SURABAYA – Gunung Semeru di Jawa Timur kembali erupsi pada Kamis (16/12) pagi. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa lantas mengungkapkan bahwa Hunian Sementara dan Hunian Tetap bagi warga terdampak guguran awan panas Gunung Semeru akan disiapkan di lahan seluas 90,98 hektare milik Perhutani.
“Allhamdulillah, bahwa surat keputusan (SK) dari menteri KLHK sudah diterbitkan. Dalam SK tersebut, telah disiapkan lahan 90,98 hektare di dua titik di Candipuro dan Pronojiwo,” ungkap Khofifah pada Kamis (16/12).
“Selalu yang para pengungsi dampak APG sampaikan adalah kepastian hunian mereka. Untuk di Candipuro dan Pronojiwo, pembangunan format huntap sudah bisa dilakukan, land clearing bisa segera dilakukan selesai turunnya SK dari menteri KLHK.”
Menurut Khofifah, proses pembangunan Hunian Sementara bagi warga terdampak erupsi Semeru akan bisa dimulai secepatnya. Mantan Menteri Sosial tersebut optimis proses pembersihan lahan akan bisa segera dimulai.
“Karena alat-alat berat sudah ada disana, milik PUPR, Kodam, Polda, bahkan Pemprov, agar bisa segera dibangun Huntara yang nantinya menjadi satu kesatuan dengan Huntap,” kata Khofifah.
Kepada Bergelora.com di Surabaya dilaporkan, kepastian pembangunan hunian ini diharap bisa memberikan rasa tenang bagi para pengungsi. Mereka diharapkan bisa kembali semangat untuk segera memulihkan kondisi sosial ekonominya.
“Semoga ini bisa memberikan ketenangan bagi pengungsi karena mereka punya kejelasan soal dimana hunian tetap akan dibangun untuk mereka. Untuk saudara-saudara yang tengah mengungsi agar tetap tenang dan jangan panik. Huntara Insya Allah segera dibangun setelah itu huntapnya,” tukas Khofifah.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Dalam dialog virtual bersama Bupati Lumajang dan perwakilan pengungsi Semeru, Ma’ruf memastikan Hunian Sementara dan Hunia Tetap akan segera dibangun.
“Semua sudah disiapkan. Insya Allah tempat tinggalnya sudah akan dibangun, jalan-jalannya sudah akan dibuat, jembatannya juga sudah akan dibuat,” tutur Ma’ruf. “Jangan lagi merasa sedih, merasa susah.” (Ardiansyah Mahari)