Kamis, 18 September 2025

KONGKRITKAN NIH..! RI Pilih Perkuat Kongsi China & Jajaki Mitra Dagang Selain AS

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan diversifikasi hubungan perdagangan merupakan hal penting yang bisa dilakukan untuk merespons dinamika kebijakan ekonomi global, terutama kebijakan tarif resiprokal yang berasal dari Amerika Serikat (AS). 

Menkeu mengungkapkan, meskipun eksposur perdagangan langsung antara Indonesia dan AS relatif kecil karena kurang dari 2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun dampak kebijakan Negeri Paman Sam tersebut tetap signifikan secara global.

“Total ekspor dalam PDB juga hanya sekitar 20%, tapi itu tidak berarti apa yang terjadi tidak penting. Ini tidak hanya berdampak pada Indonesia, tapi juga seluruh dunia,” ujar Sri Mulyani dalam keterangan pers, dikutip Senin (28/4/2025).

Kondisi global saat ini, lanjut Sri Mulyani, mendorong banyak negara untuk memikirkan kembali strategi perdagangan mereka dan mencari alternatif pasar ekspor di luar AS. Dalam konteks ini, Indonesia semakin aktif menjajaki dan mempercepat perundingan dagang yang sebelumnya terhambat.

Menurutnya, pemicu ini telah menyebabkan banyak diskusi tentang perjanjian perdagangan yang terhenti atau belum membuat kemajuan. Saat ini, ada perasaan bahwa pemerintah Indonesia benar-benar harus membuat kemajuan untuk mencapai kesepakatan karena tidak ada alternatif lain. 

“Jadi sebenarnya mungkin sisi positif dari mengadakan lebih banyak diskusi seperti pembicaraan Indonesia-Uni Eropa yang sedang kita lakukan,” tutur Sri Mulyani.

Menkeu juga menyoroti pentingnya hubungan ekonomi Indonesia dan Tiongkok. Meskipun Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan negara-negara tersebut, Tiongkok juga banyak memberikan investasi kepada Indonesia, terutama di sektor strategi mineral.

“China telah berinvestasi besar di sektor mineral strategis Indonesia. Ini adalah wilayah di mana Indonesia memegang peranan penting karena kekayaan sumber daya alam. Indonesia sudah berproduksi di sektor ini,” ungkap Sri Mulyani.

Dengan berbagai pendekatan tersebut, Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperluas cakupan perdagangan dan investasi internasional sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi jangka panjang di tengah lanskap global yang luas.

“Jadi, ini adalah area yang bisa memberikan banyak alternatif bagi Indonesia, baik dalam bentuk tujuan perdagangan maupun dalam hal area di mana kita bisa bekerja sama, menghasilkan banyak negara di dunia,” jelas Sri Mulyani.

Jajaki Pasar Ekspor BRICS & Eropa

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah juga menjajaki pasar ekspor baru di tengah dinamika perang dagang yang disulut kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Airlangga menuturkan pemerintah belakangan tengah mengintensifkan untuk membuka akses pasar di Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (BRICS), selepas Indonesia bergabung pada blok ekonomi anyar itu 6 Januari 2025.

Tentu Indonesia baru masuk menjadi BRICS dan ini juga menjadi akses pasar yang baru, kata Airlangga dalam konferensi pers, Jumat (26/4/2025).

Selain itu, Airlangga menuturkan, pembicaraan soal Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) belakangan kembali berlanjut selepas dinamika perang dagang saat ini.

“Kami sudah berkomunikasi dengan komisioner di IEU-CEPA. Mereka pada prinsipnya sekarang sangat terbuka dan sangat ingin agar CEPA ini segera diselesaikan,” kata dia. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru