan telah dijadikan pintu masuk ke arah penghancuran multikulturalisme atau pluralisme yang sangat mengakar dalam rentang sosio-kultural di republik ini. Tak jaring bangunan konflik itu ditarik-tarik jauh ke belakang dengan cara membangkitkan “memori kolektif” publik tentang konflik dan sentimen Islam-Yahudi atau Islam-Kristen yang sudah berlangsung berabad silam.

Langkah seperti ini bukan hanya bersifat kontra produktif dan makin menambah bara di Gaza. Tetapi juga makin cenderung “melokasir” dimensi konflik Gaza menjadi seolah konflik Islam-Yahudi-Kristen. Pada tingkatan tertentu, kecenderungan ini justru makin membatasi keterlibatan berbagai lapisan rakyat Indonesia dari latar belakang suku dan agama manapun — yang anti perang dan anti kejahatan perang — untuk terlibat bersama memberikan pesan-pasan damai kepada para pemimpin dunia untuk menghentikan kejahatan Israel yang menggunakan peralatan perang yang canggih untuk membunuh rakyat Gaza. Sekaligus menghentikan gerakan Hamas yang terus-menerus menggunakan kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik atau menjadikan rakyat Gaza sebagai tameng dalam menghadapi kejahatan Israel (https://www.facebook.com/notes/rio-ismail/gaza-kejahatan-israel-radikalisme-hamas-sikap-kita-dan-pesan-anti-perang/786640524690875/).

Kini di berbagai negara muncul reaksi publik melalui berbagai pesan tegas dan damai untuk menghentikan kekerasan dan pembunuhan terhadap rakyat Gaza.

Demo demi demo maupun berbagai pesan yang viral di Eropa, Amerika, Afrika, dan berbagai kota di Asia telah banyak memberikan inspirasi bagi bangkitnya sikap anti perang atau sikap pro perdamaian.

Seharusnya sikap sejenis ini diteriakkan dari Indonesia untuk mendorong agar negara-negara besar seperti Amerika dan sekutunya di Eropa —yang menyokong Israel dan memiliki kepentingan ekonomi dan politik di kawasan Timur Tengah— agar menunjukkan tanggungjawabnya dalam menghentikan pembantaian di Gaza.

Momentum ini seharusnya juga digunakan untuk menumbuhkan semangat dan pesan anti perang, pesan kemanusian, dan pesan perdamaian. Sebab bagaimanapun, setiap bentuk perang atau kekerasan bersenjata oleh kelompok atau Negara manapun dengan alasan apapun, tetaplah merupakan kejahatan. Karena kekerasan dan perang tidak hanya menghancurkan kehidupan tetapi juga membuat banyak orang tak lagi mampu mempertahankan keberlanjutan kemanusiaannya.

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru