Sabtu, 5 Juli 2025

Muhasabah Kebangsaan: Spirit Imlek, Kebaikan Ada Dimana-mana

Perayaan Imlek 2018 di Singkawang (Ist)

Hari ini adalah perayaan Imlek, yang berawal sebagai perayaan orang China namun menjadi perayaan bagi seluruh umat manusia yang saling berbagi kebaikan. Bergelora.com memuat tulisan budayawan Gus Durian, Al-Zastrouw yang menyoroti perayaan Imlek 2018. (Redaksi)

Oleh: Al-Zastrouw

SYAHDAN ada raksasa yang suka merusak tanaman dan mengambil hasil tani para petani di China. Raksasa itu bernama Ni’an. Raksasa ini juga sering bikin kerusakan bahkan memangsa manusia.

Agar selamat dari raksasa Ni’an, orang-orang China menyiapkan makanan di depan pintu. Dengan cara ini akhirnya mereka selamat dari sasaran Ni’an. Hingga suatu hari terjadi peristiwa aneh, sang raksasa Ni’an lari terbirit-birit sambil menangis karena takut pada anak kecil yang pake baju merah.

Atas peristiwa ini, orang-orang China bersyukur karena menemukan cara mengusir Ni’an agar hasil panennya selamat dengan hasil yang melimpah dan kehidupannya kembali damai. Cara tersebut adalah berbagi makanan dan memakai baju warna merah. Kegiatan ini dilakukan para petani China setiap selesai panen di bulan purnama sebagai bentuk syukur dan tolak balak. Dari sinilah muncul tradisi perayaan Imlek.

Perayaan Imlek 2018 di Singkawang (Ist)

Tak ada informasi jelas sejak kapan tradisi ini mulai muncul hingga akhirnya dijadikan sebagai perayaan tahun baru China. Yang jelas ada proses panjang penetapan Imlek sebagai tahun baru China.

Berdasarkan data sejarah, penetapan tahun baru China ini sudah ada sejak sebelum dinasti Qin sampai dinasti Zhou dengan perhitungan yang berurubah-ubah. Baru, pada tahun 104 SM tahun baru China ditetapkan oleh kaisar Wu dari dinasti Han. Penetapan awal tahun China ini berdasarkan hari kelahiran Kongfuchu (Confucius). Penetapan inilah yang berlaku sampai sekarang.

Di luar persoalan proses penetapan awal tahun baru China dan kaitannya dengan tradisi Imlek sebagai bentuk syukur para petani China atas hasil bumi yang melimpah dengan kehidupan yang damai, ada beberapa makna yang bisa dicermati dari tradisi Imlek ini.

Pertama, tradisi ini memiliki makna universal yaitu nilai ketuhanan. Perayaan tradisi Imlek mencerminkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Artinya Imlek meski hanya tradisi, bukan ritual, namun dia bisa menjadi sarana berkomunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Inilah yang menyebabkan tradisi ini bisa diterima banyak orang, lintas etnis dan geografis. Tradisi yang bermula dari petani China dengan cepat menyebar ke berbagai belahan dunia.

Perayaan Imlek 2018 di Singkawang (Ist)

Kedua, dalam tradisi Imlek ada dorongan untuk saling berbagi, diwujudkan dengan pemberian makanan makanan dan pembagian angpao. Selain bertujuan untuk menolak balak (keburukan) tradisi berbagi dalam tradisi imlek ini juga bisa menumbuhkan sikap saling peduli dan empati.

Ketiga, dalam tradisi Imlek ada anjuran agar seseorang segera melunasi hutang hutangnya pada tahun lalu agar tidak menjadi hambatan dalam mencari rejeki di tahun yang akan datang. Hutang ini bisa dalam bentuk meteri (uang atau barang) maupun non materi (hutang jasa maupun hutang budi).

Ketiga, saat merayakan Imlek ada anjuran untuk berkata yang baik dan menghindari kata-kata kotor, fitnah, hasutan dan caci maki yang bisa melukai hati. Ini artinya Imlek menjadi sarana pembersih diri agar terhindar dari rasa iri, dengki dan benci kepada sesama manusia sehingga hubungan dengan sesama bisa berjala secara damai dan tentram.

Jika dicermati, Imlek mengandung spirit dan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh semua agama. Misalnya, nilai ketuhanan, ini menjadi nilai dasar dari setiap agama. Nilai solidaritas dan spirit berbagi pada sesama sebagai sarana menolak balak juga diajarkan semua agama. Di dalam Islam hal ini dinyatakan secara tegas bahwa as shodaqatu tutfa’ul balak (sedekah itu bisa menolak mara bahaya)

Sedangkan tindakan menyegerakan membayar hutang juga cermin kebajikan yang menjadi etika semua agama. Dalam Islam sendiri ada tiga tindakan yang harus disegerakan, salah satunya adalah membayar hutang. Sedangkan dua lainnya adalah menguburkan mayyit dan menikahkan anak gadis yang sudah mencapai umur.

Mengenai anjuran menjaga ucapan baik, ini juga ada di setiap agama. Di dalam Islam hal ini dinyatakan secara tegas, man kaana yu’minuuna billahi wal yaumil akhir fal yaqul khairan aw liyasmut (barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata baik atau diam).

Jelas di sini terlihat, kebaikan itu ada di mana-mana, lintas agama dan kepercayaan. Ini berbeda dengan agama. Karena agama terkait dengan konsep ketuhanan, system keyakinan,  ritual dan sistem hukum  (syariah). Atas dasar ini maka kebenaran agama tak bisa dicampur aduk dan disamakan.

Meski demikian, perbedaan ini bukan berarti harus menolak kebaikan yang ada di tempat lain. Sikap menolak kebaikan hanya karena dia berasal dari tempat lain akan menjadikan agama sebagai penghalang atas tumbuhnya kebaikan. Karena jelas-jelas kebaikan itu ada di mana. Padahal kehebatan agama itu justru akan dilihat dari seberapa jauh ummatnya bisa menebar kebaikan pada sesama

Dalam masyarakat Indonesia yang beragam ini ada baiknya berusaha untuk beragama secara baik agar manfaat agama bisa dirasakan secara nyata. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan cara ini agama akan menjadi sarana merajut perbedaan melalui laku lebaikan, bukan menjadi alat pemecah dan penebar kebencian yang bisa mengancam keberagaman.

 

Selamat tahun baru 2569 Kongzili. Gong Xi Fa Cai. Semoga tahun ini semakin membawa berkah dan kedamaian bagi kita semua… subur tanahnya, makmur hidupnya.

Muhasabah Kebangsaan: Spirit Imlek, Kebaikan Ada Dimana-mana

Hari ini adalah perayaan Imlek, yang berawal sebagai perayaan orang China namun menjadi perayaan bagi seluruh umat manusia yang saling berbagi kebaikan. Bergelora.com memuat tulisan budayawan Gus Durian, Al-Zastrouw yang menyoroti perayaan Imlek 2018. (Redaksi)

Oleh: Al-Zastrouw

SYAHDAN ada raksasa yang suka merusak tanaman dan mengambil hasil tani para petani di China. Raksasa itu bernama Ni’an. Raksasa ini juga sering bikin kerusakan bahkan memangsa manusia.

Agar selamat dari raksasa Ni’an, orang-orang China menyiapkan makanan di depan pintu. Dengan cara ini akhirnya mereka selamat dari sasaran Ni’an. Hingga suatu hari terjadi peristiwa aneh, sang raksasa Ni’an lari terbirit-birit sambil menangis karena takut pada anak kecil yang pake baju merah.

Atas peristiwa ini, orang-orang China bersyukur karena menemukan cara mengusir Ni’an agar hasil panennya selamat dengan hasil yang melimpah dan kehidupannya kembali damai. Cara tersebut adalah berbagi makanan dan memakai baju warna merah. Kegiatan ini dilakukan para petani China setiap selesai panen di bulan purnama sebagai bentuk syukur dan tolak balak. Dari sinilah muncul tradisi perayaan Imlek.

Tak ada informasi jelas sejak kapan tradisi ini mulai muncul hingga akhirnya dijadikan sebagai perayaan tahun baru China. Yang jelas ada proses panjang penetapan Imlek sebagai tahun baru China.

Berdasarkan data sejarah, penetapan tahun baru China ini sudah ada sejak sebelum dinasti Qin sampai dinasti Zhou dengan perhitungan yang berurubah-ubah. Baru, pada tahun 104 SM tahun baru China ditetapkan oleh kaisar Wu dari dinasti Han. Penetapan awal tahun China ini berdasarkan hari kelahiran Kongfuchu (Confucius). Penetapan inilah yang berlaku sampai sekarang.

Di luar persoalan proses penetapan awal tahun baru China dan kaitannya dengan tradisi Imlek sebagai bentuk syukur para petani China atas hasil bumi yang melimpah dengan kehidupan yang damai, ada beberapa makna yang bisa dicermati dari tradisi Imlek ini.

Pertama, tradisi ini memiliki makna universal yaitu nilai ketuhanan. Perayaan tradisi Imlek mencerminkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Artinya Imlek meski hanya tradisi, bukan ritual, namun dia bisa menjadi sarana berkomunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Inilah yang menyebabkan tradisi ini bisa diterima banyak orang, lintas etnis dan geografis. Tradisi yang bermula dari petani China dengan cepat menyebar ke berbagai belahan dunia.

Kedua, dalam tradisi Imlek ada dorongan untuk saling berbagi, diwujudkan dengan pemberian makanan makanan dan pembagian angpao. Selain bertujuan untuk menolak balak (keburukan) tradisi berbagi dalam tradisi imlek ini juga bisa menumbuhkan sikap saling peduli dan empati.

Ketiga, dalam tradisi Imlek ada anjuran agar seseorang segera melunasi hutang hutangnya pada tahun lalu agar tidak menjadi hambatan dalam mencari rejeki di tahun yang akan datang. Hutang ini bisa dalam bentuk meteri (uang atau barang) maupun non materi (hutang jasa maupun hutang budi).

Ketiga, saat merayakan Imlek ada anjuran untuk berkata yang baik dan menghindari kata-kata kotor, fitnah, hasutan dan caci maki yang bisa melukai hati. Ini artinya Imlek menjadi sarana pembersih diri agar terhindar dari rasa iri, dengki dan benci kepada sesama manusia sehingga hubungan dengan sesama bisa berjala secara damai dan tentram.

Jika dicermati, Imlek mengandung spirit dan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh semua agama. Misalnya, nilai ketuhanan, ini menjadi nilai dasar dari setiap agama. Nilai solidaritas dan spirit berbagi pada sesama sebagai sarana menolak balak juga diajarkan semua agama. Di dalam Islam hal ini dinyatakan secara tegas bahwa as shodaqatu tutfa’ul balak (sedekah itu bisa menolak mara bahaya)

Sedangkan tindakan menyegerakan membayar hutang juga cermin kebajikan yang menjadi etika semua agama. Dalam Islam sendiri ada tiga tindakan yang harus disegerakan, salah satunya adalah membayar hutang. Sedangkan dua lainnya adalah menguburkan mayyit dan menikahkan anak gadis yang sudah mencapai umur.

Mengenai anjuran menjaga ucapan baik, ini juga ada di setiap agama. Di dalam Islam hal ini dinyatakan secara tegas, man kaana yu’minuuna billahi wal yaumil akhir fal yaqul khairan aw liyasmut (barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata baik atau diam).

Jelas di sini terlihat, kebaikan itu ada di mana-mana, lintas agama dan kepercayaan. Ini berbeda dengan agama. Karena agama terkait dengan konsep ketuhanan, system keyakinan,  ritual dan sistem hukum  (syariah). Atas dasar ini maka kebenaran agama tak bisa dicampur aduk dan disamakan.

Meski demikian, perbedaan ini bukan berarti harus menolak kebaikan yang ada di tempat lain. Sikap menolak kebaikan hanya karena dia berasal dari tempat lain akan menjadikan agama sebagai penghalang atas tumbuhnya kebaikan. Karena jelas-jelas kebaikan itu ada di mana. Padahal kehebatan agama itu justru akan dilihat dari seberapa jauh ummatnya bisa menebar kebaikan pada sesama

Dalam masyarakat Indonesia yang beragam ini ada baiknya berusaha untuk beragama secara baik agar manfaat agama bisa dirasakan secara nyata. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan cara ini agama akan menjadi sarana merajut perbedaan melalui laku lebaikan, bukan menjadi alat pemecah dan penebar kebencian yang bisa mengancam keberagaman.

Selamat tahun baru 2569 Kongzili. Gong Xi Fa Cai. Semoga tahun ini semakin membawa berkah dan kedamaian bagi kita semua… subur tanahnya, makmur hidupnya.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru