JAKARTA – Forum Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sepakat untuk bersinergi membangun desa.
Sekjen Kemendes PDTT, Anwar Sanusi mengatakan, forum Pertides menjadi wadah untuk mengumpulkan pemikiran multidimensi lintas perguruan tinggi bagi kemajuan dan pembangunan desa. Menurutnya, dibentuknya Pertides adalah untuk membantu menyelesaikan permasalahan masyarakat desa.
“Permasalahan masyarakat desa beragam, meliputi penerapan teknologi tepat guna, pemberdayaan sumber daya manusia desa, peningkatan keberdayaan manusia di desa, pemberdayaan pemerintah desa dan BUMDes (Badan Usaha Milik.Desa), dan pembangunan infrastruktur desa,” ujarnya pada pengukuhan Forum Pertides di Jakarta Kamis (28/7).
Dibentuknya Forum Pertides sesuai dengan Keputusan Menteri Desa PDTT No 51 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Perguruan Tinggi untuk Desa, dimaksudkan untuk memberikan dukungan pemikiran dan gagasan dalam rangka memecahkan permasalahan dalam pelaksanaan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Sanusi berharap, para peneliti dari berbagai perguruan tinggi tersebut dapat secara independen menuangkan pemikiran dalam upaya mendorong percepatan pembangunan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi. “Perguruan tinggi adalah institusi netral dan objektif. Di sisi lain, desa memiliki potensi yang luar biasa. Namun perlu ada yang mengawal dan mendampingi, nah di sinilah peran perguruan tinggi dimunculkan,” terangnya.
Terkait hal tersebut Sanusi menjelaskan, ada 2 titik peran perguruan tinggi. Pertama dari aspek regulasi, yakni membantu dalam penyusunan kebijakan yang baik dan dipastikan bisa diimplementasikan. Kedua, adanya sumber daya manusia handal yang menghasilkan teknologi yang bisa diterapkan di perdesaan.
“Juga bisa berperan dalam pendampingan, misalnya melalui KKN (Kuliah Kerja Nyata) tematik. Jika KKN tematik dan pendamping desa bisa berkolaborasi, maka ini akan menjadi kekuatan besar,” ujarnya.
Sanusi melanjutkan, Perguruan tinggi memiliki riset yang baik. Dari riset tersebut, perguruan tinggi dapat memberikan masukan untuk penguatan substansi pembangunan dan pemberdayaan desa. Misalnya hal-hal terkait inovasi, penerapan teknologi tepat guna yang sudah dilakukan melalui riset-riset.
“Jika ada gagasan, ide, maka potensi akan terkonvensi menjadi aneka aktivitas dan kesejahteraan dari berbagai dimensi. Misalnya terbentuknya desa wisata, desa.sejarah, dan sebagainya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pertides, Kadarsah Suryadi yang juga merupakan rektor Institut Teknologi Bandung mengatakan, salah satu yang menjadi tugas forum Pertides saat ini adalah untuk mengevaluasi program desa yang sedang berjalan, sebagai dasar kebijakan di Tahun 2017.
“Dalam struktur forum Pertides, dibagi dalam 5 bidang utama yakni Kerjasama dan integrasi program, perencanaan dan pengembangan sumber daya, teknologi tepat guna untuk desa, pendidikan dan pelatihan, penelitian pengabdian kepada masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN),” ujar Kardasah.
Menurutnya di Tahun 2016 ini, forum Pertides akan mengawali program kegiatan dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD), pada 5 bidang tersebut. Adapun pembahasan, akan disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan desa-desa kita.
“Fokus kita tergantung masalah apa yang dihadapi di desa. Misalnya agar ekonomi bergulir, desa butuh infrastruktur. Namun selain infrastruktur juga butuh energi, ini juga harus kita pikirkan karena sifatnya jangka panjang,” ujarnya.
Kadarsah mengatakan, forum Pertides merupakan entitas kerja independen yang meliputi unsur seluruh perguruan tinggi dalam tujuan membangun desa di Indonesia. Forum ini telah melakukan MoU dengan Kemendes PDTT, yang koordinasinya diwakili oleh 11 perguruan tinggi.
Adapun 11 perguruan tinggi tersebut Di antaranya Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Padjajaran, Universitas Andalas, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur, Universitas Trunojoyo, Universitas Mataram, Universitas Haluoleo, Universitas Cendrawasih, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan Universitas Borneo.
“Kita juga akan melibatkan perguruan tinggi lain seperti UNSRI (Universitas Sriwijaya) dan perguruan tinggi lainnya,” ujarnya.
Kadarsah mengakui, Desa Membangun’ merupakan program besar yang dicanangkan oleh Kemendes PDTT. Ia meyakini, program tersebut dapat diwujudkan bersama, dengan melibatkan berbagai elemen dan masyarakat.
“Program Kemendes sangat besar, dan kami merasakan pentingnya untuk bersinergi. Insyaallah apa yang diamanatkan oleh Kemendes PDTT akan kita tindak lanjuti bersama,” ujarnya. (Andreas Nur)