Jumat, 29 Maret 2024

Obat Ebola Belum Diuji Klinis

JAKARTA- Hingga saat ini obat untuk menghadapi wabah Ebola belum dilakukan uji klinis secara memadai sehingga memerlukan pendekatan bioteknologi. Pendekatan ini juga untuk menemukan vaksin yang  saat ini sedang dalam proses uji klinis. Hal ini masukan dari Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

 

Kementerian Kesehatan, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE kepada Bergelora.com di Jakarta. Kamis (11/12).

“Pendekatan ini juga diperlukan untuk menemukan sarana diagnostik penyakit Ebola yang lebih baik pada saat masa inkubasi,” ujarnya.

Tjandra Yoga merekomendasikan beberapa masukan kepada Pertemuan menteri-menteri kesehatan Asean + 3. Masukan itu berdasarkan artikel yang dipublikasikan oleh The National Bureau of Asian Research berjudul “Ebola: Implications for Asia and Global Health Innovation”‎.

‎Dalam rekoemendasinya ia mengingatkan bahwa ada 3 faktor kenapa Ebola masih belum terkontrol yaitu kelumpuhan sistem kesehatan, keterbatasan respons dunia internasional dan human mobility, khususnya karena kasus terjadi di perkotaan dan amat luasnya penerbangan antar bangsa.

‎Ketiga faktor ini  menurutnya dilatarbelakangi oleh ketidak tersediaan global health innovation di bidang bioteknolgi Ebola karena karena a lack of funding (kekurangan dana).

“Jumlah kasus di dunia relatif kecil (a ‎lack a market) untuk produk massal tingkat dunia, tidak seperti demam berdarah misalnya, atau ISPA, infeksi saluran cerna dan lainnya,” ujarnya.

Ia juga menambahkan hal yang lain yang menyebabkan kegagalan inivasi kesehatan global di bidang bioteknologi adalah disebabkan oleh ‎a market failure.

“Tingginya jumlah kasus yang mungkin memerlukan tapi tidak mampu membayar atau membeli,” katanya. 

Oleh karena itu menurutnya kemungkinan dampak di Asia harus memperhatikan transportasi udara ke beberapa negara Asia dari Afrika yang terus meningkat, antara lain ke China.

“Kesiapan sistem kesehatan di kota-kota besaar Asia, ‎yang memerlukan tenaga dengan pengetahuan dan pengalaman memadai serta prosedur yang baik. Dampak terhadap ekonomi regional, global stock markets, dan hubungan bilateral serta multilateral,” jelasnya.

Sementara itu ia melaporkan juga perkembangan terakhir kasus Ebola yang tercatat di WHO, adalah‎ kumulatif kasus 17.808 kasus dengan 6.337 kematian. Total kematian kasus 35,59% dengan sebaran kasus pada 4 negara terjangkit di Afrika Barat.

Menurut Data WHO 6 Desember 2014 Guinea memiliki 2.283 Kasus dengan 1.412 kematian. Total kematian/kasus 62,32%.

Liberia menurut WHO, 3 Desember 2014 memiliki 7.719 kasus dengan 3.177 kematian. Total kematian 41,16%.

Menurut WHO, 6 Desember 2014 Sierra Leone memiliki 7.798 kasus dengan 1.742 kematian Total kematian 22,34%.  Mali memiliki 8 kasus dengan 6 Kematian. Total kematian 75%.

Data WHO, 16 November 2014 Amerika memiliki 4 kasus dengan 1 kematian. Total kematian 25%.    Spanyol memiliki 1 kasus dan masih hidup.

Democratic Republic of the Congo (DRC) memiliki total 66  kasus dengan 49 kematian. Total kematian 74,24% . (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru