Selasa, 11 Februari 2025

Mengembalikan Kesucian Pancasila

Ditengah Penjajahan Kolonialisme Belanda pada 6 Juni 1900, seorang perempuan, Ida Ayu Nyoman Rai, yang sehari-hari dipanggil Nyoman, melahirkan seorang putra bernama Soekarno. Pada 1 Juni 1945, dihadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Soekarno, pertama kali berpidato tentang Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar Ideologi Negara Republik Indonesia. Sehingga Setiap 1 Juni dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi menjadi Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966 Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat penolakan oleh MPRS atas Pidato Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,–setelah sebuah kudeta militer yang didukung Amerika Serikat pada 30 September 1965.  Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta pada 21 Juni 1970. Sebagai penghormatan terhadap Bulan Bung Karno, selama sebulan Bergelora.com akan menurunkan berbagai tulisan tentang Bung Karno.

 

Oleh : FX Arief Poyuono

Pancasila bukanlah diciptakan dan dilahirkan  oleh seorang Soekarno. Pancasila sesungguh sudah ada dalam setiap jiwa dan diri Insan manusia  terutama pada  diri manusia bangsa Indonesia. Keberhasilan penggalian Pancasila sebagai ideologi dan filsafat hidup bangsa oleh Soekarno karena Sukarno berhasil mencapai kesempurnaan dalam penyatuan jiwa dan pikirannya serta mampu menjiwai makna akal budi dan budaya bangsa Indonesia yang telah ada sebelum negara Indonesia ada.

Pancasila yang harusnya menjadi filsafat hidup manusia Bangsa Indonesia bukanlah  ide Soekarno. Tapi Soekarno hanya menggali Pancasila yang merupakan ajaran Akal Budi yang tertinggi yang dihasilkan oleh sebuah kebijaksanaan dan hikmat dari Tuhan yang maha Esa.

Pancasila sudah ada disetiap diri dan jiwa serta rohnya manusia Indonesia, sebab ajaran Pancasila itu ditiupkan bersamaan dengan roh manusia yang akan lahir didunia oleh Tuhan yang maha Esa. Karena itu yang pertama dalam mengenal Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sering dikatakan bahwa  konflik sosial bersumber dari cara pandang kepercayaan terhadap Tuhan atau karena perbedaan suku bangsa,–semua itu  sesungguhnya adalah salah besar. Konflik dimasyarakat lebih  disebabkan karena para pemimpin Indonesia  banyak tidak dibekali atau tidak memiliki kebijaksanaan dan hikmat atau tidak mengunakan hikmat dan kebijaksanan yang ada pada dirinya yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa  dalam menjalankan dan membuat kebijakan  sebuah Pemerintahan. Tanpa memiliki kebijaksanaan dan hikmat maka tidak akan pernah ada keadilan sosio ekonomi yang merata bagi setiap  bangsa Indonesia.

Begitu juga lahirnya gerakan radikalisasi agama  apapun lahir karena kemiskinan dan tidak meratanya ekonomi bukan karena  perbedaaan akidah dalam setiap agama yang dianut.

Kemampuan seorang Sukarno dalam menggali dan mengkompiliasi akal  budi dan kebudayaan  dalam kehidupan bangsa Indonesia bukanlah dihasilkan secara instan oleh Soekarno. Tetapi melalui proses panjang pembelajaran, perjuangan dan komitmen Sukarno untuk mencari sebuah Ideologi dan filsafat bangsa Indonesia yang bisa diterima oleh semua ideologi, suku bangsa, etnik dan agama yang ada di Indonesia. Ideologi ini menjadi cita-cita seluruh rakyat Indonesia agar mau mengejar sebuah kemerdekaan dan membentuk sebuah negara kesatuan Republik Indonesia. Ideologi ini yang pada akhirnya berhasil menciptakan direction, arah, petunjuk   manusia Indonesia yang kemudian dinamakan cita-cita Trisakti dan belakangan lebih nyata dalam Nawacita.

Maka tidaklah mudah bagi seorang Presiden Joko Widodo untuk menerapkan cita cita Trisakti dan Nawacita dalam membangun bangsa Indonesia kalau dirinya sendiri dan para kabinetnya tidak mengerti atau menguasai esensi dari Trisakti dan Nawacita dalam menjalankan pemerintahannya.

Kalau Nawacita, Trisakti gagal di jalankan maka tidak akan bisa Pemerintahan Joko Widodo mengembalikan Pancasila sebagai filsafat pembangunan ekonomi bangsa Indonesia.

Sudah delapan bulan pemerintahan Jokowi –JK. Berbagai kebijakan yang diambil sangat jauh panggang dari api dalam  penerapan Trisakti dan Nawacita. Contoh saja pemberian izin eksport konsentrat hasil tambang pada perusahaan tambang emas Amerika milik Freeport dan Newmont yang melanggar konsesus bersama. Yang lain adalah kebijakan ekonomi yang liberal dan tunduk pada konsesus Washsington dengan melepas harga BBM sesuai mekanisme harga pasar.

Secara jelas dan gamblang bahwa Soekarno dan para pendiri bangsa Indonesia menginginkan pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan keamanan bagi bangsa Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan harus berdasarkan pada Filsafat Pancasila seperti yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 beserta batang tubuhnya yang asli. Cita-cita kemerdekan 17 Agustus 1945 sudah jelas adalah agar kekayaan sumberdaya alam milik bangsa Indonesia benar-benar dinikmati oleh bangsa Indonesia agar dicapai masyaakat adil dan makmur

Karena itu menjadi tantangan pada kita semua ke depan sebagai bangsa Indonesia dalam era globalisasi adalah menghadapi setan-setan neoliberalis baik yang ada di luar maupun di dalam pemerintahan.

*Penulis adalah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN (FSP-BUMN)-Bersatu

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru