Jumat, 29 Maret 2024

OBITUARI AJIANTO, Selamat Jalan Kawan Penyebar Semangat! *

Oleh: Nezar Patria **

AJIANTO adalah kawan yang baik dan suka menghukum dirinya sendiri jika merasa bersalah. Dia pendiam tapi punya senyum yang menarik dan membuat siapa saja yang bertemu akan segera luluh. Dia aktif di pers mahasiswa di UGM sebelum terjun ke dunia aktivis gerakan mahasiswa di sekitar tahun 1994-1998.

Poster Ajianto dalam video yang menyebar di media sosial:

Suatu kali kami dari Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi melakukan aksi mogok makan di depan kantor YLBHI di Jl Diponegoro, Jakarta Pusat sekitar 1995. Semua pelaku mogok makan tidur dan bermalam di tenda di depan halaman kantor yang jadi pusat kegiatan aktivis pro demokrasi saat itu. Aji, demikian kami memanggilnya, adalah salah satu peserta aksi mogok makan dengan tema menuntut demokrasi dan keadilan sosial, persisnya pencabutan lima paket UU Politik yang mengekang kebebasan berpolitik dan membuat kediktatoran orde baru makin kuat di masa itu.

Ajj Nugroho di Lampung 2018 bersama Andi Arief mantan Ketua SMID. (Ist)

Pada hari keempat semua kawan terlihat lemas dan pucat, tapi Aji kelihatan lebih segar. Mereka mogok makan, artinya tidak ada satu pun makanan dan nutrisi yang masuk ke tubuh kecuali minum sedikit air putih. Kawan-kawan merasa takjub mengapa Aji demikian kuat. Saya bertanya padanya, apakah dia baik-baik saja. Seorang mahasiswi kedokteran mengukur tensi dan kondisi kesehatan para pelaku aksi, dia menyimpulkan Aji paling segar di antara pemogok makan yang lain.

Tentu saja, tampil segar dalam aksi mogok makan adalah hal yang kontradiktif. Sejumlah kawan merasa Aji terlalu kuat dibandingkan kawan yang lain, yang sudah lemah, pucat, dan ada yang harus mulai dipapah jika berjalan. Tentu jika ada performa mahasiswa yang bugar akan membuat banyak orang meragukan apakah para mahasiswa sungguh-sungguh mogok makan. Saya memanggilnya, dan memuji daya tahannya, tapi tentu akan menjadi aneh jika ada mahasiswa yang tampak “bugar dan kuat” di tengah arena mogok makan itu.

Aji lalu memberikan penjelasan, kira-kira begini: “Bung Sekjen, aku baik-baik. Semalam ada yang mampir dan memberikan bingkisan simpati. Tengah malam aku lemas sekali, mau minum air putih. Tak satu botol air pun ada di tenda ini. Aku buka bingkisan itu, ada minuman kotak. Dengan mata mengantuk aku minum, ternyata itu jus kacang ijo”, kata Aji merasa bersalah.

Saya tersenyum dan menanyakan padanya apakah akan melanjutkan mogok makan karena sudah melanggar “pantangan”. Aji langsung mengambil posisi bersiap, dan mengatakan akan melanjutkan mogok makan. Tiba-tiba dia berlari naik turun tangga gedung YLBHI beberapa kali dan dilanjutkan dengan push-up puluhan kali.

“Apakah muka saya sudah mulai pucat dan tampak lemas, Bung?”, Aji bertanya dengan wajah memelas dan tanpa dosa. Dia mengatakan menghukum dirinya atas kesalahan minum jus kacang ijo itu, dan berharap kalori “haram” yang masuk ke tubuhnya segera terbakar dengan olahraga tadi. Dan benar, beberapa jenak kemudian, saya melihat wajah Aji mulai pucat dan dia terlihat lemas. “Baik Bung, silakan bergabung dengan teman-teman di tenda”, kata saya.

Aji lalu bergabung dan wajahnya tampak makin memelas sehingga para wartawan mengerubunginya dan menanyakan alasan perjuangan mogok makan itu dilakukan. Aji menjawab dengan kalimat yang pendek-pendek dan meminta wartawan menanyakan kepada juru bicara. Aji melakukan tugasnya dengan baik dan aksi itu menarik simpati publik luar biasa termasuk liputan di media.

Lama tak bertemu Aji, saya berjumpa dengannya kembali di satu acara temu kangen kawan lama tahun lalu. Dia rupanya mengidap diabetes dan dua kali diserang stroke. Meski dalam keadaan terbatas geraknya, Aji sangat bersemangat berjuang untuk sembuh. Bahkan dia sempat membuka usaha sebagai agen kurir dan mengendalikan usahanya sendiri. Dia seorang petarung kehidupan yang gigih.

Bulan lalu stroke kembali menyerangnya dan membuatnya tak sadar berpekan-pekan di rumah sakit dan keluar masuk ICU serta kondisinya makin memburuk dari hari ke hari. Ingin saya mengingatkannya tentang kisah “jus kacang ijo” itu agar dia kembali bugar, tapi laporan kawan-kawan mengatakan Aji belum kembali kesadarannya. Tadi pagi saya mendengar kabar duka, Aji berpulang.

Saya menundukkan kepala dan memberikan hormat dalam hati dan mengenang apa yang pernah diperjuangkannya dulu bersama generasi pada masa itu yang berujung pada reformasi 1998. Aji berpulang di bulan Mei ini, bulan yang dikenang sebagai bulan reformasi. Saya berdoa semoga Aji mendapat tempat terbaik di sisi Allah Swt. Al Fatihah.

* Artikel diambil dari FB penulis. Judul dari Redaksi

** Penulis Nezar Patria, mantan Sekjend SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru