JAKARTA – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyatakan bertanggung bertanggungjawab atas insiden warga dan polisi di Wadas Purworejo. Dia meminta puluhan masyarakat yang diamankan oleh pihak kepolisian untuk dibebaskan.
Keributan di desa Wadas ini bermula ketika masyarakat menolak tanah mereka dijadikan lokasi penambangan batuan andesit material dan pembangunan proyek Bendungan Bener.
“Saya ingin menyampaikan minta maaf kepada seluruh masyarakat Purworejo dan masyarakat Wadas. Karena kejadian kemarin mungkin ada yang merasa betul-betul tidak nyaman. Kami sudah sepakat, masyarakat yang diamankan kemarin, hari ini akan dilepas untuk dipulangkan,” kata Ganjar saat menggelar presconference di Mapolres Purworejo, Rabu (9/2).
Video penangkapan warga Desa Wadas oleh aparat Selasa (8/1) yang tersebar dimedia sosial:
Pihaknya sudah menempuh proses panjang terkait pembangunan bendungan Bener. Selama proses itu, pihaknya membuka lebar ruang dialog kepada masyarakat, khususnya mereka yang masih menolak.
“Beberapa kali kami mengajak Komnas HAM, karena Komnas HAM menjadi institusi netral untuk menjembatani. Kami minta mereka yang setuju dan belum setuju dihadirkan, tapi saat dialukan dialog, pihak yang belum setuju tidak hadir,” ungkapnya.
Sebenarnya, dia sangat menunggu-nunggu adanya dialog antar pihak. Sehingga, ruang penyampaian pendapat bisa dibuka lebar pada semua pihak.
Gubernur Ganjar Pranowo saat menemui warga Desa Wadas, Rabu (9/1) mendengarkan masukan warga:
“Kami sangat menunggu sehingga kami bisa memberi ruang, bisa mendengarkan apa yang kemudian kami sampaikan dan kami jawab. Kami selalu mengajak masyarakat untuk berpartisipasi agar pekerjaan ini mulus,” ujarnya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi mengatakan, pihaknya mengamankan sebanyak 64 orang akibat keributan tersebut. Warga yang diamankan itu saat ini ada di Polres Purworejo.
“Kita kembalikan kepada masyarakat agar tidak terjadi ketegangan antara masyarakat yang menerima dan yang tidak,” kata Luthfi.
Dia menyebut tidak ada upaya penangkapan dan penahanan yang dilakukan. Namun hanya mengamankan masyarakat agar tidak terjadi kericuhan.”Karena saat pengukuran terjadi, antara warga yang pro dan kontra bergesekan. Mereka yang kontra dikejar-kejar oleh masyarakat yang menginginkan tanahnya dilakukan pengukuran. Makanya kami amankan ke sini. Hari ini akan kita kembalikan ke masyarakat,” tandasnya. (Prijo Wasono)