JAKARTA- Penghayatan terhadap nilai-nilai warisan para pendiri bangsa dan leluhur semakin menipis. Hal ini yang menyebabkan tragedi bom terus menerus menteror masyarakat. Hal ini disampaikan Dian Jennie Tjahjawati, Ketua Umum Puan Hayati Nasional kepada Bergelora.com di Surabaya, Kamis (17/5).
“Penting untuk kembali menghayati nilai-nilai kebangsaan yang diwarisi para pendiri bangsa dan leluhur,” tegasnya.
Sebelumnya, dalam Deklarasi Nasional pada tahun 2017, untuk pertama kalinya Puan Hayati menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas), pada Sabtu — Minggu, 12-13 Mei 2018, di Hotel Aria Centra Surabaya. Rakernas membicarakan agenda-agenda penguatan kapasitas perempuan Penghayat Kepercayaan dalam kebangsaan dan dalam pelestarian nilai-nilai budaya luhur spiritual.
“Kebutuhan peran tersebut telah menyatakan diri dalam tragedi bom di Surabaya pagi ini akibat lemahnya penghayatan terhadap nilai-nilai warisan para pendiri bangsa dan leluhur kita,” ungkapnya.
Dian Jennie Tjahjawati, Ketua Umum Puan Hayati Nasional menyatakan bahwa rakernas telah merumuskan agenda organisasi untuk meneguhkan sikap dan komitmen pada kebangsaan, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Rakernas juga telah merumuskan hal terkait eksistensi perempuan Penghayat Kepercayaan, terutama pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal pencantuman identitas Kepercayaan pada kolom agama di Kartu Tanda Penduduk.
Sementara itu, berbagai perkembangan aktual tersebut telah menjadi faktor yang sangat menentukan bagi perlunya pemupukan identitas perempuan Penghayat, sekaligus menjadi tantangan yang besar untuk semakin meneguhkan komitmen perempuan Penghayat terhadap kebangsaan Indonesia. Inilah salah satu pokok pikiran yang disampaikan oleh Eva K. Sundari dalam sesi Pleno terakhir Rakernas tersebut.
“Puan Hayati hadir pada momen yang tepat, di tengah tantangan kebangsaan dan Bhinneka Tunggal Ika yang tengah diserang oleh kekuatan radikalisme dan terorisme. Puan Hayati harus berkiprah karena bangsa sudah memanggil,” paparnya.
Eva Sundari, Ketua Kaukus Pancasila mengajak seluruh pengurus dan anggota Puan Hayati perwakilan 10 propinsi tersebut untuk melakukan hening cipta bagi para korban aksi terorisme yang menyerang tiga gereja di Surabaya.
Hening cipta tersebut merupakan respon terhadap Dian Jennie T, Ketua Puan Hayati, yang sebelumnya menyampaikan kegusarannya. “Puan Hayati mengutuk keras terjadinya insiden berdarah hari ini , yang mencabik nilai nilai kebangsaan dan keberagaman dan mencederai nilai KeTuhanan dan kemanusian.”
Kepada Bergelora.com dilaporkan, beberapa tokoh yang menghadiri Rakernas Puan Hayati adalah Ir. Drs. Nono Adya Supriyato, MM.,MT (Direktur Direktorat Penghayat Kepercayaan dan Tradisi), Sri Hartini, M.Si (Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan), Gubernur Jawa Timur, representasi Komnas Perempuan.
Pengajaran Pancasila
Sementara itu secara terpisah, Drs. L.H Pranoto, MM., Ketua Yayasan Pendidikan menyampaikan keputusan penting saat pidato Wisuda SMP Daha 1 kemarin, Senin (14/5) di Gedung Bhagawanta Kediri. Yayasan sudah memutuskan untuk melakukan program pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum sekolah milik Yayasan dari TK hingga PT.
“Pembentukan karakter siswa melalui rasa, karsa dan cipta harus berisi nilai-nilai Pancasila. Hal itu akan diselenggarakan di 10 sekolah di dalam Yayasan Pawytan Daha Kediri mulai TK hingga Perguruan Tinggi, kata L.H Pranoto. Sebagai pelaksana tugas diserahkan kepada Bu Satriyani, Kepala Sekolah SMP Pawyatan Daha 1 yang baru diundang Ketua MPR dan Kaukus Pancasila dalam acara peringatan Hardiknas 2 Mei lalu ke Jakarta.
Dalam acara Festival dan Deklarasi Pengajaran Pancasila dalam Kurikulum Sekolah di Gedung MPR yang lalu, SMP Pawyatan Daha 1 mempresentasikan sylabus sekolah SMP baik di intra, ekstra kurikulum dan dalam praktek pembiasaan yang berisi nilai-nilai Pancasila. Sekolah ini adalah salah satu dari 12 sekolah model yang diharapkan jadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk melaksanakan kurikulum 2013 yang berisi pembentukan karakter siswa berdasar Pancasila.
Eva Sundari, Ketua Kaukus Pancasila dan anggota DPR Dapil Kediri, Blitar, Tulungagung yang hadir di acara wisuda tersebut menyambut gembira keputusan Ketua Yayasan Pawytan tersebut.
“Alhamdulillah, acara Deklarasi Pengajaran Pancasila di MPR ada dampaknya. Respon positif dari Yayasan Pawytan Kediri akan kami respon balik,” ujar Eva Sundari dengan bersemangat.
“Kaukus Pancasila akan mengajak BPIP dan Cahaya Guru untuk menjadikan Yayasan Pawytan sebagai partner kami dalam mewujudkan misi pengintegrasian Pancasila ke sektor pendidikan,” ujar Eva Sundari menambahkan.
Kepala SMP Pawyatan Daha 1 Kota Kediri menyatakan bangga sekaligus was-was atas tanggung-jawab baru tersebut.
“Saya harap dukungan dan kerjasama dari semua pihak terkait, mengingat ini tugas untuk menjawab panggilan kebutuhan bangsa terutama setelah aksi bom bunuh diri kemarin di Surabaya,” ujarnya berduka.
SMP Pawytan sudah menjadi binaan Kaukus Pancasila sejak 2 tahun dalam penyusunan silabus berperspektif Pancasila.
“Saya sudah lapor ke Ketua MPR Zulkifli Hasan, Kepala BPIP Pak Yudi Latif dan segera saya akan diskusikan pula dengan Yayasan Cahaya Guru tantangan ini. Saya antusias memulai kerjasama dengan Yayasan Pawytan Daha,” ujar Eva Sundari (Ardiansyah Mahari)