Kamis, 17 Juli 2025

Miris Nih..! Sakit Di Indonesia, Berobat Ke Timor Leste

Seorang pasien bernama Dona dari dusun Batu Badiri kota Ambon mengalami gizi buruk (Ist)

AMBON- Belum semua bidang bisa dijangkau oleh percepatan program revolusi mental Presiden Joko Widodo. Salah satunya dibidang kesehatan yang semakin memprihatinkan di Maluku. Kepada Bergelora.com di Ambon, Sabtu (22/7) dilaporkan masih adanya gizi buruk. Karena minimnya fasilitas kesehatan, ada pasien yang akhirnya dirujuk berobat ke Timor Leste.

Seorang pasien dari Pulau Lirang yang bernama Hamis kala itu didampingi istrinya, Djadia Masura (64), serta anaknya, Irianti Dolimotong (27). Cuaca buruk membuat waktu perjalanan yang biasanya 30 menit menjadi hampir 1 jam. Padahal, jarak di antara dua pulau itu hanya 4,6 mil laut atau sekitar 7,4 kilometer.

Setelah tiba di Pulau Atauro, Hamis dibawa ke rumah sakit setempat. Namun, karena minimnya fasilitas, tim dokter memutuskan merujuk Hamis ke Dili, ibu kota Timor-Leste yang berada di Pulau Timor. Tak lama, sebuah helikopter milik Pemerintah Timor-Leste datang dari Dili ke Atauro khusus menjemput Hamis.

Di Dili, Hamis dirawat selama lebih dari dua bulan. Namun, karena kanker anus yang diderita sudah stadium tinggi, nyawanya tidak tertolong.

“Selama di Dili, pengobatan almarhum bapak Hamis gratis, dan dokternya perhatian pada pasien,” kata Irianti.

Di RSUD. Dr. M. Haullussy, seorang pasien bernama Nahla juga terbaring dan tidak bisa langsung ditangani karena kurangnya peralatan (Ist)

Kanker anus yang menyerang Hamis baru diketahui dari hasil diagnosis dokter di Dili. Kata dokter kepada keluarga, kanker yang diderita Hamis sudah menahun. Kanker tidak terdeteksi di Puskesmas Lirang sebab tidak ada tenaga medis khusus menangani penyakit semacam itu. Belum lagi minimnya peralatan kesehatan.

Walaupun tidak tertolong, Irianti dan Djadia merasa sangat puas dan berterima kasih pada pihak rumah sakit.

“Mereka tidak melihat dari mana asal pasien. Banyak dokter pernah studi di Indonesia sehingga mereka bisa berbahasa Indonesia. Mereka tanya, kenapa tidak ke Jakarta, Ambon, atau Kupang? Lalu saya jawab, terlalu jauh. Keluarga kami tidak punya uang yang cukup,” kenang Irianti.

Gizi Buruk

Ditengah gencar-gencarnya pembangunan infrastruktur yang masih disemua pelosok Indonesia, masih saja ditemui kasus gizi buruk. Seorang warga bernama Dona dari dusun Batu Badiri kota Ambon mengalami gizi buruk. Karena tidak memiliki biaya untuk membayar iuran BPJS, Dona akhirnya tidak mendapatkan perawatan dan memilih tinggal digubuknya saja.

Di RSUD. Dr. M. Haullussy, seorang pasien bernama Nahla juga terbaring dan tidak bisa langsung ditangani karena kurangnya peralatan. Nahla adalah pasien dari Ruta-Sepa, Maluku Tengah.

Kepada Bergelora.com juga dilaporkan, sarjana pengangguran di Maluku Hingga 2016 mencapai 12.000 jiwa. Berdasarkan hasil rilisan dari Badan Pusat Statistik edisi Rabu 4 Januari 2017, jumlah masyarakat miskin di maluku adalah 331,79 ribu orang (19,26 persen).

Faktor yang menyebabkan kemiskinan di Maluku adalah pendapatan perkapita yang rendah

Salah satu penyebab keterbelakangan hidup di Maluku adalah karena biaya hidup di Maluku mahal dan tidak disertai pendapatan yang setara. Hal ini terjadi karena bahan pokok dan kebutuhan lain di produksi di luar maluku, sehingga sulit di dapat di Maluku dan kalaupun ada harganya mahal dan sulit untuk di jangkau.

Yang menjadi motor penggerak perekonomian Provinsi Maluku adalah sektor pertanian, Luas penggunaan lahan untuk hutan lindung 779.618 hektar, hutan suaka alam dan wisata 475.433 hektar, hutan produksi tetap 475.433 hektar, dan untuk lahan persawahan pada 2015 seluas 9.469 hektar, sedangkan untuk sawah tadah hujan 4.065 hektar.

Presiden Joko Widodo diminta segera merombak sistim kesehatan yang sangat merugikan rakyat saat ini. (Sandri Rumanama)

 

Sakit Di Indonesia, Berobat ke Timor Leste

AMBON- Belum semua bidang bisa dijangkau oleh percepatan program revolusi mental Presiden Joko Widodo. Salah satunya dibidang kesehatan yang semakin memprihatinkan di Maluku. Kepada Bergelora.com di Ambon, Sabtu (22/7) dilaporkan masih adanya gizi buruk. Karena minimnya fasilitas kesehatan, ada pasien yang akhirnya dirujuk berobat ke Timor Leste.

Seorang pasien dari Pulau Lirang yang bernama Hamis kala itu didampingi istrinya, Djadia Masura (64), serta anaknya, Irianti Dolimotong (27). Cuaca buruk membuat waktu perjalanan yang biasanya 30 menit menjadi hampir 1 jam. Padahal, jarak di antara dua pulau itu hanya 4,6 mil laut atau sekitar 7,4 kilometer.

Setelah tiba di Pulau Atauro, Hamis dibawa ke rumah sakit setempat. Namun, karena minimnya fasilitas, tim dokter memutuskan merujuk Hamis ke Dili, ibu kota Timor-Leste yang berada di Pulau Timor. Tak lama, sebuah helikopter milik Pemerintah Timor-Leste datang dari Dili ke Atauro khusus menjemput Hamis.

Di Dili, Hamis dirawat selama lebih dari dua bulan. Namun, karena kanker anus yang diderita sudah stadium tinggi, nyawanya tidak tertolong.

“Selama di Dili, pengobatan almarhum bapak Hamis gratis, dan dokternya perhatian pada pasien,” kata Irianti.

Kanker anus yang menyerang Hamis baru diketahui dari hasil diagnosis dokter di Dili. Kata dokter kepada keluarga, kanker yang diderita Hamis sudah menahun. Kanker tidak terdeteksi di Puskesmas Lirang sebab tidak ada tenaga medis khusus menangani penyakit semacam itu. Belum lagi minimnya peralatan kesehatan.

Walaupun tidak tertolong, Irianti dan Djadia merasa sangat puas dan berterima kasih pada pihak rumah sakit.

“Mereka tidak melihat dari mana asal pasien. Banyak dokter pernah studi di Indonesia sehingga mereka bisa berbahasa Indonesia. Mereka tanya, kenapa tidak ke Jakarta, Ambon, atau Kupang? Lalu saya jawab, terlalu jauh. Keluarga kami tidak punya uang yang cukup,” kenang Irianti.

Gizi Buruk

Ditengah gencar-gencarnya pembangunan infrastruktur yang masih disemua pelosok Indonesia, masih saja ditemui kasus gizi buruk. Seorang warga bernama Dona dari dusun Batu Badiri kota Ambon mengalami gizi buruk. Karena tidak memiliki biaya untuk membayar iuran BPJS, Dona akhirnya tidak mendapatkan perawatan dan memilih tinggal digubuknya saja.

Di RSUD. Dr. M. Haullussy, seorang pasien bernama Nahla juga terbaring dan tidak bisa langsung ditangani karena kurangnya peralatan. Nahla adalah pasien dari Ruta-Sepa, Maluku Tengah.

Kepada Bergelora.com juga dilaporkan, sarjana pengangguran di Maluku Hingga 2016 mencapai 12.000 jiwa. Berdasarkan hasil rilisan dari Badan Pusat Statistik edisi Rabu 4 Januari 2017, jumlah masyarakat miskin di maluku adalah 331,79 ribu orang (19,26 persen).

Faktor yang menyebabkan kemiskinan di Maluku adalah pendapatan perkapita yang rendah

Salah satu penyebab keterbelakangan hidup di Maluku adalah karena biaya hidup di Maluku mahal dan tidak disertai pendapatan yang setara. Hal ini terjadi karena bahan pokok dan kebutuhan lain di produksi di luar maluku, sehingga sulit di dapat di Maluku dan kalaupun ada harganya mahal dan sulit untuk di jangkau.

Yang menjadi motor penggerak perekonomian Provinsi Maluku adalah sektor pertanian, Luas penggunaan lahan untuk hutan lindung 779.618 hektar, hutan suaka alam dan wisata 475.433 hektar, hutan produksi tetap 475.433 hektar, dan untuk lahan persawahan pada 2015 seluas 9.469 hektar, sedangkan untuk sawah tadah hujan 4.065 hektar.

Presiden Joko Widodo diminta segera merombak sistim kesehatan yang sangat merugikan rakyat saat ini. (Sandri Rumanama)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru