Sabtu, 5 Juli 2025

NASIB CIPTAAN AMERIKA…! Presiden Biden: Pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri Tewas dalam Serangan AS di Afghanistan

JAKARTA- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhirnya mengumumkan bahwa pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri tewas dalam serangan yang dilakukan AS di Afghanistan pada akhir pekan lalu.

Senin (1/8), Biden dalam pidato menyebut, kematian Zawahiri menjadi pukulan terbesar bagi Al Qaeda, sejak pendirinya, Osama bin Laden, tewas di tahun 2011 silam.

Pidato Biden yang menyebar di media sosial: 

Zawahiri, yang merupakan seorang ahli bedah asal Mesir, dan kepalanya berhadiah US$ 25 juta ini dianggap membantu mengoordinasikan serangan 11 September 2001, yang menewaskan hampir 3.000 orang.

Salah satu pejabat AS, mengatakan AS melakukan serangan pesawat tak berawak (drone) di ibukota Afghanistan, Kabul, pada hari Minggu (31/7) pagi pukul 06.18 waktu setempat.

“Sekarang keadilan telah ditegakkan, dan pemimpin teroris ini tidak ada lagi,” kata Biden dalam sambutannya dari Gedung Putih.

“Kami tidak pernah mundur,” tegas Biden.

Intelijen AS memiliki “keyakinan tinggi” bahwa orang yang tewas dalam serangan itu adalah Zawahiri, kata seorang pejabat senior pemerintah kepada wartawan. Tidak ada korban lain yang terjadi dalam serangan yang disebut operasi kontraterorisne itu.

Zawahiri terus menimbulkan ancaman aktif bagi orang, kepentingan, dan keamanan nasional AS,” kata pejabat itu dalam panggilan konferensi.

“Kematiannya memberikan pukulan signifikan bagi al Qaeda dan akan menurunkan kemampuan kelompok itu untuk beroperasi.”

Sebelumnya banyak desas-desus tentang kematian Zawahiri dalam beberapa tahun terakhir, dan dia telah lama dilaporkan dalam kondisi kesehatan yang buruk.

Kematiannya menimbulkan pertanyaan tentang apakah Zawahiri menerima perlindungan dari Taliban setelah pengambilalihan Kabul pada Agustus 2021.

Serangan pesawat tak berawak itu adalah serangan AS pertama yang diketahui di Afghanistan sejak pasukan dan diplomat AS meninggalkan negara itu pada Agustus 2021.

Langkah itu dapat meningkatkan kredibilitas jaminan Washington bahwa Amerika Serikat masih dapat mengatasi ancaman dari Afghanistan tanpa kehadiran militer di negara itu.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membenarkan bahwa serangan itu terjadi dan mengecam keras, menyebutnya sebagai pelanggaran “prinsip-prinsip internasional.”

Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato pada hari Senin pukul 19:30. (2330 GMT) tentang apa yang digambarkan Gedung Putih sebagai “operasi kontra-terorisme yang berhasil.”

Ledakan Keras

Sebelumnya, memang diketahui ada sebuah ledakan keras yang bergema di Kabul pada Minggu pagi.

Sebuah rumah terkena roket di Sherpoor. Tidak ada korban jiwa karena rumah itu kosong,” kata Abdul Nafi Takor, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.

Salah satu sumber Taliban, yang juga tidak disebutkan namanya, mengatakan ada laporan setidaknya satu pesawat tak berawak terbang di atas Kabul pada pagi itu.

Dengan anggota senior al Qaeda lainnya, Zawahiri diyakini telah merencanakan serangan 12 Oktober 2000 terhadap kapal angkatan laut USS Cole di Yaman, yang menewaskan 17 pelaut AS dan melukai lebih dari 30 lainnya, kata situs web Rewards for Justice.

Zawahiri juga didakwa di AS atas perannya dalam pengeboman kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania pada 7 Agustus 1998 yang menewaskan 224 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya.

Keberadaan Zawahiri – yang dikabarkan berada di daerah suku Pakistan atau di dalam Afghanistan – tidak diketahui sampai serangan itu terjadi.

Sebuah video yang dirilis pada bulan April di mana dia memuji seorang wanita Muslim India karena menentang larangan mengenakan jilbab menghilangkan desas-desus bahwa dia telah meninggal.

Baik bin laden maupun Zawahiri lolos dari penangkapan ketika pasukan pimpinan AS menggulingkan pemerintah Taliban Afghanistan pada akhir 2001 setelah serangan 11 September di Amerika Serikat.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Bin Laden terbunuh pada 2011 oleh pasukan AS di Pakistan.

Ciptaan AS Sendiri

Sesungguhnya gerakan radikal dan teroris Al Qaeda, Taliban dan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) atau dikenal pula sebagai Islamic State of Iraq and The Levant (ISIL), merupakan “boneka” ciptaan Amerika.

Salah seorang mantan staf National Security Agency (NSA) atau Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden pernah membongkar hal ini. Menurut dia, selain Amerika, dua negara lain yang bertanggungjawab terkait ISIS adalah Inggris dan Israel.

Pernyataan Snowden, yang telah membongkar banyak “rahasia dunia” menyangkut isu politik, ekonomi, dan keamanan tingkat tinggi, sedikit banyak menggoyahkan keyakinan pihak-pihak yang selama ini “meyakini betul” bahwa Al Qaeda, Taliban dan ISIS adalah gerakan yang berkaitpaut erat dengan agama.

Dalam video wawancara dengan reporter Fox News, Greta Van Susteren, Hillary Clinton menyebut bahwa Amerika memiliki kepentingan sangat besar di Asia Tengah, kawasan yang dua dekade lalu hendak “dikuasai” Uni Soviet.

“When the Soviet Union invaded Afghanistan we had this brilliant idea we were going to come to Pakistan and create a force of mujahedeen and equip them with stinger missiles and everything else to go after the Soviets inside Afghanistan.”

Rencana besar ini sukses. Uni Soviet meninggalkan Afghanistan dengan kerugian sangat besar, yang di belakang hari menjadi salah satu faktor yang membuat negeri ini bangkrut dan akhirnya runtuh.

Tapi menurut Clinton, yang tidak diperkirakan benar oleh Pemerintah Amerika Serikat yang saat itu dipimpin Presiden Ronald Reagen, adalah betapa mereka ternyata menciptakan monster-monster. Yakni pasukan terlatih dengan tingkat kefanatikan yang sangat tinggi. Tidak hanya di Afghanistan, tapi juga di Pakistan, Irak, dan Suriah.

“We were just so happy to see the Soviet Union fall and we thought fine we are oke. Now you look back. The people we are fighting today, we were supporting in the fight the soviets,” ujar Clinton. Mereka yang kita perangi hari ini adalah pihak yang kita dukung saat melawan Uni Soviet.

Selain dalam wawancara dengan Fox, Hillary Clinton yang saat itu menjabat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, pernah menyampaikan pernyataan serupa di hadapan rapat pemerintah dengan senat Amerika Serikat.

Rapat tersebut, tepatnya bagian di mana Hillary menyebut soal hubungan Amerika Serikat dengan Afghanistan, Taliban, Muhajidin, ISIS, dan gerakan radikal lain, kemudian disiarkan di CNN. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru