Minggu, 6 Oktober 2024

KOQ DIBIARIN..? Zulhas Sebut Banyak Importir Mengakali Dokumen Importasi: Tulis Seribu, Masuk 100 Ribu

JAKARTA – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, banyak importir mengakali dokumen importasi untuk memasukkan barang dalam jumlah besar. Praktik ini menurut Zulhas biasa dilakukan untuk mengakali jenis maupun volume barang yang mereka impor.

“Misalnya (dokumen) impornya A, isinya B. (Dokumen) impornya jumlahnya A, isinya A plus. Jadi sebetulnya enggak mungkin ilegal, karena dia melalui jalur,” ujar politikus PAN ini di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat, Senin, 23 September 2024.

Zulhas mengatakan, pemalsuan data dokumen impor tak sesuai dengan barang sebenarnya menjadi modus yang paling sering dia temukan. Satgas pengawasan barang impor ilegal berkali-kali menemukan barang-barang impor yang masuk dengan modus ini. Karena tetap melalui prosedur, Zulhas menyebutnya

“impor legal tapi ilegal”. “Memang banyak yang perlu dibenahi,” ucapnya.

Zulhas mengatakan, masih banyak kios menjual kaos secara grosir dengan harga Rp 100 ribu untuk tiga potong. Sebab, bea masuknya mencapai Rp 60 ribu. Namun, fenomena itu masih terjadi karena banyak importir yang memanipulasi dokumen importasi mereka.

“(Dokumen) impornya seribu, masuknya 100 ribu. Yang dibayar cuma seribu. Yang sisanya enggak bayar. Maka dia bisa jual murah. Kita gimana enggak mati,” katanya.

Modus lain yang biasa digunakan importir adalah dengan menggunakan gudang penyimpanan atau warehouse. Di sini, importir kebanyakan justru merupakan warga negara asing (WNA). Setelah masuk Indonesia, barang-barang impor itu langsung mereka jual secara online.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, di setiap provinsi, Zulhas mengatakan ada puluhan warehouse. Di Jakarta, mereka bermarkas di Mangga Dua dan Tanah Abang.

Menurut Zulhas, barang-barang impor itu terutama berasal dari Cina. Di Negeri Tirai Bambu itu, para produsen terus memproduksi barang-barang jadi dalam jumlah besar. Produksi besar-besaran itu tetap berlangsung sekalipun jumlah permintaan berkurang. Akhirnya, banyak barang-barang yang tidak laku masuk ke pasar Indonesia.

“Bikin terus pokoknya. Kalau barang itu enggak laku, ditumpuk aja di gudang-gudang,” katanya. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru