Jumat, 29 Maret 2024

Mendagri Tjahjo: Ada OTT, Saya Selalu Lapor Presiden

Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo (Ist)

JAKARTA – Ruang press room di Kementerian Dalam Negeri, Rabu malam, masih ramai dengan para wartawan yang asyik mengobrol sambil mengetik berita. Ada sekitar tujuh wartawan yang masih bertahan di ruangan yang biasa dijadikan tempat ngumpul para pencari berita.

Obrolan seputar operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap Bupati Subang Imas Aryumningsih. Bupati Imas yang hendak maju lagi sama Pilkada serentak 2018, ditangkap karena diduga menerima suap proyek yang dilakukan di kabupaten tersebut. Oleh KPK, Bupati Subang langsung ditetapkan sebagai tersangka.

“Eh Pak Menteri kirim WA (WhatsApp),” kata Taufik, seorang wartawan media online. Pak Menteri yang dimaksud Taufik adalah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

Benar saja, di grup WA wartawan Kemendagri, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengirimkan pesannya berisi pernyataan menanggapi OTT KPK di Subang.

“Dengan banyaknya OTT, saya merasa terpukul juga sedih dan prihatin.  Harusnya kepala daerah paham akan area rawan korupsi. Kita lengah pada godaan pasti terjerat,” begitu pesan yang dikirimkan Menteri Tjahjo ke grup WA wartawan Kemendagri.

Tidak lama, Pak Acho Maddaremmeg  masuk ke ruang press room dan ikut nimbrung mengobrol. ” Pak Menteri masih di Boyolali Pak?” Tanya Agus, wartawan Koran Jakarta.

“Udah ada di atas, itu mobilnya ada. Udah balik Pak Menteri,” jawab Pak Acho. Pak Acho pun mengajak beberapa wartawan keluar ruangan. ” Tuh, mobil Pak Menteri,” katanya, sambil menunjuk ke mobil warna hitam yang sedang parkir persis di muka pintu lobi gedung utama Kemendagri.

Tidak beberapa lama, nampak Pak Bahar mendekat. Pak Bahar, adalah salah satu ajudan Mendagri. ” Bapak ada di atas?” Tanya Pak Acho pada Pak Bahar. Atas yang dimaksud Pak Acho adalah ruang kerja Mendagri yang ada di lantai tiga gedung utama Kemendagri.

“Ada, ini bapak mau turun,” kata Pak Bahar. Seorang wartawan langsung dengan tergesa masuk lagi ke ruang press room, memberi tahu bahwa Mendagri hendak turun. Beberapa wartawan yang masih ada dalam ruangan dengan tergesa menghentikan kegiatan mengetik beritanya. Semua berhamburan keluar ruangan, dengan maksud hendak mencegat Mendagri.

Di lobi, semua wartawan siaga menanti Mendagri turun. Tidak berapa lama, dari arah pintu lift, keluar sosok Mendagri, di temani beberapa orang. ” Wah, saya terburu-buru nih, mau bertemu orang,” kata Menteri Tjahjo begitu melihat para wartawan yang mencegatnya.

“Tiga menit saja Pak, mau minta tanggapannya,” Taufik coba menahan langkah Mendagri.

Manjur. Menteri Tjahjo pun menghentikan langkahnya. Merasa dapat sinyal, segera semua wartawan mendekat. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, seorang wartawan langsung melontarkan pertanyaan.

“Itu bagaimana Pak, kok OTT masih marak. Apa yang salah?”

Menteri Tjahjo pun langsung menjawab. Katanya, langkah -langkah pencegahan sebenarnya sudah intensif dilakukan. Misalnya, Deputi KPK sudah datang ke Kemendagri  menyampaikan aspek-aspek pencegahan korupsi. Tidak hanya itu, KPK dan Inspektorat Jenderal Kemendagri juga telah berkeliling ke daerah. Tapi masih saja ada yang kena OTT.

“Eh masih ada kayak Banten dan Sumut (Sumatera Utara),” kata Tjahjo.

“Apa karena ongkos politik yang mahal Pak?”Putu, seorang wartawan media online menyela dengan pertanyaan.

Kepada Bergelora.com dilaporkan, pertanyaan itu  langsung  dijawab. Menurut Tjahjo, jangan dikaitkan dengan Pilkada, walau memang dalam kasus OTT di Subang, dan beberapa daerah lainnya, indikasinya mengarah pada biaya politik untuk pemilihan. Tapi kata Tjahjo, masalah korupsi kembali lagi ke mental masing-masing kepala daerah. Kepala daerah, pastinya sudah  paham area rawan korupsi. Namun faktanya, masih saja ada yang kena OTT. Artinya, ada yang tidak mau tahu itu.

residen pun berulang kali mengingatkan, agar semua kepala daerah hati-hati. Sering kepala negara mengumpulkan para pemimpin di daerah, untuk hati-hati dalam mengelola keuangan negara.

“Maka dikumpulkan oleh Bapak Presiden, eh masih ada saja. Saya sebagai saudara,  sebagai mitra kerja,  saya terpukul juga. Banyak orang melihatnya ke saya. Waktu di Boyolali,  gimana Pak tanggung jawab Bapak? Masa enggak bisa mencegah. Ya, itu  mengingatkan’. Ya saya terima,” kata Tjahjo.

“Sempat dihubungi Presiden Pak soal OTT?” Kembali terdengar seorang wartawan bertanya.

“Oh enggak,  saya yang lapor. Saya setiap ada OTT saya lapor  lewat telpon,” jawab Tjahjo.

Presiden Jokowi itu, kata Tjahjo, tidak bosan-bosannya mengingat. Beberapa kali dikumpulkan untuk diberi arahan soal pentingnya mencegah korupsi.

“Di ceramahi hati-hati. Pengarahan di depan seluruh gubernur, bupati, walikota. Terakhir eh jam empat sore selesai, jam enam sore ketangkep. Ya gimana, enggak bisa disalahkan tapi setidaknya ini menurut saya harus hati-hati. Jual beli jabatan, masalah tender, hati-hati,” kata Tjahjo.

Tjahjo menambahkan, dirinya pasti akan melapor ke Presiden, jika sudah ada keterangan resmi atau menerima surat resmi dari KPK. Biasanya, ia akan menelpon dulu Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) “Saya lapor kepada Pak Mensesneg, setelah ada surat.  Itu dasarnya,” katanya. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru