Direktorat Agama Turki (Diyanet), lembaga negeri yang mengurus perkara terkait agama Islam, menyebut kunjungan ke Ka’bah metaverse dibolehkan.
Namun tidak bisa dianggap sebagai ‘haji betulan’.
Diyanet mengambil keputusan itu usai berdiskusi selama kurang-lebih satu bulan.
“Ini (haji di metaverse) tidak bisa dilakukan. Umat mukmin bisa mengunjungi Ka;bah di metaverse, tetapi itu tidak akan dianggap sebagai ibadah betulan,” kata Direktur Haji dan Umrah Diyanet, Remzi Bircan kepada Hurriyet Daily News.
“Orang-orang harus menginjakkan kakinya di tanah (Mekah),” lanjutnya.
Menurut Bircan, haji hanya bisa dilakukan dengan mengunjungi Mekah di dunia nyata. Ia menduga peluncuran Ka’bah metaverse kemungkinan diniatkan Arab Saudi “untuk promosi”.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Proyek Ka’bah metaverse sendiri diwujudkan oleh Dinas Urusan Museum dan Pameran Arab Saudi bekerja sama dengan Universitas Umm Al-Qura.
Senada dengan Dinayet, Abdullah Tirabzon, akademikus dari Fakultas Teologi Universitas Istanbul menyebut ibadah haji tidak bisa dilaksanakan secara virtual.
“Yang virtual dan yang nyata tidaklah bisa setara. Sekalinya Anda mengunjungi Ka’bah secara virtual, Anda bukanlah haji atau umrah,” kata Tirabzon.
“Jika seseorang muncul dengan ide ‘haji di metaverse’ hari ini, maka besok orang lain bisa muncul dengan ide ‘salat di metaverse’. Ini semua pikiran yang kadaluwarsa,” imbuhnya. (Web Warouw)