JAKARTA- Indonesia perlu memoelajari secara serius bagaimana Rusia menghadapi 13 ribu sanksi AS dan Barat. Kenyataanny sekarang ekonominya bertumbuh masif dan Rusia bangkit memimpin negara-negara global menuju dunia multipolar. Hal ini disampaikan Dr. Connie Rahakundini dalam podcast Real Thinkers Institute (RTI) yang dikutip Bergelora.com di Jakarta, Selasa (30/7).
“Justru 13.000 sanksi terhadap rusia oleh barat yang membuat rusia kuat karena membuat mereka bangkit lebih berdaulat, lebih mandiri dan berdikari,” tegas Connie dari St. Petersburg, Rusia.
Saat ini terjadi gelombang besar-besaran yang membaut ekonomi Rusia bergerak tak terhentikan. Bahkan Rusia bisa membangun berbqgai aliansi ekonomi, politik dan militer dengan berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
“Sementara kita Indonesia enggan membangun hubungan dengan Rusia karena takut imbas dari sanksi AS dan Barat,” ujarnya.
Tentang kebijakan Luar Negeri Indonesia memang secara tradisional adalah non-blok. Indonesia lebih aktif di Asean.
“Tapi seharusnya nasional interest kita lebih tinggi dari pada regional interest sehingga maka motifasi ekonomi politik kita akan lebih mendalam dengan Rusia dan China bersaman global south countries. (Bukan malah ke global north countries),” ujarnya.
Connie mengatakan di mana-mana di kampus kampus di luar negeri semua orang menayakan pada dirinya, mengapa Indonesia tidak bergabung dengan BRICS
“Saya gak tahu apakah Indonesia terlalul berhati-hati dengan sanksi Barat dan imbasnya. Atau ingin menjaga keseimbangan dengan negara Barat. Tapikan menjadi tidak seimbang sebenarnya karena kayaknya kita bergantung pada investasi barat ketimbang pada China dan Rusia.
Connie menegaskan bahwa Indonesia sepertinya memilih lebih menjadi penonton bukan pemain.
“Secara jujur kita memang harus lebih siap untuk menjadi pemain. Kecuali kita mau melakukannya secara revolusioner,” katanya.
Dari awal Connie sudah seirng mendorong agar Indonesia bergabung dengan BRICS.
“Karena BRICS menjadi pemain global dan mempromosikan kesetaraan ekonomi. BRICS meningkatkan representasi politik semua negara selatan. BRICS punya kemampuan mendukung keaman dunia. BRICS punya kemampuan memajukan tehnologi dan industri negara-negara selatan,” papar Connie. Tapi Indonesia memang tidak mau bergabung,” ujarnya.
Tonton wawancara lengkap Dr. Connie Rahakundini:
Connie mengingatkan bahwa sebenarnya Indonesia punya banyak potensi.
“Tapi saya juga bertanya sebenarnya mengapa tidak meningkatkan hubungan Indonesia dan Rusia dipandang lebih strategis gitu? Misalnya aja kenapa India dan Cina mampu melakukan. Kenapa Indonesia enggak? Apakah India dan dan China lebih mampu masuk secara strategik dalam politik ekonomi global.gitu kan?” ujarnya
“Jadi maka di sini saya bertanya apakah Indonesia ini tetap menjadi penonton atau menjadi pemain?” tegas Connie.
Indonesia menurutnya adalah negara yang berkembang masif tapi kenapa tidak bisa menyadari skala ekonomi yang membutuhkan energinya setara dengan China dan India. Seharusnya permintaan energi Indonesia itu sudah sangat krusial setara dengan China dan India.
“Kalau kita anggap signifikan maka kita harus serius. Contohnya (sebagai negara kepulauan) Indonesia membutuhkan teknologi floating nuclear power. Rusia punya teknologi yang aman itu. Rusia sudah menawarkan bsrtahun lalu. Tapi indonesia tidak menindak lanjutinya. (Web Warouw)