JAKARTA- Biang kerok keterpurukan industri tekstil dalam negeri dibongkar Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan S Lukminto.
Menurutnya, penyebab utamanya adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 8/2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.
“Permendag 8 itu masalah klasik yang semuanya sudah tahu. Lihat saja pelaku industri tekstil banyak yang kena, banyak yang terdisrupsi terlalu dalam, sampai ada yang tutup,” ungkap Iwan beberapa waktu lalu dikutip, Selasa (4/3).
Peraturan era Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) inilah yang membuat perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara seperti Sritex gulung tikar.
Jika ingin membangkitkan industri dalam negeri, maka ia mengusulkan agar Permendag tersebut dievaluasi.
“Nah ini jadi sangat signifikan, semua regulasinya ada di kementerian,” imbuhnya.
Keluhan Bos Sritex ini pun diamini Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Apa yang disampaikan Pak Iwan benar ya, sudah menjadi isu yang dihadapi industri tekstil. Kalau orang-orang yang menekuni industri manufaktur itu paham betul, memang ada problem yang terdampak dari Permendag 8,” jelas Agus gumiwang.
Agus menambahkan industri tekstil seperti Sritex bukan hanya permasalahan keuangan saja dan pasar ekspor yang tengah lesu. Tetapi pentingnya proteksi pada pasar dalam negeri.
“Jadi saya kira itu suara hati terdalam dari seorang pelaku industri berkaitan dengan Permendag 8,” pungkasnya.
𝗗𝗮𝗳𝘁𝗮𝗿 𝗣𝗮𝗯𝗿𝗶𝗸 𝗚𝘂𝗹𝘂𝗻𝗴 𝗧𝗶𝗸𝗮𝗿 𝗗𝗶 𝟮𝟬𝟮𝟱
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal menyambut awal tahun 2025, imbas penutupan pabrik di berbagai sektor industri di Indonesia,
Ribuan pekerja terpaksa kehilangan pekerjaan karena sejumlah pabrik memilih untuk menghentikan operasionalnya akibat berbagai faktor, mulai dari tekanan ekonomi global, penurunan permintaan pasar, hingga meningkatnya biaya produksi.
Beberapa perusahaan terpaksa melakukan PHK untuk mengurangi beban operasional, sementara yang lainnya memilih untuk mengalihkan produksinya ke luar negeri.
Berikut daftar pabrik yang tutup di Indonesia pada 2025:
𝟭. 𝗦𝗿𝗶𝘁𝗲𝘅
Salah satu produsen tekstil terbesar di Indonesia, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menghadapi kesulitan finansial dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan yang dikenal sebagai pemasok seragam militer ini akhirnya harus menutup pabriknya, berdampak pada lebih dari 10 ribu tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan.
𝟮. 𝗬𝗮𝗺𝗮𝗵𝗮
Tak hanya industri tekstil, sektor manufaktur juga mengalami pukulan berat. Dua pabrik piano Yamaha di Indonesia akan tutup tahun ini. Penutupan pabrik itu terjadi akibat penurunan permintaan pasar sehingga produksi dipindahkan ke pabrik Yamaha di China dan Jepang. Kondisi ini mengancam 1.000 karyawan di dalam negeri terkena PHK.
Pabrik PT Yamaha Music Product Asia di MM2100, Bekasi, akan tutup pada Maret 2025, mempekerjakan 400 orang, sementara PT Yamaha Indonesia di Pulo Gadung, Jakarta, yang memiliki 700 karyawan, akan berhenti beroperasi pada Desember 2025.
𝟯. 𝗦𝗮𝗻𝗸𝗲𝗻
Pabrik yang bergerak di bidang produksi peralatan listrik industri, seperti Switch Mode Power Supply (SMPS) dan transformer yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat juga mengalami nasib serupa.
Pabrik ini akan berhenti beroperasi pada Juni 2025, imbas anjloknya produksi dengan tingkat utilitas hanya mencapai 14 persen pada 2024.
Menanggapi gelombang penutupan pabrik ini, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya memastikan proses pemutusan hubungan kerja (PHK) dilakukan sesuai aturan.
“Kami tetap berharap PHK adalah langkah terakhir. Saat ini, kami masih berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan hak pekerja tetap terlindungi,” ujarnya usai menggelar rapat bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka pada Senin, 3 Maret 2025.
Menteri Zulhas Harus Tanggung Jawab!
Sudah sangat jelas rangkaian kebangkrutan Sritex, Yamaha dan Sanken semakin merusak pembangunan industri nasional.
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 8/2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor yang dikeluarkan Zulkfli Hasan sewaktu menjabat Menteri Perdagangan telah micu rangkaian keruntuhan industri nasional dibidang tekstil.
Sangat aneh kalau Presiden Prabowo membiarkan menteri-menteri yang menyebabkan keruntuhan industri nasional tetap memiliki kewenangan yang nyata-nyata mensabot cita-cita nasional yang diemban Presiden RI.
Saat yang sangat darurat ini dibutuhkan tindakan darurat untuk menyelamatkan industri nasional dan membersihkan kabinet dari para pengkhianat yang menyengsarakan rakyat dan kaum pekerja, yang puluhan tahun secara nyata membangun ekonomi negara. Segera pecat Zulkifli Hasan dari kabinet! (Web Warouw)