Minggu, 13 Juli 2025

Menkopolhukam: Meluruskan Sejarah Dengan Spirit Yang Baik

JAKARTA- Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan memastikan ingin meluruskan sejarah dengan spirit yang baik. Ia memastikan perlindungan pada saksi korban dan kuburan-kuburan massal yang akan digali.

“Yang terpenting adalah memperluas simposium dan pertemuan-pertemuan serupa yang melibatkan semua kelompok diikuti dengan penggalian kuburan-kuburan massal. Inilah upaya pelurusan sejarah dengan cara pengungkapan kebenaran dan membongkar kebohongan,” ujar Luhut Panjaitan Senin (9/5) pagi saat menerima para korban penyintas tragedi 1965 di kantornya.

Dalam pertemuan itu Menkopolhukam Luhut Panjaitan menegaskan bahwa penyelesaian tragedi 1965 menjadi tanggung jawabnya dan tidak perlu membentuk Komisi Kebenaran seperti yang diusulkan beberapa LSM agar dibawah Presiden Joko Widodo. Hal ini dilaporkan oleh Reza Muharam kepada Bergelora.com.

Hadir dalam pertemuan itu, Ketua YPKP, Bedjo Untung, Pak Kusnendar, Pak Darno dari Pekalongan, Pak Saudar dari Sumbar, Pak Handoyo dari Pati, mantan pilot Angkatan Udara Pak Zubaidi didampingi aktivis Kontras, Ferry dan dari International People’s Tribunal, Zico, Ayu, Reza Muharam dan seniman Dolorosa Sinaga. Menkopolhukam didampingi Sesmenko, Letjen Eko Wiratmoko dan beberapa orang deputi.

Dengan nada yang baik sekali dan simpatik, Luhut Panjaitan menyampaikan  senang menerima para penyintas korban tragedi 1965 pagi itu.

“Saya senang sekali bisa bertemu dengan ibu dan bapak disini. Pertemuan ini saya harapkan, supaya kita bisa menuntaskan masalah G-30S/PKI (Menkopolhukam tetap memakai istilah ini-red). Saya ingin meluruskan sejarah dengan spirit yang baik. Kedatangan Bapak Ibu bisa memperkuat data Polhukam untuk kerja-kerja mendatang,” ujarnya.

Bedjo Untung menyampaikan tentang kesiapan penggalian 122 kuburan massal yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan mengatakan data lengkap korban dan kuburan massal sudah ada di Komnasham.

Bedjo Untung meminta agar agar ada penjagaan terhadap keamanan kuburan-kuburan massal dijaga dan pada para saksi korban Tragedi 1965.

“Supaya (kuburan) tidak digusur, tidak dirusak, tidak dipindahkan, bahkan dihilangkan dengan sengaja oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,” pintanya.

Luhut Panjaitan pun menyanggupi permohonan itu  dengan memastikan menjamin keamanan kuburan massal dan para saksi korban.

“Saya pastikan pada bapak dan ibu sekalian, saya akan menjamin semua yang bapak sebutkan tadi. Negeri kita berdaulat, ini pemerintah yang urus jadi pemerintah yang melindungi kalian semua. Jangan kuatir. Saya akan menelepon pada Kodam dan Kodim agar jangan ada lagi yang menteror para saksi korban,” ujarnya.

Luhut menceritakan bahwa Letjen DI Panjaitan yang terbunuh pada 1 Oktober adalah paman kandungnya. Dirinya sempat bertemu sebulan sebelumnya.

“Namun ada juga keluarga saya yang lain mati terbunuh karena dituduh anggota PKI.

Itu sudah perjalanan hidup keluarga saya. Karena itu saya ingin masalah ini tuntas. Tidak usah membesar-besarkan soal angka. Saya pastikan kita akan dalami lagi,” ujarnya.

Ia juga akan menanyai pihak yang dibunuh PKI dan yang membunuh PKI termasuk pihak TNI. Soal 122 lokasi kuburan massal yang disampaikan YPKP, Luhut meminta ditunjukkan saja satu kuburan yang akan didatangi, sebagai sampel saja.

“Atau, kita pilih secara acak saja juga boleh. Sesmenko saya minta persiapan untuk melakukan visit dan menggali satu atau dua lokasi secara random,” ujarnya.

Luhut juga menerima masukan untuk membuat payung hukum dan mempersiapkan tim forensik dan ekshumasi dibawah Kemenkopolhukam langsung.

“Ini penting untuk memastikan siapa korban, kapan dibunuh oleh siapa dengan cara apa agar semua bisa transparan,” ujarnya. (Web Warouw)

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru