FLORES TIMUR – Dana desa secara bertahap telah membangun desa tertinggal. Krisis air bersih yang terjadi di Desa Wailolong, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, kini teratasi dengan adanya pipanisasi dari dana desa. Masyarakat tak lagi kesulitan air bersih.
“Dengan adanya dana desa masyarakat senang karena ada air bersih. Masyarakat sangat membutuhkan itu. Saat ini baru satu jalur. Ke depan direncanakan untuk dialirkan ke rumah-rumah warga,” ungkap Kepala Desa Wailolong, Yoseph Pehan Hurint, saat ditemui di Desa Wailolong, Kamis (9/2).
Yosep menambahkan, anggaran dana desa 2016 lalu digunakan untuk membangun pipanisasi jaringan air bersih dengan biaya sebesar Rp 150 juta. Pipa ini dibangun sepanjang 5.000 meter dari pusat mata air. Selain itu, warga juga memanfaatkan dana desa untuk membangun parit sepanjang 540 meter dengan anggaran Rp 80 juta. Pengerjaannya pun dilakukan secara swadaya.
“Setelah ada dana desa, pada prinsipnya kita merencanakan sesuai kebutuhan masyarakat,” ujar Yoseph.
Yoseph juga membanggakan adanya balai rakyat yang dibangun dengan dana desa. Tidak hanya menjadi ruang pertemuan, balai rakyat juga kerap digunakan sebagai Posyandu, Polindes, tempat penyuluhan, hingga aktivitas lainnya. Menteri Eko yang langsung meninjau pemanfaatan di Desa Wailolong pun menyarankan agar balai rakyat juga dapat menjadi motor penggerak ekonomi warga.
“Balai desa bisa jadi rumah sehat. Tidak hanya itu, dengan adanya proyektor, warga bisa nonton di balai rakyat. Lalu ibu-ibu bisa jualan di sekitar sini. Ekonomi bergerak, kas desa bertambah. Presiden peduli daerah tertinggal,” ujar Menteri Eko.
Untuk tahun 2017, desa yang terdiri dari 375 kepala keluarga ini merencanakan akan membangun gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Dorong Bangun Embung
Sementara itu, saat berdialog dengan para Kepala Desa se-Kabupaten Flores Timur, Mendes PDTT Eko Sandjojo menekankan agar para kepala desa berinovasi dalam mengatasi hambatan pembangunan yang ada. Kemajuan desa tidak boleh berhenti.
“Memang Flores Timur keadaannya masih susah tapi jangan dijadikan hambatan. Dibutuhkan pahlawan-pahlawan seperti bapak-bapak untuk mengolah dan menggali potensi di daerahnya masing-masing,” ujar Menteri Eko di Kantor Bupati Flores Timur, Kamis (9/2).
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Menteri Eko pun mengajak para kepala desa untuk membangun embung air. Menurutnya, embung akan menjawab permasalahan air bersih yang dihadapi di Flores Timur. Pembuatan embung, lanjut Menteri Eko, bisa dialokasikan dari dana desa sekitar Rp 200-500 juta. Dampak yang bisa dirasakan adalah peningkatan produktivitas hasil tani. Dari rata-rata 1,4 kali panen, dengan adanya embung dapat menjadi 3 kali panen.
“Dalam pengerjaannya, nanti masyarakat bisa dibantu oleh TNI AD untuk sama-sama bangun embung supaya di sini tidak kesulitan air lagi,” tambahnya.
Para kepala desa, lanjut Menteri Eko, juga harus menentukan produk unggulan desanya. Hal itu diperlukan agar komoditas yang diproduksi bisa fokus. Dengan demikian, komoditas tersebut akan menghasilkan skala yang lebih besar. Sarana pascapanen akan masuk. Pemerintah pun bersinergi memprioritaskan pembangunan di desa.
“Dana yang masuk ke desa bisa mencapai Rp 560 triliun. Itu berasal dari 19 Kementerian/Lembaga. Selain itu, dana desa tiap tahun terus meningkat. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi di desa-desa bisa mencapai di atas 20%,” sambung Menteri Eko.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Flores Timur, Emanuel Kara, turut mengapresiasi adanya dana desa yang disalurkan pemerintah. Menurutnya, dana desa secara nyata telah membangkitkan kehidupan di desa-desa. Pada tahun 2016 lalu, Kabupaten yang dipimpinnya mendapatkan Rp 136 milyar yang dibagikan ke 229 desa.
“Dana desa 2015-2016 cukup baik kemajuannya di tiap desa. Tahun ini kemungkinan infrastruktur desa sudah bagus. Selanjutnya untuk pengembangan ekonomi. Kendalanya, kapasitas sumber daya manusia masih rendah. Kami akan terus dampingi,” ujar Emanuel. (Christina AL)