Jumat, 4 Juli 2025

Konspirasi COVID 19 dan Posisi Anies

Ilustrasi Anies Baswedan dan Covid-19. (Ist)

Pandemi Covid-19  belum terbendung. Dunia disuguhkan vaksin sebagai jalan keluar. Belum ketahuan rupa dunia kalau vaksinasi jadi dilakukan. Sementara para pemimpin dunia telah merancang ID2020 sebagai sebuah tatanan baru. Salah satu advocator yang konsisten mengawal Covid-19 adalah Gubernur Jakarta, Anies Baswedan. Nirmal Ilham, seorang Tenaga Ahli di DPR-RI menuliskannya buat pembaca Bergelora.com. (Redaksi)

 

Oleh: Nirmal Ilham

SAAT sebuah fenomena muncul, baik itu peristiwa besar atau budaya popular, yang harus diperhatikan adalah mengikuti kemana aliran uang akan bermuara. Karena sejarah dunia membuktikan tidak ada sesuatu terjadi tanpa perencanaan yang matang. Everything is by design. Dan ujungnya adalah penguasaan sumber daya.

Sejarah dunia mencatat ketika kerajaan-kerajaan Eropa dan Paus bekerjasama untuk menguasai emas dunia, maka caranya adalah dengan imperialisme. Ketika negara Amerika Serikat dan Rockefeller ingin mendominasi minyak dunia, maka caranya adalah dengan imperialisme baru. Artinya cara untuk mewujudkan kepentingannya tetap sama, pemaksaan. Hanya aktornya saja yang berbeda.

Pandemi covid 19 yang terjadi saat ini merupakan sebuah pola yang sama. Bila imperialisme dilakukan dengan mengutamakan operasi militer. Maka imperialisme baru dilakukan dengan mengutamakan operasi intelijen. Sedangkan covid 19 mengutamakan keduanya.

Operasi militernya yaitu menyebarkan aparat militer dan polisi untuk melumpuhkan seluruh kawasan akibat dari senjata biologi, virus. Operasi intelijennya yaitu menguasai seluruh wawasan dengan senjata internet, www. Kawasan adalah dunia nyata dimana penduduknya dinamakan citizen. Sedangkan wawasan adalah dunia maya dimana penduduknya dinamakan nitizen.

Sehingga virus covid 19 merupakan instrumen untuk memaksa perubahan dunia dari kawasan yang memiliki batas-batas negara dengan aturannya masing-masing, kepada wawasan yang luas tanpa batas dan aturan. Dari citizen yang memiliki HAM sulit untuk diarahkan, kepada nitizen yang sudah seperti robot mudah dikendalikan. Semua bermuara pada terbentuk One World.

Selain itu covid 19 memaksa perubahan dunia dari analog ke digital. Dari tatap muka ke tatap gadget. Sehingga uang dapat dilihat mengalir ke hanya segelintir orang. Seperti Jeff Bezos pemilik Amazon, Mark Zukerberg pemilik Facebook, Instagram dan Whatsapp, Larry Page dan Sergey Brin pemilik Google, Youtube dan Android. Serta Bill Gates, pemilik Microsoft yang ingin memasukkan chips ke tubuh manusia. Semua bermuara pada terbentuknya One Government.

Merekalah yang akan menjadi pemerintah dunia masa depan. Bill Gates administration atau Zukerberg administration atau Larry Page administration. Yang jelas mereka sudah mempunyai wilayah satu dunia. Telah memiliki 60 persen penduduk dunia pengguna internet. Dan sudah mempunyai mata uang virtual yaitu Bitcoin, menyusul Libra.

Mastermind di belakang semua ini dipastikan para globalis rakus nan jenius. Yang mengatur kehidupan seluruh umat manusia sejak era renaissance eropa di abad pertengahan. Merekalah penguasa dibalik banyak pemerintahan dunia.

Lalu bagaimana seharusnya Indonesia menyikapi konspirasi jahat dibalik covid 19 ini? Harus diakui aksi mereka terstruktur dan sistematis. Mampu menciptakan tokoh dan kebijakkan yang akan dikerjakannya. Di Indonesia tokohnya yaitu, Gubernur Anies Baswedan.

Hal ini dapat dilihat dari kebijakkan Anies dalam menangani pandemi covid 19. Anies selalu membuat kebijakkan yang membesar-besarkan bahaya covid 19. Tanpa ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif.   

Dari mulai mewacanakan lockdown Jakarta saat baru dua orang di Depok yang ketularan. Sampai dengan memperpanjang PSBB berkali-kali dengan alasan yang selalu menakutkan. Dari menyemprot disinfektan ke jalan-jalan, sampai ke ruang perkantoran. Dari mengunjungi rumah sakit sampai mendatangi kuburan.

Sejak reformasi bangsa ini gagal mendapatkan pemimpin yang orisinal. Yang ada hanyalah pemimpin artificial. Disetir oleh mastermind dibelakangnya. Sehingga tujuannya bukan memberikan rakyat keadilan dan kesejahteraan yang maksimal. Tetapi memainkan rakyat dari sisi emosional.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru