JAKARTA- Ternyata rencana Freeport untuk membangun smelter di Halmahera dengan menggandeng Tsingshan dari China, batal karena biaya investasinya sangat mahal. Lalu Freeport dikabarkan akan kembali ke rencana untuk membangun smelter di Gresik. Hal ini ditegaskan Dr. Kurtubi, Anggota Komisi VII DPR-RI Periode 2014 – 2019.
“Menurut hemat saya, di Gresikpun biaya pembangunan smelternya juga akan sangat mahal, jika dibanding misalnya dengan jika dibangun di Pulau Sumbawa seperti yang juga pernah direncanakan,” katanya alumnus CSM, Amerika Serikat, IFP, Prancis dan Universitas Indonesia ini.
Karena menurutnya jika dibangun di Gresik yang sudah sangat padat dengan pabrik dan industri, smelternya akan dibangun di atas lahan pantai urukan reklamasi yang secara ekonomis dan tehnis kurang feasible bagi Freeport dan bagi negara.
Sebab biaya pembangunan dan biaya operasi termasuk biaya angkut bahan baku yang berupa konsentrat tembaga dari Papua ke Gresik selama usia smelter sekitar 50 tahun jatuhnya akan sangat mahal.
“Sewaktu saya di Komisi VII DPR periode yang lalu, saya setuju smelter di bangun di Sumbawa dimana sudah ada kerjasama Freeport dengan Aman Mineral (ex Newmont) dan juga sudah dikunjungi oleh Menteri ESDM bersama Komisi VII,” katanya.
Lokasi Smelter di Pulau Sumbawa menurutnya akan lebih menguntungkan baik Freeport/Pelaku Usaha maupun negara karena di Sumbawa Barat, lahan berupa daratan asli sudah tersedia termasuk lahan untuk industri hilirnya.
“Sudah tersedia infrastruktur pelabuhan khusus tambang. Jarak dari Sumbawa ke Papua lebih dekat dari jarak Gresik ke Papua. Akan dapat menghemat ongkos angkut, mengingat bahan baku smelter yang berupa konsentrat tembaga harus diangkut dari Papua untuk waktu sekitar 50 tahun,” jelas Kurtubi.
Industri hilir yang bisa dibangun di Pulau Sumbawa menurutnya sangat feasible antara lain seperti pabrik kabel listrik, pabrik semen yang ditunjang oleh tersedianya tambang pasir besi di Pulau Sumbawa.
“Cadangan tembaga di Pulau Sumbawa sangat besar termasuk cadangan tembaga yang sudah proven tapi belum diproduksikan di Dompu, yang akan bisa menjamin supply untuk smelter jangka panjang hingga sekitar 100 tahun kedepan!” tegas.
Lebih lanjut listrik existing dari fossil di tambang Aman Mineral terdapat over supply. Dalam jangka panjang bisa juga untuk diganti dengan menggunakan PLTN Gen IV yang bersih bebas emisi karbon, murah lebih murah dari listrik fossil batubara dan aman.
Kepada Bergelora.com dilapotkan, bahkan Survey awal Tapak lokasi PLTN di NTB sudah dilakukan oleh BATAN. Bisa juga dengan opsi PLTN Terapung.
Dengan batalnya Freeport membangun smelter di Halmahera, perlu di kaji kembali secara cermat dan dievaluasi secara menyeluruh rencana Freeport membangun smelter di Pulau Sumbawa bersama Aman Mineral. Sehingga bisa segera diwujudkan agar bisa ikut mempercepat pertumbuhan ekononi nasional dengan lahirnya Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru berupa Industri Terintegrasi Berbasis Tambang di Pulau Sumbawa. (Web Warouw)